Disinilah sekarang Kiran berada. Dikamarnya yang bernuansa serba biru. Gadis itu tengah bersandar dengan novel di tangan nya sambil terus menggoyang-goyangkan kakinya. Di keningnya terdapat beberapa koyo, entahlah padahal selama kegiatan PTA kemarin dia lebih banyak tidur, tetapi rasanya badan dia remuk semua dan kepalanya sedikit pening.
Tokk tokk tokk
"Punten neng (permisi neng),"
"Iya bi, masuk aja pintunya gak Kiran kunci." sahut Kiran.
"Nalika neng Kiran bobo, ibu nelepon. ceuk manehna den Lakas hoyong sumping (tadi sewaktu neng Kiran tidur, ibu telpon. dia bilang kalau den Lakas akan datang)." ujar wanita paruh baya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di keluarganya.
Kiran mengangguk. "Kapan katanya?"
"Bibi teu terang neng, cobian nelepon deui (bibi kurang tahu neng, coba hubungi kembali). " jawabnya. "Naon anu anjeun hoyong tuang? (apa yang ingin kamu makan?)."
"Nggak ada bi, masak apa aja nanti Kiran makan kok," balas Kiran sambil tersenyum. "Makasih ya bi,"
"Iya neng, bibi keluar ya."
Setelah pintu kamarnya kembali ditutup Kiran segera mencari ponselnya. Seharian ini dia belum bermain ponsel, setelah menyalakan data seluler terlihat beberapa notifikasi masuk. Termasuk dari Mama nya yang masih berada di Paris.
Sekarang sudah pukul 20:15 artinya di Paris masih pukul 15:17. Perbedaan waktu membuatnya terkadang sulit berkomunikasi dengan orang tuanya sendiri. Waktu dan Kesibukan menjadi penghalang utamanya. Kiran berharap orang tuanya cepat kembali ke Indonesia.
Gadis itu mulai menelpon nomor Mama nya, beruntung tidak perlu menunggu waktu lama Mamanya langsung mengangkat telpon tersebut.
'Assalamualaikum' ujar Mamanya di seberang sana
"Waalaikumussalam"
'Bonjour chérie ta maman te manque? (Halo sayang apakah kamu merindukan ibumu?)'
Kiran mengernyitkan keningnya. "Ih mama banyak gaya banget makan masih pake ikan asin juga!"
Bisa Kiran dengar gelak tawa pecah di seberang sana
'Hahaha, tapi bener kan?'
"Bener apanya? Kiran aja gak ngerti apa yang mama bilang tadi."
'Aduh. Makannya kalau disuruh les bahasa itu ikut, bukannya kabur,'
"Ah gak seru, yang penting bahasa inggris bisa sedikit-sedikit"
'Iya..iyaa.. anak mama baik-baik aja kan? ada sesuatu?'
"Nothing.." Kiran menjeda ucapannya, "but, mama pulang kapan? betah banget di negeri orang." cibir Kiran.
'Iya sayang, sebenarnya disini sudah tidak darurat lagi. Ada apa?'
"Pulang lahhhh," rengek Kiran
'Hahaha iya bayi, mama dan papa nanti secepatnya atur jadwal penerbangan ke Indonesia, tunggu yaa.'
"Ditunggu!! oh iya, aku ngehubungin bang Lakas udah lama dari mama berangkat ke Paris. Masa dia dateng waktu mama mau pulang, kan telat banget."
'Iyaa Lakas sibuk dengan kuliahnya, dia baru ada waktu sekarang. Dia sudah hubungi mama, mungkin malam atau besok dia datang.'
"Oke ma okee."
'Mama tutup ya, kamu jaga kesehatan disana, jangan terlalu sering baca novel sampai larut, makan tepat waktu, okay?'
"Iya maaa, mama juga yaa. Sehat terus sama Papa, aku tunggu di indonesia."
'tentu, love you dear, assalamualaikum.'
"love u too, waalaikumussalam."
-o0o-
"Biii, bibiii."
"Iya neng, neng butuh apa?"
"Itu apa sih, cardigan warna lilac punya Kiran udah di cuci belum?"
Bi Dayah mengerutkan keningnya. "Warna lilac teh siga kumaha? (warna lilac itu kayak gimana?)."
Kiran menepuk keningnya sendiri. "Itu lho bi, yang kayak ungu tapi lebih muda warna nya. Bibi ada nyuci gak?"
"Ohh, nggak neng."
"Apa mbok Sari yang nyuci?"
"Emang mau dipake kapan neng?"
"Sekarang sih, tapi mbok Sari belum ada ya? Yaudah gapapa, Kiran berangkat ya bi."
"Oh iya, kalau bang Lakas udah sampe nanti tolong suruh jemput Kiran ya." ujar Kiran sambil menampilkan sederetan giginya
"Siap neng!"
Kiran menyalimi tangan Bi Dayah, lalu berpamitan untuk pergi ke sekolah.
Disepanjang koridor Kiran hanya berjalan biasa. Sekolah masih sepi, mungkin karena kegiatan PTA kemarin jadi banyak yang kelelahan.
Menaiki anak tangga membuat Kiran tiba-tiba memikirkan sesuatu. Benar, bukankah dia ingin menemui Ray dan bertanya soal obat kemarin? Sebenarnya Kiran ingin menemui Ray dari kemarin sepulang dari puncak, tapi ia rasa itu bukan waktu yang tepat.
Gadis itu memutar tubuhnya dan kembali berjalan keluar sekolah, dia berjalan ke arah supermarket sebelah sekolah untuk membeli sesuatu.
Baru saja ia keluar dari supermarket tersebut, ia melihat Kara turun dari motor bersama seseorang. Gadis itu memicingkan matanya, lalu berjalan menghampiri Kara.
"Crush?"
Kara tersentak, gadis itu menatap Kiran dengan tatapan mengintimidasi. "Nguping ya lo?!"
"Gue baru aja sampe, suudzon aja lo!"
Kara nyengir, gadis itu merangkul tangannya di bahu Kiran.
"Dia itu..."
Kara menggantungkan ucapannya, Kiran yang penasaran akhirnya sewot sendiri karena kepo. Dari di gerbang sampai mereka akan memasuki kelas, Kara hanya mengulang kata itu tapi tidak ada kelanjutannya.
"Lo ngomong apa sih?"
"Kepo yaa," Kara terkekeh
"Gilaaa, benar-benar gilaa." Kiran menggeleng-gelengkan kepalanya sambil meninggalkan Kara yang masih berdiri didepan pintu kelas.
"WOII!!" teriakan Kara menggelegar disepanjang koridor, tetapi gadis itu sangat tidak peduli dengan beberapa murid yang sudah datang
Maklum, urat malunya sudah putus
Canda putus
-o0o-
Ini part 22 ya yeyyy!! Bantu share terus ya ke temen-temen kalian supaya rank nya terus bertambah dan jadi favorite! Maaf kalo banyak typo.
L for Lakas, ditunggu yaaa karakter Lakas seperti apa hihihi.
Tolong pintar dalam membedakan antara kritik dengan hate komen, oke? aku juga berusaha buat bikin cerita ini nggak bosen. semoga kalian suka, thank you!
Bogor, Jawa Barat
Minggu, 04 Juli 2021Tertanda,
Jodoh Lee Taeyong
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY
Teen Fiction(Follow, vote & komen jangan lupa ya) Epiphany' sebenarnya memiliki beberapa arti, antara lain "sebuah momen dimana orang tiba-tiba menyadari atau menjadi sadar akan sesuatu yang sangat berharga untuknya". Arti tersebut ada dalam kamus dari website...