"Kiran, tolong ambilkan buku sejarah di perpustakaan." Ujar Bu Welly selaku guru sejarah di SMA Haridra.
"Sama Kara ya bu." Jawab Kiran.
"Gak pake lama," sahut Bu Welly sambil membenarkan tatanan rambutnya.
Kedua gadis itu beranjak dari duduknya lalu pergi untuk menuju perpustakaan.
"Kenapa mesti gue," gerutu Kara. "Ngantuk banget, kalau gue jalan sempoyongan terus jatuh. Lo gendong gue ya."
Kiran menyentil telinga Kara lalu berdecak. "Ogah banget anjir gendong lo, justru kalau kita keluar malah jadi seger. Lagian kan lo bisa ke toilet buat cuci mata,"
"Cuci mata gue beda." Sahut Kara.
Kiran menautkan alisnya. "Gak pake air maksudnya?"
"Iya."
"Terus?" Kiran menjeda. "Pake lumpur? Debu?"
Kara mendengus sebal. "Emang hidup lo gak afdol ya kalau gak ngebully gue."
Kiran nyengir. "Jelas,"
Mereka berdua telah berada didepan pintu perpustakaan. Kara malah menghentikan langkahnya terlebih dahulu lalu bergidik.
"Sepi banget, gue paling males kalau disuruh ke perpustakaan ini."
"Terus lo mau yang di gedung sebelah?" Kiran memutar bola matanya malas. "Jangan ngadi-ngadi, kejauhan cuma buat ngambil dua puluh buku."
"Lo aja deh yang masuk, Ran." Kata Kara sambil mendorong tubuh Kiran ke depan.
"Ih gak usah dorong-dorong dong." Dumel Kiran. "Oke, oke, gue yang masuk. Tapi gue bawa lima buku, sisanya lo." Lanjutnya sambil menampilkan senyum manis
Bukannya manis
Malah najis dimata Kara
"Gak waras." Sewot Kara, gadis berambut ikal ini mencebikkan bibirnya. "Ayo deh masuk, tapi lo duluan."
"Barengan aja kenapa sih." Kali ini Kiran yang sewot
"Iya, iya, penakut banget lo jadi manusia."
"LAH GAK NGACA." teriak Kiran sebal
"Sssstt, anak cakep, pinter, sholehah. Kalau mau cosplay jadi tarzan, bukan disini tempatnya." Kata Kara sambil membekap mulut Kiran.
Kiran menepis tangan Kara yang berada tepat di mulutnya. "Bau kaos kaki, pasti kaos kaki yang lo pake itu belum dicuci dari sebelum libur sekolah."
Kara mengangguk, matanya fokus mengintip ke jendela perpustakaan. "Iya, lo kok tau? Cenayang ya?"
Kiran membulatkan matanya, padahal dia hanya bercanda bilang bahwa tangan Kara bau kaos kaki. Gadis itu memukul pelan bahu Kara.
"Jorok banget lo jadi cewek!"
"Ya gak lah anjir, gila lo. Sebelum lo nyium, duluan gue pasti yang keracunan. Gimana si lo,"
"Ya Allah Kara Yassika, ratusan detik kita pake buat debat doang."
"Lo sih." Ujar Kara, gadis itu menoleh. "Buruan masuk, banyak cincong ih Kiran dari tadi."
Memilih mengabaikan Kara. Tangan Kiran perlahan meraih knop pintu, dan membukanya dengan pelan. Yang dilihat hanyalah rak buku, beberapa meja dengan kursi, lalu ada AC.
Wajar saja perpustakaan ini sepi. Selain karena ukurannya yang sedikit kecil, Wi-fi di perpustakaan ini rusak. Jadi siswa Haridra lebih memilih untuk ke perpustakaan di gedung 2, lagipula yang mengambil buku disini biasanya hanya kelas 11 dan 12 yang berada dilantai atas. Siswa kelas 10 lebih sering meminjam di perpustakaan gedung 2.
