Part 19

6.4K 644 7
                                    

Jonathan menatap Desmond dengan tatapan tak bisa diartikannya. Semenjak datang, pria itu benar-benar selalu bersama Tristan dan juga bahkan mengekori Tarin ke dapur. Alasannya? Tidak ingin merepotkan Tarin dan membantunya menyiapkan hal di sana. 

Tch, seenaknya aja mentang-mentang Tarin bilang anggap rumah sendiri! Gerutu Jonathan yang tengah melihat Tarin dan Desmond sibuk di dapur sedangkan dirinya hanya diam duduk di meja pantry mereka. 

Sadar akan Jonathan yang terus menatap ke arahnya, Tarin menoleh. Jonathan hanya diam dengan raut wajah yang tak terbaca. 

Melihat tingkah aneh Jonathan membuat Tarin kembali khawatir. Jonathan terlihat tidak baik-baik saja sejak pagi tadi dan pria itu berkeras tidak mau beristirahat di kamar semenjak kedatangan Desmond. 

Tarin melepaskan apronnya. "Mond, tolong lanjutin bentar ya. Gue mau ke Jonathan dulu," ujar Tarin. "Okay. Oh iya, cicipin dulu dong sebelum lo cabut. Takut kepedesan terus Tristan gamau makan." 

Desmond menyuapkan sepotong daging yang ada di dalam pancinya kepada Tarin. "Pas kok. Ini udah enak banget. Emang lo paling jago deh buat ginian," puji Tarin bangga. 

"Siapa dulu? Delabenov gitu lho.." Desmond semakin membanggakan dirinya sendiri. "Ewh! Kok bisa yang kayak gini banyak yang ngantri?" canda Tarin. "Banyak yang ngantri tapi yang dimau kan cuma satu," timpal Desmond lagi. 

Ia melirik ke arah Jonathan yang duduk diam di meja pantry. Sangat terlihat jika pria itu memasang wajah masamnya. Desmond tersenyum tipis menyadari rasa tidak suka Jonathan akan dirinya yang terpancar jelas.

"Daripada lo. Banyak yang suka tapi ga peka." Kini berbalik Desmond menyerang Tarin. Ia mengusap gemas puncak kepala Tarin. 

"Habis ga ada yang terang-terangan. Emang gue peramal bisa tau mereka suka atau ga?" balas Tarin tak terima.

Tangan Jonathan terkepal erat di dalam lipatan tangannya. Bisa-bisanya Desmond ini memberikan kode kerasnya dan mengusap kepala istrinya seakan tidak ada Jonathan di sana. 

Jonathan bisa meledak jika seharian seperti ini. Ia kesal sekali. Kini Tarin berjalan menuju ke arahnya. "Jo, lo beneran gamau istirahat di kamar? Lo dari tadi diem aja. Masih pusing banget?" tanya Tarin beruntun pada Jonathan. 

Bukannya menjawab Tarin, Jonathan malah menarik Tarin ke dalam pelukannya. Ia memeluk tubuh Tarin erat dan menyandarkan kepalanya pada tubuh Tarin. 

"Jo.." 

"Please, bentar aja," gumam Jonathan pelan. Hanya Tarin yang bisa mendengar perkataan Jonathan itu. 

Tarin bisa merasakan hangatnya tubuh Jonathan yang memeluknya. Ia hanya diam, tidak membalas pelukan dari Jonathan itu. Tarin masih di dalam kebingungannya. Tidak mengerti akan apa yang tengah diinginkan Jonathan. 

"Wah Jonathan sekarang manja ya?" tanya Desmond yang baru saja menyajikan makanan di piring mereka. Pria itu menatap Tarin dengan tatapan menggodanya. 

Desmond terlalu dekat dengan Tarin hingga pria itu tau jika Tarin sekarang tengah kikuk. Dari tingkahnya, Desmond bisa menebak jika Tarin kebingungan bagaimana harus merespon tingkah Jonathan. 

"Seenggaknya gue manja ke istri sendiri bukan ke istri orang lain." Perkataan Jonathan seakan memberikan sindiran pedas pada Desmond sekaligus menandai jika Tarin adalah istrinya. 

"Ah! Jadi sekarang kalian udah mulai bonding ya?" tanya Desmond lagi dengan senyum polosnya. "Bukan gitu, Mond," tegas Tarin dengan cepat. 

Jonathan menengadahkan kepalanya menatap Tarin. "Bukan gitu?" tanya Jonathan mengulang ucapan Tarin dengan nada tak percayanya. Tarin baru saja menyangkalnya. 

Turning Back At You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang