Part 23

7.8K 664 9
                                    

Jonathan tidak nyaman selama di kantor. Sangat terlihat jika ia tidak berkonsentrasi dan banyak melamun. Ia terus memeriksa ponselnya, berharap ada pesan dari Tarin.

Sebelum pergi kerja, Jonathan berpesan pada Tarin untuk mengirimkannya pesan kemanapun Tarin akan pergi bersama Tristan dan Desmond. Tentu saja Tarin kebingungan akan permintaan Jonathan tapi ia malas untuk meributkan hal kecil di pagi hari mereka.

"Ayo kita makan siang, sekalian gue mau nyari sesuatu." Malvin muncul di depan pintu ruangan Jonathan.

Apa gue harus balik? Nyamperin di mana Tarin sama Desmond? Ngga. Gue percaya Tarin. Dia pasti lebih milih gue. Fikir Jonathan.

Ia mengambil waistcoatnya dan beranjak dari kursi kerjanya. Mengikuti kemana adiknya ini akan membawanya pergi untuk makan siang.

Ternyata siang itu Malvin membawa Jonathan ke area perniagaan sekitaran kantor. Karena kantor mereka terletak di pusat kota, membuat banyak area perbelanjaan dan perniagaan di sana.

"Sebelum makan siang, temenin gue ke toko perhiasan ya. Ada yang mau gue ambil," ajak Malvin.

Malvin menyeret kakaknya itu ke sebuah toko perhiasan yang cukup besar. Ketika Malvin sibuk memeriksa barang yang ia pesan, Jonathan berkeliling toko itu.

Dari namanya saja Jonathan tau jika ini bukan toko perhiasan yang murah. Tiffany & Co. Sebuah brand yang bernama. Dengar-dengar Malvin membeli sesuatu untuk Kayana dan hari ini ia akan mengambil pesanannya itu.

Berbagai jenis perhiasan dengan jenis dan ukuran yang bervariasi terpajang di sana. "Can I help you, sir?" Sebuah suara menyadarkan Jonathan.

Seorang pelayan tengah berdiri di dekatnya. "I'm okay, just want to take a look first," jawab Jonathan. Ia hendak kembali melanjutkan acara lihat-melihat perhiasan di sekitarnya. Sampai tatapannya terhenti pada sebuah kalung.

Kalung itu tidak berlebihan. Hanya sebuah liontin dengan mata berbentuk sebuah bunga. Jonathan menatap dalam liontin itu. Liontin itu sedikit menggelitik perhatian Jonathan.

"Pardon, can you tell me more about this one," tunjuk Jonathan. Pelayan itu mengambil dengan perlahan liontin yang ditunjuk Jonathan.

Senyum pelayan itu terlihat hangat menatap liontin indah di tangannya. Seakan-akan pelayan itu berteman dekat dengan perhiasan di tangannya.

"It's Dandelion flower. Meaning of a gift to loved one that will provide happiness and is a promise of total faithfulness, Sir," jelas pelayan itu. Selanjutnya ia menjelaskan tentang karat dan harga dari perhiasan itu.

Tidak semahal pendant yang diberikan Jonathan di hari ulang tahun Tarin kemarin. Tapi tetap memiliki bahan berkualitas yang sangat terlihat. Warnanya putih mengkilap, terlihat sangat elegan namun sederhana. Tidak berlebihan.

Dandelion ya? Total faithfulness? Senyum Jonathan terukir.

"I'll take it," ujar Jonathan singkat. Pria itu sepertinya lupa akan kekhawatirannya tentang istrinya yang tengah bersama Desmond dan mungkin akan direbut darinya.

Satu-satunya yang ada di dalam kepala Jonathan hanya membayangkan Tarin memakai liontin ini. Pasti terlihat sangat cantik. Apalagi jika dengan senyum manisnya.

Malvin melihat Jonathan berdiri di meja kasir sebelahnya. "Hah? Lo beli apaan?" tanya Malvin kaget. Jonathan tidak mengatakan satu katapun dan tiba-tiba sudah berdiri di meja kasir dan membayar sesuatu.

"Ada deh. Buat Tarin," jawab Jonathan tak lupa dengan senyum lebarnya.

Melihat tingkah Jonathan membuat Malvin memasang wajah malasnya. "Dasar orang baru jatuh cinta," ejek Malvin pada kakaknya.

Turning Back At You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang