Tarin memejamkan matanya erat. Kedua tangannya terkatup. Semua harapan dan keinginannya terucap di dalam hati Tarin. Berharap jika semua itu akan menjadi kenyataan.
Sesaat setelah mengucapkan doa dan harapannya, Tarin membuka kedua matanya. Ia melihat Jonathan dan Tristan yang menatapnya sambil tersenyum.
Pandangan Tarin kembali mengabur karena air matanya yang keluar. Jemarinya menghapus air mata itu dan secepat mungkin Tarin meniup lilinnya, menyisakan sedikit asap dari lilinnya.
"Titan boleh makan kuenya sekarang?" Tristan bersiap mencolek krim kue itu. Tawa Tarin lepas begitu saja melihat anaknya yang tak sabaran ketika berurusan dengan makanan manis ini.
"Of course sweetie. Sugar to my Tristan," ujar Tarin mempersilahkan Tristan mencolek krim kue itu.
Tarin memotong kuenya. Potongan kue pertamanya. "First cake, buat yang lagi berusaha keras dapetin gue belakangan ini."
Sesuap sendok berisi kue tiramisu menunggu untuk masuk ke dalam mulut Jonathan.
"Kalo gue makan, apa gue udah diterima?" tanya Jonathan. Tarin memutar bola matanya malas. "Kerja keras bagai kuda terus berlanjut," gerutu Jonathan sambil menerima suapan kue itu.
"Potongan selanjutnya, buat malaikat kecil mama. Cinta pertama mama." Tarin menyuap potongan kue selanjutnya pada Tristan.
Anak itu memakannya dengan senang. "Again! Again mama!" pinta Tristan.
Tarin berakhir terus menyuapi Tristan hingga potongan kue keempat dan Tristan kekenyangan.
"Ini suapan spesial, buat yang ulang tahun." Tiba-tiba Jonathan sudah memegang satu sendok dengan potongan kue di atasnya.
Kue tiramisu itu, Tarin tidak tau bagaimana Jonathan bisa membeli kue kesukaannya. Selama ini Jonathan tidak tau menau tentang dirinya. Lagi pula Tarin juga tak pernah membicarakan kue kesukaannya di depan Jonathan.
Bunga Matahari itu juga. Apa si kecil Tristan yang memberitahu tentang Bunga Matahari? Lalu warna beige dan cokelat yang menjadi tema pembungkus kado mereka semua.
"Hari ini mama ulang tahun, so today papa and Titan will be on serve!"
Sesuai perkataan Jonathan, Tarin diberhenti tugaskan sementara. Jonathan akan memasak makan siang, membersihkan apartemen mereka, dan si kecil Tristan akan membantu Jonathan membersihkan tempat tinggal mereka.
"Gue beneran ga nyaman lho kayak gini," komentar Tarin saat ia hanya duduk melihat si kecil Tristan sibuk mengelap meja dan semua yang bisa ia lap dan Jonathan yang sibuk dengan vacum cleaner.
"Ssshhh... kita lagi fokus bersihin rumah bentar lagi selesai."
"Tristan bukan itu yang mau kita bersihin!!" pekik Jonathan ketika anaknya sibuk mengelap jejeran sepatu di rak sepatu.
"Tapi papa bilang semua di lap," jawab anak itu polos. Tarin tertawa mendengarnya. Ia menggendong Tristan dan mengambil kain lapnya.
"Sepatu Titan belum mama. Sepatu Titan." Tristan menunjuk sepatunya. "Udah bersih kok. Makasih banyak ya Tristan sama papa. Mama seneng banget." Tarin sibuk memberikan kecupan-kecupan kecil di pipi Tristan.
"Hari ini kita makan malam di luar ya? Mama yang traktir. Apapun yang Tristan sama papa mau," ajak Tarin.
"Really? Apa yang Titan mau?" tanya Tristan. Tarin mengangguk mengiyakan. "Seriusan? Apa yang papa mau?" tanya Jonathan mengulang pertanyaan anaknya. Tarin kembali mengangguk.
Senyum di wajah Jonathan tak pernah pudar. "Okay! Apapun yang papa mau."
Malamnya, mereka akan makan di luar. Sesuai janji Tarin, ia akan mentraktir Jonathan dan Tristan. "Tristan mau apa?" tanya Tarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turning Back At You [COMPLETED]
RomanceKesalahan terbesar seorang Tarin membuat suaminya membencinya. Seperti semua yang dilakukannya adalah kesalahan yang tak bisa diampuni. Keegoisannya menyeret Tarin untuk hidup di dalam neraka terdalam yang diciptakan Jonathan. Hingga suatu saat Jon...