Kiran melihat kursi tempat biasa penjaga perpustakaan itu duduk. Tidak ada orang.
"Pak Edo gak ada, kok pintunya gak di kunci ya?"
Kara mengangguk. "Waktu gue ngintip juga emang gak ada, tapi tadi diujung rak gue liat sesuatu."
"Gak usah dibahas."
Kiran membuka sepatunya, lalu mulai memasuki perpustakaan diikuti Kara. Sedari tadi Kara tidak melepaskan tangannya dari lengan Kiran. Maklum, dia sangat phobia dengan hal yang berbau mistis.
"Coba cari di rak sana, gue cari disebelah sini." Kata Kiran sambil menggoyang-goyangkan lengannya.
Kara menggeleng. "Bareng aja anjir,"
"Lama Kara, gak ada apa-apa. Penakut banget."
"Ogah! Tadi gue liat sesuatu diujung sana."
Sial, Kara menunjuk ujung rak yang ada kamar mandinya. Kiran mendengus kesal, sebenarnya dia tidak terlalu takut dengan hal seperti itu. Tapi yang sedang bersamanya ini adalah orang yang sangat penakut, otomatis Kiran jadi mudah tersugesti.
"Gue bilang gak usah dibahas, malah lo tunjuk bego."
"Aduh iya, lupa Kiran."
Suara grasak grusuk dari pojok ruangan membuat kedua gadis itu semakin menempel. Keduanya memilih untuk memejamkan mata. Didalam hati Kiran tak henti-hentinya membaca do'a pengusir setan, sedangkan mulut Kara tidak berhenti komat kamit.
Kara membuka sedikit matanya, mulut gadis itu refleks menganga ketika melihat sebuah bulu keluar dari sela-sela rak buku. Tanpa babibu, gadis itu berlari meninggalkan Kiran sambil berteriak
"AAAAAA KEMOCENG TERBANGGG!"
Kiran refleks membuka matanya setelah mendengar teriakan Kara, gadis itu menyadari bahwa Kara sudah tidak ada disebelahnya. Dalam hati Kiran mengumpat kesal karena ditinggal sendiri oleh Kara. Gadis itu menghela nafasnya lalu menghembuskan, guna menghilangkan rasa takut.
"Kara kayak setan, nyebelin" gerutu Kiran
5 detik kemudian, dia baru ingat teriakan Kara tadi. Soal....
'kemoceng terbang' ?
Gadis itu mengedarkan pandangannya, dia tidak melihat siapapun selain dirinya disini. Gadis itu mengepalkan tangannya, mencoba menguatkan dirinya sendiri agar tidak takut. Perlahan kakinya melangkah mendekati rak yang tadi Kara tunjuk.
Belum sampai pada rak itu, Kiran melihat ada kemoceng keluar dari sela-sela buku yang ada di rak.
Pandangan gadis itu tiba-tiba pudar, lalu menghitam
Kiran pingsan.
Seseorang keluar dari balik rak buku sambil berdecak, kemudian berujar "Penakut."
-o0o-
VOTE&COMMENT
Ini part 5 ya yeyyy!! Siapa tuh manusia dibalik kemoceng terbang? Coba tebak, btw update aku masih labil ehehe, tapi minggu ini mau update sesuai jadwal. Makasih udah baca!
Tolong pintar dalam membedakan antara kritik dengan hate komen, oke? aku juga berusaha buat bikin cerita ini nggak bosen. semoga kalian suka, thank you!
Bogor, Jawa Barat
Selasa, 23 Maret 2021Tertanda,
Jodoh Lee Taeyong
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY
Teen Fiction(Follow, vote & komen jangan lupa ya) Epiphany' sebenarnya memiliki beberapa arti, antara lain "sebuah momen dimana orang tiba-tiba menyadari atau menjadi sadar akan sesuatu yang sangat berharga untuknya". Arti tersebut ada dalam kamus dari website...