Hari ini kelas banyak jam kosong dikarenakan guru-guru sedang rapat untuk acara Penerimaan Tamu Ambalan nanti. Selain itu, dilapangan sedang ada pertandingan basket antara kelas 11 IPS 2 dan kelas 11 IPA 2. Sudah bukan rahasia lagi bahwa masing-masing dari kelas itu mempunyai tim basket yang baik.
Karena 1 bulan lagi akan ada perlombaan di SMA sebelah, yaitu SMA Semesta, maka kepala sekolah meminta pelatih basket untuk mencari pemain terbaik yang ada di kelas 11 IPS 2 dan 11 IPA 2.
Sekarang Kiran tengah duduk berada dibarisan para penonton, sebenarnya dia sangat malas tetapi mulut Kara tidak berhenti mengoceh sebelum Kiran mengiyakan permintaannya untuk menemani dia menonton pertandingan tersebut.
"Gak ada perwakilan dari kelas kita," ujar Kiran malas. "Ngebet amat nonton pertandingan ini, Kar."
Kara menoleh kearah Kiran, gadis itu menampilkan sederetan giginya. "Kalau bukan dari kelas sebelas Ips dua juga gue gak mau nonton kok,"
Mata gadis itu beralih lagi kearah lapangan lalu menunjuk seseorang yang ada ditengah sana. "Tapi, pangeran gue ada disana!"
Setelah mengikuti arah pandangan Kara. Kiran menyadari, pantas saja gadis itu sangat ingin menonton. Baru Kiran ingat bahwa kelas 11 IPS 2 adalah kelas Kenan dan juga Ray.
Kiran hanya mengangguk mengiyakan supaya cepat. Gadis itu memperhatikan setiap pemain yang ada ditengah lapangan sana, bisa Kiran lihat disana Ray tengah men-dribble bola dengan lihai kearah ring lawan.
"Woahh keren banget anjir!" Pekik Kara ketika melihat Ray berhasil mencetak point.
"Girang amat lo!"
Kara mengangguk antusias. "Harus! Kan kalau kelas Kenan menang, mereka bakal dipilih lomba." Matanya tak teralihkan sedikitpun dari lapangan.
"Kar, lo sadar gak sih?" Kata Kiran sambil menoleh kearah Kara.
Merasa sedang ditanya. Kara pun kembali menoleh sambil mengerutkan alisnya. "Sadar apa?"
"Gue bingung,"
"Kenapa?"
Kiran kembali menatap ke depan. "Mereka," katanya sambil menunjuk ke tengah lapangan. "Beli sepatu basket mahal-mahal, mainnya malah pake tangan, gak abis pikir."
Ingin rasanya Kara menoyor kepala Kiran saat itu juga. Tapi sadar tempat, alhasil gadis itu hanya membalasnya dengan menyeringai sambil mengusap dadanya.
Untung temen, batin Kara. Sedangkan Kiran, gadis itu langsung terbahak melihat ekspresi Kara.
-o0o-
"Dayana kemana deh? Ilang-ilangan mulu kayak duit,"
"Gak tau nih, kayak tuyul banget dia. Bentar ada, bentar ilang." Timpal Kara.
Kedua gadis itu sedang berjalan mencari Dayana. Mereka tidak menonton pertandingan sampai selesai, lantaran Kiran terus saja berisik ingin pergi dari sana. Kara akhirnya mengalah, lagipula tadi juga Kiran sudah menuruti kemauan Kara untuk menemani dia melihat Kenan.
"KIRAN!"
Teriakan nyaring itu membuat Kiran dan Kara langsung menoleh secara bersamaan. Disana ada Dayana dengan seorang gadis.
"Lo kemana aja sih?!" Omel Kara sambil berkacak pinggang.
"Baru dateng lho, bu! Udah dimarahin aja kayak belum bayar kost setahun." Sinis Dayana.
"Biarin." Sahut Kara.
"Oh iya, kok lo bisa sama Vira?"
Gadis yang bersama Dayana memang Vira. Tadi Vira ingin mencari kelas Kara, karena katanya Kara dan Kiran itu satu kelas. Tetapi yang ia temui malah Dayana, akhirnya berakhir dengan mereka berdua mencari tujuan yang sama. Yaitu, Kiran dan Kara.
"Gue tadi nyari kelas lo sama Kara, sampe nanya-nanya. Pas udah ketemu ternyata lo gak ada dikelas."
Kiran mengangguk mengerti. "Novel ya?"
Gadis itu tertawa sehingga membuat matanya berbentuk seperti bulan sabit. "Gak sabar pengen liat Syahra versi Novel. Kemarin udah cek Instagram penulisnya, Pre-Order masih tiga sampe empat hari lagi."
"Iya gue bawa kok."
"Oh elo yang bikin Kiran minta gue dateng jam delapan malem. Cuma buat bukain lemari kacanya?"
Vira mengerutkan alisnya bingung. "Apa hubungannya lo sama Novel?"
"Itu, saking gedegnya liat Kiran keseringan baca Novel, dia malah pegang kunci lemari kaca Kiran yang isinya Novel semua. Jadi kalau Kiran mau baca Novel, mesti nyuruh Kara dateng dulu kerumahnya." Tutur Dayana.
"Ihh jahat Kara! Kasian tau! Orang juga punya hobi!" Seru Vira.
"Biarin aja lah. Kelamaan baca juga bikin mata gak sehat, apalagi dia," Kara menunjuk Kiran. "Kalau udah cinta sama itu Novel, bisa bergadang cuma buat tamatin hari itu juga. Gila emang,"
"Lo aja kalau main game gak inget waktu! Ngaca!" Balas Kiran tidak terima.
Kara hanya mendelik. Perdebatan kecil itu akhirnya berhenti ketika Dayana mengajak mereka untuk pergi ke kantin.
"Nanti pulangnya ya," kata Kiran
Vira mengangguk. "Siapp,"
-o0o-
"Gue kadang pengen kerja," Devan memasukan siomay kedalam mulutnya.
"Tinggal kerja." Sahut Kenan.
"Tapi kadang juga gak mau," ujar Devan lagi.
Ray menggelengkan kepalanya. "Gak usah ngomong,"
"Magang sama ae kayak pelatihan kan?" Tanya Devan.
Kenan mengangguk. "Ngapa? Mau nyari? Buat melatih diri supaya nanti kalau udah kerja gak kaget?"
"Yoi," Devan menyeruput jus nya. "Tapi kagak mau yang capek-capek, kuli bangunan kagak mau, pokoknya mau yang santai terus gak bikin sakit badan."
Alfin menyeringai. "Mau magang?"
"Iya"
"Magang di kpk mau kagak?" Tanya Alfin, lelaki itu kemudian meneguk minumannya.
"Wih anjir keren!" Sahut Devan antusias. "Mau lah!" Serunya
"Tapi.." jeda Alfin.
"Jadi tahanan," sambung Ray.
"Anjing," Devan memberikan senyum paling lebarnya sambil memotong siomay dengan tidak berperasaan.
-o0o-
VOTE&COMMENT
Ini part 14 ya yeyyy!! Tadinya mau up 2 part tapi sayang banget mending diurungkan ajadeh niatnya hahaha. Sorry kalo ada typo atau masih kekurangan kata yang tepat. Anw, makasih udah baca terus!
Tolong pintar dalam membedakan antara kritik dengan hate komen, oke? aku juga berusaha buat bikin cerita ini nggak bosen. semoga kalian suka, thank you!
Bogor, Jawa Barat
Minggu, 25 April 2021Tertanda,
Jodoh Lee Taeyong
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY
Teen Fiction(Follow, vote & komen jangan lupa ya) Epiphany' sebenarnya memiliki beberapa arti, antara lain "sebuah momen dimana orang tiba-tiba menyadari atau menjadi sadar akan sesuatu yang sangat berharga untuknya". Arti tersebut ada dalam kamus dari website...