[17] EPIPHANY - Persiapan

35 9 2
                                    

MALAMMMMMM!! GIMANA KABARNYAAA? NUNGGUIN GAK? NUNGGUIN LAH MASA ENGGAKK

Gimana nih puasanya? Lusa udah lebaran ajaa, Mohon maaf lahir dan batin yaaa kalau aku ada salah baik yang disengaja maupun tidak disengajaa


Kelamaan ya? Yauda, lanjut aja kebawah. Bismillah dulu sebelum baca.


Udah?


Okey! Happy reading!!


"Baik pelajaran hari ini saya akhiri. Jangan lupa persiapkan diri kalian untuk mengikuti kegiatan PTA nanti, jangan ada yang ketinggalan. Yang mempunyai riwayat penyakit tidak disarankan untuk mengikuti kegiatan ini, tapi kalau tetap ingin ikut kalian harus membawa obat pribadi serta surat izin dari Dokter. Lengkapnya kalian bisa membaca surat yang tadi sudah dibagikan ya, saya permisi."

Guru dengan kacamata tebal itu akhirnya keluar dari kelas. Seluruh murid yang ada didalam kelas tiba-tiba heboh karena sibuk membicarakan mereka akan membawa apa saja nanti kesana. Dayana yang mendengar hanya mendengus sambil memasukan semua alat tulisnya.

"Kenapa gitu mereka se-excited itu? Apalagi sampe pada ribetin nanti mau bawa ini, bawa itu, males sih kalau gue."

"Acara ini cuma ada satu tahun sekali, itupun yang boleh ikut serta cuma kelas sepuluh sama sebelas aja. Nah tahun ini kesempatan terakhir kita ikut, jadi wajar kalau mereka se-seneng itu."

Kiran mengerutkan alisnya. "Gue gak yakin kalau cuma itu alasannya"

Kara menoleh lalu nyengir. "Selain langka, acara ini juga banyak bikin orang cinlok. Soalnya busnya itu suka dicampur sama kelas lain,"

"Hidupnya Kara tuh gak jauh dari cowok." Cibir Dayana.

"Gue mah normal, emangnya lo."

Dayana hanya mendelik. Ketiga gadis itu memutuskan untuk pergi keluar kelas. Karena pelaksanaan PTA dilakukan besok lusa, maka kelas banyak jam kosong karena para guru sibuk menyiapkan tempat, transportasi, dll.

Melihat Vira berada ditengah-tengah antara Ray, Devan, Kenan, dan Alfin membuat Kara melambaikan tangannya. Biasa, selain nyapa Vira, dia juga mau caper ke Kenan.

Vira balas melambaikan tangannya. Gadis itu menoleh kearah Ray. "Gue ajak kesini ah,"

"Itu kosong," balas Ray sambil menunjuk 1 meja dan 4 kursi yang masih kosong.

Vira menoleh, kemudian ada 3 gadis berjalan kearah tempat yang Ray tunjuk, kemudian mendudukinya.

"Yahhh, gagal kosong." Kata Vira pura-pura kecewa.

Ray berdecak. "Bilang aja lo seneng, gak usah berlagak sedih."

Vira tertawa, kemudian dia berdiri untuk menghampiri Kiran, Kara dan Dayana.

"Disana aja," kata Vira sambil menunjuk tempatnya. Kenan melambaikan tangannya sambil memberikan senyuman.

"Arghh depresi nih gue lama-lama." Kara meremas tangan Kiran yang ada disebelahnya. "Kalau deket sama dia mendadak darah gue berhenti ngalir, tapi kalau ditolak itu mubadzir, sama aja buang rezeki."

"Nggak usah ngeremes juga, ini tangan bukan mainan bayi." Kata Kiran sambil menjauhi Kara.

Dayana menggelengkan kepalanya. Gak aneh sama kelakuan mereka berdua. Kara yang hobinya melakukan KDP alias Kekerasan Dalam Persahabatan, sedangkan Kiran si korban pasrah aja.

"Ayo,"

Setelah sampai, Kiran memilih duduk ditengah-tengah antara Vira dan Dayana. Sedangkan Kara sudah duduk disebelah kiri Vira dan bersebelahan dengan Devan.

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang