[09] EPIPHANY - Gadis kesayangan

35 16 2
                                    

"Ada siap-"

"SURPRISEE!!!"

Teriakan cempreng itu membuat Ray menoleh kearah tangga. Disana bisa ia lihat seorang gadis tengah berdiri sambil menampilkan senyumnya. Dengan cepat gadis itu berlari kearah Ray dan memeluknya.

"Kangen banget,"

Ray membalas pelukannya. "Kapan sampe?"

"Tadi pagi, lo gak kangen gue?" Gadis itu melepas pelukannya kemudian menatap Ray.

"Gak,"

Gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal

"Gak salah lagi," lanjut Ray.

Gadis itu bersorak senang, kemudian dia menarik Ray untuk duduk ke sofa.

"Kenapa pulang?"

"Gue gak betah disana."

"Gak betah tapi sampe tiga tahun," cibir Ray.

Gadis itu hanya tertawa. Kemudian dia mengambil sesuatu didalam tasnya.

"Ini buat lo, spesial gak pake kacang tapi."

Gadis itu memberikan kotak berwarna hitam kepada Ray. Ray mengambilnya kemudian mulai membuka kotak tersebut. Disana terlihat ada sebuah jam tangan bermerk.

"Buat gue?"

"Bukan, buat Mang Odang."

Ray menganggukan kepalanya lalu menyimpan kotak tersebut diatas meja. Geram dengan tingkat kepekaan Ray yang semakin menurun, gadis itu memukul bahu Ray.

"Lah?"

"Itu buat lo, pake nanya buat siapa segala. Aduh emang ya untung rugi itu beriringan. Untungnya gue pulang kesini bisa bareng lo lagi, ruginya gue pulang kesini itu karena manusia kayak lo nguji kesabaran banget."

Ray mengedikan bahunya. "Thanks,"

"SAMA-SAMA."

"Biasa aja." Sahut Ray sambil menyandarkan kepalanya ke sofa.

Gadis itu memutar bola matanya malas

"Jadi lanjut disini?" Tanya Ray.

Gadis itu mengangguk. "Satu sekolah bareng lo"

Ray hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti. "Masuk kapan?"

"Besok."

"Berangkat bareng gue, Ge"

-o0o-

"Kalian mau kemana?"

Kiran menghampiri Gelsi-Mamanya- yang sedang memasukan pakaian kedalam koper. Sedangkan sang Papa sedang sibuk mencari dokumen.

"Kiran sayang, besok pagi kami harus pergi ke Perancis. Perusahaan Nenek disana sedang ada masalah, dan kamu tau om mu itu sangat tidak suka jika harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah seperti ini."

"Tadi siang Kakek menelpon Papa, dan meminta Papa untuk pergi ke Perancis. Tetapi karena tadi ada meeting dengan klien penting jadi kita putuskan untuk berangkat besok pagi." Lanjut Mamanya.

"Aku sendiri? Disini?"

Mamanya tersenyum lalu mengusap puncak kepala Kiran. "Biasanya juga gitu. Mama tau kamu anak mandiri, gapapa ya? Kalau kamu libur sih gapapa buat ikut. Tapi kan kamu baru masuk sekolah lagi,"

Kiran tersenyum getir. Erik-Papanya- menghampiri mereka berdua. Lalu duduk disamping Kiran.

"Kamu boleh ajak Kara dan Dayana untuk menginap sampe kami pulang. Mbok Sari juga gak akan pulang kampung selama kami masih di Perancis, kamu gak sendiri Kiran."

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang