CHAPTER 3

196K 18.3K 1.1K
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Pukul tujuh pagi, Alvena berdiri sendiri di tengah keramaian kantin rumah sakit. Dirinya tersesat. Tujuan awalnya adalah ingin menuju ruang jaga untuk beristirahat sebentar dan menyejukkan hati yang sudah panas karena tadi dirinya baru saja bertengkar dengan tukang cilok di depan komplek saat ingin berangkat ke rumah sakit. Tapi, kenapa sekarang dia malah ada di sini? Rumah sakit ini terlalu besar, sepertinya Alvena membutuhkan peta agar tidak tersesat di sini.

Matanya melirik ke sana kemari mencari seseorang yang bisa diajak bicara, tapi hasilnya nihil. Yang ada di kantin ini kebanyakan para pasien beserta para keluarganya. Alvena tidak mungkin kan bertanya jalan pada pasien?

Sebenarnya ada beberapa dokter dan para petugas rumah sakit yang sedang makan di kantin, tetapi Alvena terlalu sungkan untuk bertanya. Dia tidak mengenal siapa pun di dalam kantin ini. Adel, satu-satunya teman Alvena juga sedang sibuk di ruang operasi.

"Dokter Cantik Baru!" panggilan seseorang membuat Alvena menoleh ke sumber suara. Dan ia langsung menemukan seorang cowok berkulit sawo matang dengan senyuman manis yang sekarang berdiri berdampingan dengan Arsya, si 'Casanova Rumah Sakit'.

"Eh, kamu!"

"Lo Alvena, kan?"

"Iya...." balas Alvena sambil tersenyum manis, matanya beralih sesaat untuk membaca penanda nama yang tertera di snelli putih lawan bicaranya. Setelah tahu namanya, Alvena langsung bergumam pelan, "Naufal..."

"Mau sarapan, Na?" tanya Naufal begitu friendly sambil berjalan mendekat ke arah Alvena.

"Hm.... Nggak sih. Sebenernya, mau nyari ruang jaga, tapi malah nyasar."

"Ya, udah. Kalau gitu kita sarapan dulu. Gabung sama kita aja, Na! Ntar baru gue anterin ke ruang jaga, gimana?"

Alvena terlihat berpikir beberapa saat, lalu mengangguk setuju. "Oke."

"Apaan sih lo, Fal? Siapa yang ngizinin dia gabung? Makan aja sendiri, jangan manja! Apa-apa ditemenin," Arsya berucap galak.

"Sya!" tegur Naufal sambil memukul dada Arsya dengan punggung tangannya.

Alvena menatap cowok itu sinis. Kesal. Dia ingin sekali menjahit mulut dokter menyebalkan ini agar tidak bisa bicara lagi.

"Ayo, Na!"

"Iya," jawab Alvena lalu berlari kecil hingga berjalan berdampingan dengan Naufal.

"Ngomong sama gue santai aja, Na. Nggak usah terlalu formal. Anggap aja kita udah sahabatan lama," Naufal tersenyum ceria. "Tapi kalo sama Arsya beda cerita."

Alvena terkekeh pelan. "Iya...." Ternyata, rumah sakit ini tidak seburuk yang ia pikirkan. Padahal sejak hari pertama, Alvena sudah berpikir yang tidak-tidak tentang orang-orang di rumah sakit ini. Apalagi setelah melihat sikap menyebalkan Arsya. Bikin naik darah saja.

My Devil Doctor ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang