Part 12

6.4K 692 11
                                    

Setelah makan siang, keadaan canggung dan kikuk di antara Jonathan dan Tarin juga berkurang. Tarin sedikit lebih rileks ketimbang sebelumnya.

"Jadi kita mau ke mana?" tanya Jonathan setelah mereka selesai makan. Jam menunjukkan pukul 2 siang.

"Citadella. Habis itu baru gue mau hunting barang. Gimana?" tawar Tarin berbalik. Jonathan mengangguk mengiyakan.

Siang hari ini terik sekali. Tarin merasa dirinya hampir di dalam sauna karena jaket denim yang ia gunakan. Ia melepaskan kancing jaket itu.

"Ih jangan dilepas!" hardik Jonathan saat Tarin hendak melepaskan.

"Demi apapun Jonathan Marendra Baskara, gue kayak sauna pake ini. Panas banget," protes Tarin pada Jonathan yang masih melarangnya melepas jaketnya.

Jonathan bisa melihat keringan di sekitar leher dan dada Tarin. Memang panas. Jonathan yang hanya menggunakan kemeja casual dan celana pendek saja merasakan teriknya matahari. Apalagi Tarin.

"Iya, lo boleh lepas." Akhirnya Jonathan mengalah. "Tapi jangan lepas tangan gue. Pokoknya lo ga boleh lepasin tangan gue."

Ia tidak mau jika pria asing menyebalkan menatap istrinya dengan penuh puja. Jonathan ingin memberitahu jika seseorang sudah memiliki Tarin. Dan itu dirinya.

"Heh.. peraturan aneh apalagi ini." "Udah dengerin gue aja." Jonathan tak menerima protes lainnya.

Tarin membuka jaket denim yang ia gunakan. Ia mengambil tissue dari tasnya dan mengelap seluruh bagian lehernya yang terasa berkeringat.

"Lho? Kok kita ke sini?" tanya Tarin bingung saat Jonathan menariknya ke salah satu toko souvenir terdekat.

Pria itu membeli sebuah topi cartwheel berwarna putih senada dengan dress Tarin. 

"Muka lo merah banget. Citadella kan tempat kebuka. Biar ga kepanasan." Jonathan memasangkan topi itu di kepala Tarin. Memastikan Tarin tidak terkena panas berlebihan.

Ia kembali menggenggam tangan Tarin dan mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Citadella. "Naik sepeda mau ga?" tanya Jonathan.

Citadella tidak terletak begitu jauh dari Central Market Hall. Mereka bisa menempuh dengan menggunakan sepeda selama kurang lebih 10 menit.

"Boleh," jawab Tarin sedikit ragu. Tapi Jonathan tidak memperdulikan keraguan Tarin tersebut.

Sepeda sendiri disediakan oleh pihak pemerintah Hungaria untuk dipergunakan warganya. Caranya cukup mudah. Cukup memindai visa atau ID card penduduk setempat lalu sepeda tersebut bisa di gunakan. Mereka juga harus mengembalikannya ke halte sepeda terdekat.

"Mau yang mana?" tanya Jonathan pada Tarin.

Di hadapan mereka ada beberapa jenis sepeda. Ada sepeda tandem untuk dua orang, sepeda lipat untuk satu orang, sepeda biasa untuk berboncengan, scooter, dan segway.

"Kalau itu, terus kempes ga lucu banget," bisik Tarin pada Jonathan sambil menunjuk ke arah deretan sepeda bonceng. Tawa Jonathan lepas begitu saja.

"Ya ngga lah! Lo kayaknya ga seberat itu juga. Ga mungkin kempes. Tapi lo bisa bawa sepeda kan Rin?" tanya Jonathan.

Diam. Tarin diam tak menimpali. Mata Jonathan membulat seketika. "Jangan bilang..." tebak Jonathan.

Tarin bisa membawa mobil. Iya, Tarin punya mobilnya sendiri saat mereka tinggal di Jakarta. Tapi Tarin tidak bisa membawa sepeda.

"Iya iya! Gue ga bisa bawa sepeda!" Tarin akhirnya mengakui kekurangannya.

Ia bersedekap tangan sambil memasang wajah kesalnya. Ini mengapa ia ragu  menjawab ajakan Jonathan untuk menggunakan sepeda.

Turning Back At You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang