[12] EPIPHANY - Sold out

36 16 7
                                    

Kiran masih setia mengulurkan tangannya. Menunggu Kara memberikan kunci lemarinya. Apa kalian tau penyebab Kiran sekarang jarang sekali membaca novel karena apa? Ya Kara, penyebabnya Kara. Kara mengambil kunci lemari kacanya. Sedangkan didalam lemari itu isinya adalah koleksi novel Kiran.

Alasan Kara mengambil kuncinya karena dia sangat kesal lantaran dimanapun mereka berada, Kiran tidak pernah melepaskan novel dari genggamannya. Dulu waktu Kiran serajin itu membaca novel, ketika ada yang cerita respon nya hanya "hm, oh iya gitu? Kenapa bisa, yaudah jangan gitu, oke deh". Karena sejujurnya Kiran adalah tipe cewek yang bisa menempatkan posisi kapan dia harus cerewet dan kapan diam. Kalau Kiran sedang membaca  novel artinya ia tengah malas banyak bicara.

"Gue kangen baca novel, Kar. Asli deh!"

"Gue kasih waktu lo buat baca novel. Satu minggu dua kali, nanti lo keluarin novel yang mau lo baca. Ini lemari gue buka terus gue kunci lagi," balas Kara santai sambil memutar-mutar kunci yang ada di jari telunjuknya.

"Lho kok? Gak bisa dong ih Kara mah!" Cetus Kiran tidak terima. "Gue kangen cowok-cowok gue, tega banget lo memisahkan kita."

"Halah, cari cowok yang nyata. Cowok novel lo haluin." Sambar Dayana.

Kiran menggeram kesal. "Gaya lo! Kayak ada yang mau aja!"

"Enak aja! Gini-gini gue banyak yang mau, tau!" jawab Dayana sambil mengibaskan rambutnya dengan sombong.

"Gue meragukan." Ujar Kara, kini gadis itu tengah duduk sambil menyandarkan kepalanya ke sofa. "Gak ada bukti soalnya."

"Ngeselin emang ye." Cibir Dayana.

"Masa gue mesti laporan nama, kelas, sama siapa orang yang suka sama gue. Peduli aja nggak," lanjutnya

Kiran bangun dari duduknya lalu merampas kunci yang ada di jari telunjuk Kara. Kara mengaduh karena jarinya merasa tertarik. Dengan watadosnya Kiran hanya menampilkan senyuman termanisnya yang malah membuat Kara ingin muntah ditempat.

Kiran membuka lemari kaca itu, lalu dia mengambil 2 novel yang akan ia simpan diatas nakas. Gadis itu melempar kuncinya ke sofa dimana Kara bersandar.

"Tuh, gue menghargai elo. Gue tau lo kayak gini karena pengen gue gak nolep lagi." Kata Kiran malas.

Kara tersenyum kemenangan. "Gitu dong! Gak baca novel sehari gak bikin tulisan di novel itu pudar, Ran."

Kiran memutar bola matanya malas. "Iya, Mak, Iya."

-o0o-

Saat ini Ray sedang menunggu Vira sambil duduk di kursi yang ada di toko buku itu. Sudah hampir 10 menit Vira izin mencari buku yang ingin ia beli, tapi gadis itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Kepalanya memutar mencari keberadaan Vira. Tapi yang ia dapatkan malah tatapan dari para perempuan yang ada disana. Dari mulai remaja, bahkan sampai ibu-ibu yang diperkirakan usianya sudah memasuki kepala 4.

Ray memutuskan untuk mengambil ponselnya. Sejujurnya dia sangat risih bila ditatap seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, mata ada diciptakan untuk melihat bukan? Maka dari itu, ketika perempuan disana melihat Ray, tatapan mereka tak teralihkan sedikitpun

Ya bagaimana

Ciptaan Tuhan semanis Ray, mana mungkin ditolak.

Tapi, muka tembok seperti itu

Apa yang dibilang manis?

Hahaha

Tak berselang lama, akhirnya Vira muncul dengan wajahnya yang ditekuk seperti kanebo kering dipaksa dilipat. Ray mengangkat sebelah alisnya, mata pemuda itu melirik kearah tangan Vira

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang