Jonathan keluar dari kamar dengan pakaian kerjanya. Hari ini Jonathan akan bekerja.
Ga salah kan buat khawatir sama suami sendiri?
Perkataan Tarin sebelum keluar dari kamar membuat Jonathan yakin jika ia bisa bekerja dengan tenang hari ini. Walaupun harus meninggalkan Tarin dan Tristan bersama pria menyebalkan bernama Desmond itu.
Begitu keluar dari kamarnya, kening Jonathan berkerut. Terdengar suara Tarin tengah mengobrol dari arah dapur.
Mulutnya menganga tak percaya melihat Desmond yang sudah berdiri di dapur, membantu Tarin menyiapkan sarapan.
Yang bener aja?! Bertamu ke rumah orang pagi-pagi? Ini masih jam 8! Pekik Jonathan tak percaya pada Desmond.
Tapi sesaaat kemudian seringai puas muncul di wajah Jonathan. Ini rumahnya, ia bisa melakukan apapun. Dan Tarin adalah istrinya.
Jonathan berjalan mendekati Tarin. Ia memeluk tubuh Tarin dari belakang bahkan memberikan ciuman ringan di pundak Tarin.
"Jo! Astaga lo ngapain sih?" protes Tarin akan tindakan Jonathan. Wajah Tarin memerah seketika.
Ini di depan Desmond. Mengapa Jonathan bertindak seperti ini? Rasanya bukanlah seorang Jonathan. "Ada Desmond tau! Ga enak," omel Tarin.
Jonathan tidak memperdulikannya. Seakan omongan Tarin hanyalah angin lewat dan Desmond bukanlah seseorang yang berdiri di samping mereka.
"Lo belom kasih obat buat luka gue," bisik Jonathan di samping telinga Tarin. Ia meletakkan kepalanya di pundak Tarin. Membuat Tarin bisa merasakan nafas hangat Jonathan di sekitar lehernya.
Pelukan Jonathan juga mengerat di perutnya. Wajah Tarin benar-benar semerah saus pasta sekarang. "I-iya. Kan gue lagi buat sarapan. Nanti bisa kan?" tanya Tarin sedikit gelagapan.
"Gamau. Maunya sekarang," tolak Jonathan lagi.
Jonathan melirik ke arah Desmond yang menatap mereka dengan raut yang tak terbaca untuk sesaat. Lalu kembali fokus pada salad yang tengah ia buat.
"Okay, okay. Ayo kita buat sekarang." Tarin melepas pisau dan bahan makanan yang ada di tangannya dan mencuci tangannya. "Jadi pengen cepet-cepet punya istri kalau liat dimanjainnya kayak gini," celoteh Desmond sambil fokus memotong buah-buahan.
"Iya tau, udah waktunya lo cari istri. Mau sampai kapan lajang gini terus?" tanya Tarin lagi.
Jonathan menatap tajam Desmond dari belakang tubuh Tarin. Desmond ini sepertinya sangat suka memberi ancaman dalam ucapan untuk Jonathan.
"Iya bentar lagi kok. Paling hari ini juga dia pasti gue lamar," balas Desmond.
"Apa?!" pekik Tarin dan Jonathan bersamaan.
Tarin terkejut karena itu tindakan tiba-tiba. Sedangkan Jonathan tidak percaya akan ucapan blak-blakan Desmond. Dia akan melakukan sesuatu pada Tarin hari ini.
"Ayo, katanya mau dikasih obat," Tarin menyadarkan Jonathan yang terdiam.
Karena Jonathan yang masih memeluk Tarin dan ia membeku di tempatnya membuat Tarin tak bisa bergerak. "Ah iya maaf." Jonathan melepaskan pelukannya dan duduk di kursi pantry mereka.
"Tapi kan lo baru pulang dari sini nanti malam, gimana lo mau ngelamar dia? Emang dia tinggal di sini?" tanya Tarin pada Desmond.
"Jangan remehin seorang Desmond ya," tutur Desmond dengan percaya dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turning Back At You [COMPLETED]
RomanceKesalahan terbesar seorang Tarin membuat suaminya membencinya. Seperti semua yang dilakukannya adalah kesalahan yang tak bisa diampuni. Keegoisannya menyeret Tarin untuk hidup di dalam neraka terdalam yang diciptakan Jonathan. Hingga suatu saat Jon...