Part 5

9.1K 911 14
                                    

Jonathan membuka matanya perlahan. Ia merasakan sebuah benda kecil yang menimpa perutnya. Matanya mengerjap sesekali. Menyadari Tristan tertidur dengan posisi yang sudah terbalik. Kaki mungil Tristan melintang di atas perut Jonathan dan tidak ada Tarin di kasur itu.

Ia melihat ke arah jam di kamar Tristan. Pukul 8 pagi dan langit masih gelap. Jonathan memindahkan kaki Tristan yang menimpa perutnya perlahan. Ia merapihkan posisi tidur putranya dan bangkit keluar dari kamar Tristan.

Suara gaduh terdengar dari dapur. Jonathan berjalan menuju dapur dan melihat Tarin yang tengah menyiapkan sarapan. Hari ini akhir minggu, membuat Tarin bisa bangun lebih siang dan menjalani paginya lebih santai. Biasanya ia akan menyiapkan sarapan di pukul 7 karena Jonathan yang pergi ke kantor pukul 8 dan Tristan akan masuk sekolah di pukul 9.

"Pagi," sapa Jonathan. "Oh, pagi. Tunggu bentar ya. Sarapannya belum siap."

Sembari menunggu roti dan supnya matang, Tarin menyiapkan teh untuk Jonathan. Juga susu untuk Tristan.

Suasana di antara mereka sangat hening. Antara canggung dan tak tau mau mengatakan apa. "Menu hari ini apa?" tanya Jonathan berusaha menghilangkan rasa canggung.

Tarin mengerutkan keningnya. Lima tahun hampir bersama, ini kali pertama Jonathan menanyakannya pada Tarin.

"Jangan tanya gue apa namanya, gue cuma liat di resep. Katanya sih makanan daerah sini. Habis mau ke asian market tapi belum sempet jadi beli yang deket supermarket sini aja bahan-bahannya."

Jonathan tertawa mendengarnya. "Okay. Semoga kita bertiga ga sakit perut pagi ini," tambah Jonathan lagi.

Ia teringat dengan asian market yang disebutkan Tarin. Apa Tarin punya cukup uang untuk itu? Asian market adalah tempat yang menjual barang barang dari asia dan berharga cukup mahal ketimbang barang lokal di supermarket biasa.

Seingatnya Jonathan hanya memberi uang yang pas selama ini. Hanya untuk makan, kebutuhan mereka dan Tristan. Itupun benar-benar seadanya.


Apa selama ini uangnya cukup? Dia kan udah ga kerja lagi. Gue ngasih juga ngepas.


"Apa uangnya cukup buat ke asian market?" tanya Jonathan pada Tarin.

"Gausah difikirin. Gue pake uang tabungan gue kok. Masih cukup juga."

Jadi tidak cukup. Jelas saja tidak cukup. Bukan karena Jonathan tidak punya uang. Ia selama ini hanya kesal sehingga merasa tanggung jawabnya hanya Tristan.

"Maaf."

"Udahlah Jo. Ini masih terlalu pagi buat ginian. Gue juga bakal cari cara kok biar dapet income selama kita tinggal di sini. Gapapa."

Jonathan melipat kedua tangannya. Matanya terus menatap Tarin yang memunggunginya karena ia tengah memasak sekarang.

"Ga gitu Rin. Gue selama ini sengaja ngasih uang pas karna menurut gue cuma Tristan yang perlu gue biayain. Eh taunya malah buat kita bertiga aja lo harus nombok. Padahal itu tanggungjawab gue. Maaf, gue jahat banget."

"Kita ngomongin ini nanti lagi. Tristan udah bangun."

Tarin melepas apron memasaknya setelah meletakkan sarapan mereka di meja makan. Lalu mendatangi Tristan yang berdiri sambil sibuk mengusap kedua matanya di tengah ruang santai mereka.

"Sayang mama udah bangun? Kita sarapan sekarang ya?" ajak Tarin. "Mama, apa hari ini Titan boleh main di taman?" tanya Tristan pada Tarin. "Boleh. Nanti mama temenin ya."

Turning Back At You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang