[19] EPIPHANY - Urrrrrrr

23 5 0
                                    

"Check!! check!! satu tiga lima!! ehehe satu dua tiga maksudnya." ujar sang ketua osis sambil terkekeh. "kedengeran?"

"Wuuu!! kedengeran!!"

"Nah cakep. udah kumpul semua kan?"

"Udah!!"

Setelah mendengar teriakan itu, sang ketua osis langsung memberikan mic yang ada di tangannya ke pembina PTA tersebut.

"Duduk dimanapun, pasang telinga baik-baik, jangan ada yang ribut, jangan sampai ada yang tidak mendengarkan informasinya!!"

"Baik jadi saya akan memberitahukan kegiatan apa saja yang akan kita lakukan selama disini. Sore ini kita akan mengumpulkan kayu bakar untuk acara api unggun besok, berpencar sesuai kelompok masing-masing. Jangan mencari terlalu jauh, guna menghindari hal-hal yang tidak di inginkan. Selanjutnya besok pagi akan diadakan senam, materi, dan game lainnya, dari jam empat sampai jam enam sore kita istirahat, malamnya kita akan melaksanakan acara api unggun."

"Bisa dimengerti? bisa gak? bisa lah masa enggak. Sekarang kalian kembali ke tenda masing-masing untuk istirahat. Nanti jam tiga kita kumpul lagi disini untuk mencari kayu bakar."

Setelah itu seluruh siswa pun bubar dan kembali ke tenda masing-masing. Didalam tenda milik kelompok Kiran sangat berisik lantaran Kara mendapat informasi bahwa setiap siswa diberi waktu untuk mandi hanya 10 menit.

"Oh God! pulang dari sini dakian deh gue! gak bisa banget mandi sepuluh menit." teriak nya heboh sambil terus memakai bedak.

"Sehari doang yaelah Kar, lagian lo ngapain mandi lama-lama? semedi? tidur? ritual kembang?"

"Nahh kembang tujuh rupa gue aja gak dibawa, gimana mau ritual coba?!" pekiknya.

Kiran langsung menoyor kepala Kara, dia sangat gemas dengan sahabatnya yang satu ini. "Najis lo, biasa mandi lumpur juga."

"LO PIKIR GUE BABI?!"

"Gue ga bilang, Kar."

"Ya intinya kesana." cetus Kara.

"Bawel lo. Masih mending ada air buat mandi, lo liat diluaran sana. Banyak orang kekurangan air, jangankan buat mandi, buat minum aja susah." Kara menoleh kearah Dayana yang duduk disebelah Vira.

"Liat tuh, gini amat berteman sama ustadzah. Gak bisa ngeluh sedikit langsung diceramahin." cibir Kara, yang ada didalam tenda hanya tertawa saja.

-o0o-

Sudah hampir satu jam mereka berkeliaran di hutan untuk mencari bakar. Merasa sudah cukup banyak, akhirnya kelompok Kiran kembali ke tenda untuk mengumpulkan kayu bakar tersebut.

Semua yang sudah berhasil mengumpulkan banyak kayu bakar diperbolehkan kembali ke tenda agar bisa istirahat untuk persiapan nanti malam, tak ambil pusing Kiran langsung masuk ke dalam tenda tanpa menunggu Dayana, Kara, Vira dan Yupi.

Matahari mulai tenggelam, langit mulai menghitam, di dalam tenda Kiran semuanya sudah siap untuk melakukan kegiatan nanti malam. Mereka berlima memilih untuk menggunakan hoodie dan celana training. Setelah mendengar panggilan dari pembina mereka berlima langsung keluar untuk ikut berbaris.

Semakin malam udara semakin dingin, seperti ada yang menusuk tulang tapi tak berbentuk, Kiran menoleh ke kanan kiri sambil menggosokan kedua tangannya agar sedikit menghangat.

Nyatanya gadis itu malah semakin merasakan dingin yang sangat amat menusuk, darah nya seolah berhenti mengalir, jari-jarinya mulai kaku. Dayana yang sadar karena Kiran terus diam akhirnya menoleh kearah gadis itu.

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang