CHAPTER 49

105K 10.3K 932
                                    

Kenalkan, ini saya seseorang yang pernah merelakan hingga harus tenggelam dalam fase melupakan


🥀

"Inara, kamu apa-apaan, sih?!" Alvena berteriak ketika Inara mencengkeram tangannya kuat dan menyeret dirinya ke sebuah ruangan kosong yang terletak di pelosok gedung rumah sakit.

"Kamu gila?!" Alvena marah, kemudian dengan cepat ia melepaskan tangannya dari genggaman kuat Inara.

Inara memandang Alvena murka, wajahnya cukup menjelaskan seberapa besar kemarahannya sekarang. "Gue peringatin ke lo ya, Na! Pergi dari rumah sakit ini sebelum terlambat! Ngerti?!"

"Kenapa aku harus pergi?! Bukannya kamu yang harusnya pergi? Sekalian, pergi dari kehidupan Arsya!" balas Alvena tanpa rasa takut, nada bicaranya malah semakin menantang.

"ALVENA!" bentak Inara. "Kalo lo berani ngambil Arsya dari gue, gue pastiin hidup lo nggak akan tenang!"

"Waktu zaman sekolah dulu, bukannya kamu yang ninggalin Arsya gitu aja dan hamil sama laki-laki lain?" Alvena berucap sinis. "Dan sekarang dengan mudahnya kamu mau kembali ke Arsya tanpa inget kesalahan kamu dulu?"

"Kenapa jadi ungkit-ungkit masa lalu?!" gertak Inara. "Okay, itu emang kesalahan gue dulu. Tapi sekarang hati gue sepenuhnya buat Arsya, bukan laki-laki lain!"

"Kamu pikir aku percaya? Nggak, Inara! Buktinya apa? Sekarang kamu hamil lagi kan?" Alvena tersenyum jahat lalu berbisik, "Anak Fillan..."

Mendengar itu, Inara seketika membeku. Mulutnya sedikit terbuka, pita suaranya seolah terkunci tak bisa mengeluarkan suara. Bagaimana Alvena bisa mengetahui hal itu?

"Waktu SMA, kamu hamil sama Vino. Sekarang sama Fillan," Alvena menahan tawa di dalam hati.

Dan lagi-lagi Inara tertegun tak percaya karena Alvena telah mengetahui sebuah rahasia besar yang telah ia tutup rapat-rapat. Tak ada satu pun yang tahu mengenai ayah kandung Sela, kecuali dirinya. Lalu, dari mana Alvena tahu semua informasi itu?

"Alvena!!"

"Kamu masih mau dapetin Arsya setelah kesalahan kedua kamu?"

"Lo nggak akan pernah tau seberapa besar rasa sayang gue ke Arsya, Na!" Inara berteriak.

"Terus gimana sama kejahatan kamu yang lain?" Alvena tersenyum penuh arti. "Kamu kan yang ngerencanain pembunuhan Eira, kakak kamu?"

Inara makin bungkam. Bagaimana Alvena bisa mengetahui semua itu? Siapa sebenarnya perempuan ini? Mengapa dia seperti penyihir yang seolah mengetahui segalanya?

Melihat wajah syok Inara, Alvena lantas tertawa pelan. "Kenapa, Inara? Kaget, ya? Inget, aku tau semua tentang kamu. Semua keburukan dan kebusukan kamu. Termasuk pembunuhan Eira yang kamu rencanain sama Vino. Gimana ya kalau Arsya tau?"

"DIEM!" Inara histeris. "Gue ngelakuin semua itu demi Arsya! Lo nggak usah ikut campur! Sejauh ini gue udah berjuang buat dapetin Arsya, termasuk menyingkirkan Eira!"

"Tapi nggak kayak gini caranya! Kamu kejam! Kamu nggak seharusnya membunuh kakak kamu sendiri demi seorang laki-laki!"

"Kenapa nggak boleh?! Dia udah nyakitin Arsya, dia selingkuh sama Fillan, padahal dia tau kalo Fillan itu temen deket Arsya! Perempuan semurahan Eira emang pantes mati!" Inara makin histeris bahkan kini mulai melempari beberapa barang-barang di sekitarnya.

"Kamu tau seberapa mengerikannya kamu di mata aku sekarang? Kalau Arsya tau, kamu nggak akan bisa dapetin dia sampai kapan pun, Inara!" Alvena menatap wajah di hadapannya dengan tatapan tajam, ingin marah tetapi berusaha ditahan.

My Devil Doctor ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang