Part 1

17.5K 1.1K 15
                                    

Tarin membuka pintu kamar Tristan, mendapati putra kecilnya sudah tertidur lelap di dalam selimutnya. Ia berjalan ke sisi kasur Tristan dan duduk di sampingnya.

Tangannya mengusap rambut milik Tristan. Dengkuran kecil Tristan terdengar. Sebuah senyum melengkung di bibir Tarin melihat putranya yang terlelap. Senyum miris lebih tepatnya.

Kenapa gue dulu harus egois? Kenapa dulu gue bego banget? Kenapa gue tolol banget?

Berbagai pertanyaan berputar di kepala Tarin sambil terus menyudutkan dirinya sendiri.

"Maaf ya sayang. Maaf. Karena dulu mama egois, kamu jadi kayak gini," ujar Tarin dengan suara yang sangat lirih.

Air mata sudah jatuh membasahi pipinya. Tristan tidak mendapat kasih sayang yang seharusnya dari sang ayah. Mungkin Jonathan terkadang menjadi ayah yang baik walaupun jarang terjadi. Tapi pria itu terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya seakan sengaja menjauh dan jarang menghabiskan waktu bersama Tristan.

Jonathan Marendra Baskara, pria yang kini menjabat sebagai suami Tarin dan ayah dari bocah kecil di depan Tarin ini. Ayah biologis dari Tristan Mahesa Baskara.

Jemari Tarin terus memberikan usapan lembut di wajah Tristan. Tarin bisa menahan semua yang dilakukan Jonathan terhadapnya. Tapi tidak ketika ia melihat Tristan yang mendapatkan perlakuan dingin dari ayahnya.

Tarin ingat betul. Saat putranya berumur 3 tahun dan anak itu sudah mempertanyakan mengapa Jonathan sang ayah jarang bermain dengannya.


Tolong Jo, lo bisa dingin sama gue. Lo bisa ga anggep gue. Tapi tolong, ini buat Tristan.


Bukan gue yang mau dia ada di dunia ini. Gue udah cukup bertanggungjawab buat ngebiayain Tristan. Urusan lo mau gimana sama dia.


Perkataan Jonathan menusuknya telak. Untuk kesekian kalinya, hati Tarin hancur kembali. Tak berbentuk dan terasa sesak.

Air mata Tarin jatuh semakin deras. Tubuhnya bergetar karena ia berusaha menahan suara tangisnya agar tidak membangunkan Tristan.

"Maaf sayang. Maafin mama." Hanya kata maaf yang dapat terlontar dari bibir Tarin kepada anaknya.

Pernah sekali Tristan meminta Jonathan menemaninya bermain. Namun pria itu terlalu lelah dan berakhir ia mengomel dan memarahi Tristan. Tristan juga kerap bertanya mengapa ayahnya tak pernah mengantarnya ke sekolah atau ikut merayakan hari ayah di sekolah. Jonathan juga melewatkan ulang tahun Tristan dan ia bersedih hingga beberapa hari.

Itu adalah sedikit dari kesakitan yang putranya dapatkan. Tarin memang salah. Ia patut disalahkan. Tapi tidak dengan Tristan. Bagaimanapun, Tristan tetap darah daging Jonathan.

Kesalahan fatal Tarin yang membuat semua ini terjadi adalah keegoisannya dan obsesi semata untuk memiliki Jonathan. Ia berakhir hidup dalam neraka yang diciptakan Jonathan.

Jonathan dan Tarin berteman sejak di bangku perkuliahan hingga mereka bekerja. Berteman cukup baik hingga terus saling berhubungan walaupun mereka bekerja di tempat yang berbeda.

Tarin menyukai Jonathan sejak dahulu. Rasa itu tak pernah hilang. Bahkan hingga bertahun-tahun. Sayang, Jonathan tidak memiliki hal yang sama.

Kala itu mereka berumur 27 tahun. Jonathan bercerita tentang rencananya melamar gadis pujaannya. Kayana Sagita. Gadis yang mengisi tempat khusus di hati Jonathan.

Tarin mengetahuinya. Ia mengenal Kayana dan sebagai wanita, Tarin bisa merasakan jika Kayana memiliki hal yang sama.

Ia bahkan tau bagaimana keadaan kedua orang itu. Kayana yang lebih muda dari mereka, menginginkan fokus untuk karirnya membuat Jonathan harus menunggu dan bersabar sedikit lagi.

Jonathan mungkin sudah memberikan cincin pada Kayana namun Tarin yang diam-diam menginginkan Jonathan, merubah semuanya. Ia menjebak Jonathan hingga ia mengandung anak Jonathan.

Kehadiran Tristan merupakan hal yang direncanakan oleh Tarin. Dia gila saat itu. Tarin mengakui jika ia gila tetapi kegilaannya kini hanya menjadi sebuah penyesalan.

Penyesalan yang tidak bisa ia perbaiki. Jonathan tentunya marah. Marah besar dan membencinya setengah mati. Tidak hanya dirinya namun anak hasil rencananya.

Kayana juga pergi menjauh. Menghilang entah kemana karena sakit hatinya dan Jonathan harus menikahi Tarin karena ada anak yang harus dipertanggungjawabkan. Serta harga diri keluarga yang akan tercoreng.

Tidak hanya Jonathan, namun kedua orang tua Jonathan juga dingin terhadap Tarin. Ibu Jonathan khususnya. Ia sangat membenci Tarin. Hanya kedua adik Jonathan yang masih menaruh simpati pada Tarin.

Bahkan sebelum mereka menikah, keluarga Jonathan menuntut tes darah karena tidak yakin dengan kandungan Tarin. Mereka mengira Tarin menjebak Jonathan dengan menggunakan pria lain. Nyatanya tidak. Satu-satunya pria yang pernah melakukannya dengan Tarin hanyalah Jonathan seorang.

Dari situ semua ini bermula. Kehidupan pahit Tarin yang ia ciptakan sendiri. Karena keegoisannya.

"Maafin mama ya nak." Bisikan maaf itu kembali terulang dari bibir Tarin. Sangat terasa jika ia benar-benar bersalah pada putra kecilnya tersebut.

"Mama cuma mau Tristan dapet kasih sayang papa. Mama bertahan untuk itu. Gapapa mama sakit, yang penting Tristan sama papa."

Tarin mengusap air matanya. Semenjak kepindahan mereka ke Budapest, semua semakin kacau. Jonathan bertemu dengan Kayana, wanita yang ia cintai. Tarin tak yakin jika ia mampu mempertahankan Tristan di sisi Jonathan. Kemungkinan terburuknya, mereka bercerai dan Tristan akan kehilangan ayahnya.

Kesempatan besar menanti Jonathan. Sudah pasti pria itu akan mengejar Kayana, cinta pertamanya. Semenjak tau keberadaan Kayana di negara ini, Jonathan sering tersenyum. Ia bukan Jonathan yang murung. Ia berubah menjadi orang yang dahulu Tarin kenal saat perkuliahan.

Mereka pasti akan bercerai. Tarin yakin akan hal itu. Dan hak asuh Tristan akan jatuh pada Tarin sebagai ibunya. Karena Tristan masih berada di bawah umur.

Jika hak asuh itu jatuh pada Tarin, maka Tristan akan hidup dengannya. Berharap Jonathan akan mengunjungi mereka dan memperhatikan Tristan? Ketika hidup bersama saja, Tristan antara ada tiada. Apalagi ketika bercerai. Jonathan akan melupakan keberadaan darah dagingnya itu.

Lalu opsi kedua, jika Tarin memberikan hak asuh pada Jonathan. Ia tak bisa membayangkannya. Hidup jauh dari Tristan. Tarin tak bisa. Ia tak bisa melepaskan hartanya yang paling berharga.

Jonathan sangat membenci Tarin dan pasti ia tak mau melihat Tarin lagi. Mungkin ia akan dipersulit untuk bertemu Tristan jika Jonathan memegang hak asuh putranya atau lebih parahnya dilarang bertemu.

Tarin mengusap wajahnya. Berusaha menghapus keberadaan seluruh bulir air mata di pipinya.


Harusnya gue ga bego dulu. Harusnya gue ga maksa dulu. Semua kacau. Kacau karena keinginan gue. Kenapa gue dulu ga ngilang aja?


Berbagai penyesalan bermunculan kembali. Sekarang ia hanya bisa menyesalinya. Apa yang bisa ia perbuat sekarang? Semua sudah dirampas dari Tarin. Obsesinya telah merampas semuanya.

Termasuk karirnya. Satu-satunya obat Tarin hanyalah keberadaan Tristan.

Turning Back At You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang