CHAPTER 20

124K 10.8K 439
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Arsya nggak suka roti yang terlalu manis, Na..." ujar Inara sambil tersenyum tanpa arti.

Hari ini, entah mengapa Inara tiba-tiba menghampiri Alvena dan menjadikan dirinya sebagai teman curhat. Dan kini topiknya mulai beralih membahas segalanya tentang Arsya. Mulai dari makanan kesukaan Arsya, kegiatan Arsya saat libur, sampai bagaimana kedekatan dirinya dengan Arsya. Alvena tak mengerti mengapa Inara harus membahas hal itu. Toh, kalau pun mereka memang sedekat itu, kenapa harus dibicarakan pada Alvena? Apa tujuannya?

Apa sebenarnya ada arti lain yang ingin disampaikan Inara kepada dirinya? Dari tadi Alvena tak bisa berpikir positif. Apalagi dia terlihat lebih bodoh di depan Inara karena tak begitu tahu tentang Arsya. Malahan, tampaknya Inara sudah mengenal Arsya dengan sangat baik.

"Kamu buat nasi goreng itu sendiri?" Inara menunjuk sebuah kotak makan berisi nasi goreng yang memang sejak tadi berada di atas meja.

"Iya, saya buatin buat Arsya!" Alvena tersenyum ceria.

"Arsya nggak suka nasi goreng cokelat, Na. Dia sukanya nasi goreng putih." Inara memiringkan kepalanya lalu menatap Alvena sambil menghela napas. "Kamu tunangannya, harusnya kamu lebih tau tentang dia dibanding saya."

Alvena tak menjawab, dia mengambil gelas yang ada di atas meja dan kembali menyedot minumannya sambil menatap wajah Inara. Selesai dengan minumannya, Alvena lalu melemparkan sebuah senyuman manis. Hanya itu yang bisa ia lakukan, karena sebenarnya Alvena tak tahu harus menjawab apa. Memang benar, selama ini ternyata dirinya belum sepenuhnya mengenal Arsya.

"Siapa bilang gue nggak suka?"

"Astagfirullah!" Alvena spontan berseru kaget saat suara itu merasuki gendang telinganya. Arsya, entah sejak kapan cowok itu masuk ke dalam sini. Padahal, tadi ia sedang sibuk rapat bersama para dokter lain dan meninggalkan Alvena sendirian di dalam ruang kerja.

Arsya meraih kotak makan berwarna biru tersebut, membuka tutupnya dan langsung melahap nasi goreng buatan Alvena dengan cepat.

"Arsya!" Inara menahan tangan Arsya ketika cowok itu ingin melanjutkan kegiatan makannya. "Kamu kan nggak suka nasi goreng cokelat! Jangan dimakan!"

Arsya mengunyah makanan di dalam mulutnya sampai selesai sebelum akhirnya menjawab, "Alvena udah masakin buat gue, kenapa nggak dimakan?"

"Jangan dimakan Arsya!" Inara terlihat panik dan berusaha merebut kotak makan itu, tak tahu penyebab pastinya mengapa dia bisa bersikap begini.

Arsya menepis tangan Inara kemudian berujar dengan nada sengit, "Inara, manusia bisa berubah. Kalau dulu gue benci sama nasi goreng warna cokelat, sekarang udah beda cerita! Ngerti?"

Setelah Arsya berucap begitu, Inara tak mampu berkutik lagi. Dia mendadak diam seribu bahasa, bahkan tubuhnya membeku setelah Arsya berbicara dengan nada tinggi terhadap dirinya. Inara tak suka saat Arsya bersikap begitu kepadanya, apalagi membentak.

My Devil Doctor ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang