CHAPTER 35

108K 10.7K 284
                                    

Novel My Devil Doctor terbit tanggal 24 November 2021 di Glorious Publisher.

Wajib beli! Kenapa? Karena banyak banget tambahan Bab (puluhan bab tambahan) & Ending yang berbeda!

•••

Sambil mengikat rambut panjangnya, dokter cantik berjubah putih itu berlarian keluar dari lobby rumah sakit bersama beberapa dokter lain dan juga perawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambil mengikat rambut panjangnya, dokter cantik berjubah putih itu berlarian keluar dari lobby rumah sakit bersama beberapa dokter lain dan juga perawat. Alvena terpaksa harus melupakan jam istirahatnya kali ini karena ada begitu banyak pasien yang perlu ia tangani.

Entah sudah berapa lama Alvena berlari ke sana-kemari, ia sudah tidak terlalu peduli dengan kakinya yang mulai pegal serta napasnya yang tak teratur. Yang terpenting sekarang hanyalah nyawa para pasiennya. Pantang menyerah sebelum selesai, itulah prinsip Alvena.

Terkadang sebenarnya ia juga merasa bingung mengapa setiap hari jumlah pasien yang datang selalu bertambah. Apa mereka tidak menjaga kesehatan mereka? Padahal, Alvena tak pernah lupa mengingatkan para pasiennya untuk selalu menjaga kesehatan, tapi masih ada saja orang yang sama datang sebagai pasien untuk ke sekian kalinya.

Mengatur napas, dengan gerakan cepat Alvena membuka pintu salah satu ambulan dari banyaknya ambulan yang datang malam ini. Dengan bantuan para perawat, brankar dorong itu didorong memasuki IGD rumah sakit. Kaki Alvena tak hentinya bergerak untuk terus berlari mengikuti pasien yang kini terkapar tak berdaya di atas brankar.

"Karena apa?" tanya Alvena.

"Kecelakaan kerja, dok. Pendarahan di kepala akibat terbentur benda keras," jelas petugas ambulan tersebut.

Alvena mengangguk sekali sebagai respon. "Suster Aliya! Tolong ambil alih pasien, setelah pendarahan pasien berhenti, siapkan ruang operasi nomor satu!" seru Alvena lantang.

"Baik, dok!" Aliya mengangguk kemudian berlari cepat membuntuti brankar dorong yang didorong semakin cepat memasuki IGD.

Sedangkan Alvena, ia kembali berlari menuju beberapa ambulan yang kini berjejer tak beraturan di luar sana. Alvena berhenti sejenak untuk mengatur napasnya yang hampir habis, kemudian beralih pada seorang pasien wanita yang tampak kesakitan di atas salah satu brankar dorong.

"Bu, apa keluhan ibu?" tanya Alvena seraya menempelkan stetoskop miliknya di perut pasien.

"P-perut saya sakit banget, dok! Saya nggak tau kenapa tiba-tiba sakit, aduh..." sesekali ia mengaduh kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Bawa dia ke IGD dan minta Dokter Arsya untuk menangani. Jangan lupa lakukan CT Scan!" Alvena berucap lantang, lalu perawat tersebut mengangguk mengerti dan langsung membawa pasien tersebut menjauh dari Alvena.

"Alvena!" panggilan itu menghentikan pergerakan Alvena seketika. Ia menoleh melirik ke sumber suara, kali ini ia tak berniat memberikan senyuman atau pun sapaan ramah. Rasanya Alvena sudah terlalu muak untuk melakukan hal semacam itu pada wanita bermuka dua di hadapannya ini.

My Devil Doctor ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang