Part 10

7.8K 715 14
                                    

Jonathan menatap Tarin yang baru saja keluar dari kamar mereka. Mereka baru akan pergi dan Jonathan tengah menunggu Tarin bersiap.

Kini ia terperangah melihat Tarin. Apa Tarin selalu seperti ini saat keluar? Tapi Tarin selalu seperti ini. Mengapa Tarin terlihat berbeda sekarang?

"Apa ada yang salah?" tanya Tarin saat mendapati Jonathan hanya menatapnya dalam diam.

"Eunghh, ngga. Ngga ada yang salah," jawab Jonathan mencoba menutupi rasa kagumnya.

Tarin tampak cantik. Bukan hanya cantik. Ia tampak dewasa dan berbeda. Mungkin karena Jonathan tau ini adalah date pertama mereka. Apa kencan pertama dapat mempengaruhi aura kecantikan seseorang?

Ia menggunakan dress putih yang menutupi  hingga lututnya. Dress itu memiliki potongan dada berbentuk v-neck yang rendah tanpa lengan. Hanya sebuah tali yang melingkar membentuk halter strap di leher Tarin.

Jonathan kembali berfikir. Sepertinya Tarin beberapa kali menggunakan dress seperti ini. Benar, saat tinggal di Indonesia juga Tarin senang menggunakan dress casual untuk keluar.

Fokus Jonathan kini berpindah pada potongan dada baju Tarin. Ia bisa melihat dada Tarin yang cukup berisi karena bentuk potongan dada baju itu adalah v-neck yang rendah.

Seketika ia menggelengkan kepalanya. Fikirannya sudah tidak benar. Masih terlalu pagi untuk memikirkan tubuh istrinya.

Jonathan mengambil langkah mendekati Tarin. Membuat Tarin mengambil langkah mundurnya hingga ia terpojokkan oleh pintu kamar mereka yang sudah tertutup rapat.

Ia mengambil jaket denim yang sedari tadi di genggam Tarin lalu memakaikannya pada  tubuh Tarin. "Ayo pake ini."

"Gue bisa pake sendiri."

Tidak ada sautan dari Jonathan. Ia hanya diam dan memastikan jaket itu terpasang menjadi outter Tarin. "Kancingnya dipasang," titah Jonathan saat Tarin membiarkan kancing jaket itu terbuka.

"Panas. Biarin aja kebuka," tolak Tarin.

Apa fungsinya pake jaket itu kalo ga dikancing? Dia sadar ga sih kalau masih terlalu kebuka? Erang Jonathan dalam diam.

Tanpa memperdulikan penolakan Tarin, Jonathan memegang kancing jaket denim Tarin dan berusaha mengaitkannya. "Banyak angin di luar. Nanti lo masuk angin." Satu alasan asal Jonathan meluncur.

"Sekarang lagi summer. Kalau bisa gue keluar cuma pake swimwear," balas Tarin tak percaya dengan alasan Jonathan.

"Nanti kulit lo jadi item." Jonathan tetap tak mau mengalah.

"Apasih? Justru kita sekarang tinggal di negara kayak gini, makanya mumpung ada sinar matahari harus sering-sering dijemur." Tarin menatap tak percaya Jonathan yang masih berkeras untuk mengancingkan jaketnya.

Jonathan menghela nafasnya. Mereka tak boleh bertengkar. Jangan sampai mood mereka hancur dan kencan pertama mereka berantakan.

"Gue ga mau semua cowok bisa liat tubuh lo," gumam Jonathan dengan sangat pelan.

Ia berharap Tarin tak mendengar gumamannya tapi apa daya? Tarin bisa mendengar jelas gumaman itu.

Pada akhirnya setelah mendengar gumaman Jonathan, Tarin mengalah. Fikirannya kembali kacau melihat tingkah posesif Jonathan terhadapnya.

"Ayo pergi." Tanpa menunggu lebih lama lagi, sebelum semua menjadi canggung, Tarin langsung menarik Jonathan keluar dari apartemen mereka.

"Kita mau kemana?" tanya Jonathan saat mereka menaiki trem bernomor 18. Ini trem yang membawa mereka ke pusat kota. Trem yang biasa ia gunakan untuk berangkat kerja.

Turning Back At You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang