Malam ini setelah semua pasien selesai ditangani, Alvena langsung bergegas pergi ke toilet karena ada hal mendesak yang harus ia lakukan di tempat itu. Masih di dalam toilet, tiba-tiba cewek bertubuh mungil itu meringis kesakitan ketika tubuh kecilnya ini mendadak terpeleset karena lantai toilet rumah sakit yang licin.
"Aduh," ringis Alvena.
"Lo tau nggak, sih? Dulu pas zaman SMA, Dokter Inara sama Dokter Arsya sempet hampir pacaran, loh!" suara itu terdengar dari luar bilik toilet, membuat Alvena yang tadinya masih mengaduh kesakitan tiba-tiba diam. Ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangan lalu memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan.
"Ih, jangan sembarangan ngomong! Entar kalo cuma gosip kan namanya fitnah!" seorang yang lain ikut bicara, membalas perkataan temannya tadi.
"Beneran, Nes! Dulu gue satu sekolah sama mereka," Feli, seorang dokter anestesi itu berucap yakin sambil sesekali memoles wajahnya dengan bedak di depan cermin. "Dan parahnya, mereka nggak jadi pacaran karena Dokter Inara hamil sama cowok lain!"
"Hah?!" Alvena yang masih berdiam diri di dalam bilik toilet ikutan kaget. "Hamil...?"
"Ih, parah! Masa sih Dokter Inara semurah itu?" perlahan suara-suara itu mulai mengecil dan akhirnya menghilang, sepertinya mereka sudah beranjak keluar dari toilet.
Alvena yang masih syok itu lantas bangkit dari posisi terpeleset barusan, ia membuka pintu dan keluar dari sana. Cewek itu menatap pantulan dirinya di cermin sambil mencuci tangan. Wajah Alvena masih terlihat syok dan merasa tak percaya karena perbincangan aneh itu. Selama ini Alvena tak mengira bahwa ternyata cerita aslinya akan lebih rumit dari yang diceritakan Adel. Apalagi, setelah mendengar kabar bahwa ternyata Inara pernah hamil dengan lelaki lain.
* * *
"Ssssttt..." sambil menempelkan jari telunjuknya di depan bibir, Alvena menarik Naufal secara paksa dan membawanya ke ujung koridor rumah sakit yang tampak begitu gelap dan sepi.
"Na, lo ngapain sih?" Naufal celingak-celinguk ketakutan karena posisi mereka sekarang berada di depan kamar mayat. "Serem banget! Kok ke sini? Lo mau uji nyali?"
Alvena menabok pundak Naufal pelan. "Ih, bukan! Aku mau nanya sesuatu."
"Apaan tuh?"
"Kamu waktu SMA satu sekolah sama Arsya kan?" Alvena berbisik.
Naufal mengangguk. "Iye, kenape?"
"Satu sekolah sama Dokter Inara juga?"
Lagi-lagi Naufal mengangguk. "Iya, kenapa, sih? Rahasia banget ya lo ampe bisik-bisik begitu?"
"Gini, aku tadi denger omongan orang di toilet. Emang bener ya Dokter Inara pernah hamil di luar nikah?"
"Eh?" Naufal bergeming beberapa detik lalu matanya menyapu ke sekitarnya, memastikan tak ada seorang pun yang bisa mendengar percakapan mereka ini. Cowok itu kemudian menatap Alvena serius lalu mengangguk. "Bener."
"Hah?!" Alvena syok lagi. "Kok bisa?"
"Sebenernya nggak banyak yang tau hal ini. Inara itu anak salah seorang pejabat kaya raya, Na. Jadi, aib dia ditutup rapat-rapat sama bokapnya," jelas Naufal.
"Jadi belum ada yang tau selain kamu, Arsya, dan orang di toilet tadi?" Alvena bertanya penasaran.
"Gue nggak yakin, sih. Tapi yang pasti, emang belum banyak yang tau." Naufal menarik Alvena ke pojok untuk mencari spot lebih aman, sekaligus sedikit menjauh dari kamar jenazah yang kelihatan seram walau hanya dilihat dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Doctor ✓
Romans"Ketika seorang ketua geng motor paling kejam dan sadis yang sering membuat para manusia menetap di rumah sakit, ternyata ia juga yang berperan sebagai penolong nyawa." Arsyaka, dokter ganteng idaman seisi rumah sakit ini memang terkenal kejam, gala...