Sedari tadi Rion terus mengoceh, memaksa Kiran untuk makan, padahal kalau lagi seperti ini jangankan untuk makan, duduk saja Kiran rasanya malas. Tapi karena mulut bawel Rion membuat Kiran terpaksa menurutinya, kalau didiemin kupingnya bisa pengang.
"Makan!" titah Rion sambil menyuapkan sendok yang berisi nasi dengan lauknya.
"Itu lauknya terlalu sedikit Rion!" tolak Kiran.
"Ngeluh mulu lo, masih mending dikasih lauk. Coba kalau cuma nasi sama garam, emangnya lo mau?"
"Ya jangan garam juga gembel." sewot Kiran, sedari tadi lelaki itu terus memaksanya. Sebenarnya masalah lauk sedikit Kiran tidak masalah, tapi memang dia tidak ada mood untuk makan.
"Makan!"
"Lo aja." tolak Kiran.
"Makan, Kiran."
"Lo aja sih."
"Gue udah makan," pemuda itu tampak gemas dengan sikap batu Kiran. "Makan!"
"Lo makan duluan, baru gue." ujar Kiran.
"Gue udah makan, cepet makan."
Kiran tetap menggeleng keras.
"Allahuakbar gusti," teriak Rion frustasi. "Makan!!" ulang Rion.
"GAKKKK." balas Kiran.
"Kalau gitu terus, lo berdua bisa mati bareng cuma karena debat perkara makan."
Kiran dan Rion noleh secara bersamaan. Disana ada Ray yang tengah berdiri sambil menatap datar kearah mereka berdua.
"Nih, pemaksa dia." ujar Kiran sambil menunjuk Rion.
"Dia sakit," balas Rion malas.
Ray menoleh kearah Rion. "Lo, gak usah dipaksa. Dia nanti makan sendiri kalau dia mau."
Beralih kearah Kiran, pemuda itu menghampiri Kiran.
"Dan lo. Makan aja susah, apalagi bahagia?"
Kiran menggeram sebal, sempat-sempatnya Ray membuatnya emosi. Ekspresi Kiran yang tadinya kesal menjadi bingung ketika Ray memberikan sebuah botol.
"Titipan."
Kiran mengenali botol tersebut, itu adalah obat khusus untuk orang yang gatal karena alergi. Mata Kiran berbinar, belum sempat mengucapkan terima kasih, Ray sudah keluar terlebih dahulu.
"Lho belum bilang makasih padahal."
Rion menaikan sebelah alisnya lalu tangannya merampas botol tersebut. "Ini apaan?"
"Sirup, Yon." Kiran kembali mengambil botol itu. "Ya obat lah, pake nanya lagi lo.'
"Sejak kapan manusia model dia peduli sama orang lain? apalagi lo gak termasuk sebagai orang penting di hidupnya." Rion bingung.
Kiran memutar bola matanya malas. "Positif thinking mungkin Kara atau Vira yang nitipin ini. Udah ah mending lo keluar sana Yon, gue mau minum ini."
"Lah kenapa mesti keluar, gue gak bakal nyolong itu obat, Ran."
"Ya ya terserah lo."
Obat itu berbentuk kapsul, Kiran mengeluarkan 1 butir kapsul tersebut. Sedangkan Rion masih setia memperhatikan Kiran.
"Is it delicious?"
"Hahhhh? dimana ada obat yang enak gue tanya? dimana yon? dimana? kalau bisa milih atau request rasa gue udah request rasa coklat atau matcha dari dulu." ujar Kiran mendramatisir keadaan.
Rion tertawa lalu menoyor pelan kepala Kiran. "Melankolis amat lo," pemuda itu mengeluarkan coklat dari saku hoodie nya. "Buat mulut lo biar ga kerasa pahitnya. Cepet sembuh," Ujar Rion sambil tersenyum.
Mata Kiran berbinar senang, gadis itu langsung mengambil coklat yang ada di tangan Rion. "Makasih Rion!"
"Sama-sama." Setelah itu Rion pergi meninggalkan Kiran, karena masih banyak kegiatan diluar sana.
-o0o-
"Mau tidur disini apa ke tenda?"
Kiran langsung berdiri. "Ayo ke tenda! lo tau gue disini kayak orang abis kena bencana."
Dayana tertawa. "Lagian lo sih, bukannya bawa obat. Nanti-nanti gak usah ikut beginian lah,"
"Ih gak seru Dayana mah!"
Dayana mengangkat kedua bahunya tidak peduli
"Oh iya, lo yang nitip obat ke Ray ya? makasih ya Day."
Kening Dayana terlihat bergelombang. "Obat apa?"
"Obat alergi gue dong, masa obat batuk." balas Kiran.
"Gue nggak ada bawa obat lho, gue aja gak tau beli obat kayak gituan kalau dimana apalagi di puncak gini. Terus kalau pun gue beliin lo, gak mungkin gue titipin ke Ray. Pasti gue kasih langsung ke lo."
Kiran menganggukan kepalanya. Benar juga. Artinya dia harus bertemu dengan Ray, untuk berterima kasih dan menanyakan siapa yang menitipkan obat itu padanya. Sepertinya tidak mungkin kalau Ray yang membeli, mengingat kalau bertemu mereka seperti tom dan jerry.
Melihat Kiran melamun, Dayana mencubit tangan Kiran sampai gadis itu mengaduh.
"Aduh! sakit, ngapain lo cubit gue? gue gak bilang lagi menghalu kan?" kata Kiran.
"Iya nggak, tapi muka lo kayak orang nanggung beban hidup yang berat gitu," ejeknya sambil tertawa. "Bercanda,"
"Iya berat banget, andai bisa di titipin ke orang. Udah pasti orang yang gue cari itu lo, Day." kata Kiran sok sedih.
"Heh mana ada! Hidup gue udah berat, ditambah beban dari lo, apa gak ngejengkang gue."
Keduanya tertawa kemudian keluar dari posko tersebut menuju tenda kelompok mereka.
-o0o-
Ini part 20 ya yeyyy!! Bantu share terus ya ke temen-temen kalian supaya rank nya terus bertambah dan jadi favorite!
sorry long time no update. I wish I could keep my promise of a three-part update in a week. I will try😞❤️
Tolong pintar dalam membedakan antara kritik dengan hate komen, oke? aku juga berusaha buat bikin cerita ini nggak bosen. semoga kalian suka, thank you!
Bogor, Jawa Barat
Jum'at, 25 Juni 2021Tertanda,
Jodoh Lee Taeyong
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY
Teen Fiction(Follow, vote & komen jangan lupa ya) Epiphany' sebenarnya memiliki beberapa arti, antara lain "sebuah momen dimana orang tiba-tiba menyadari atau menjadi sadar akan sesuatu yang sangat berharga untuknya". Arti tersebut ada dalam kamus dari website...