Part 11

6.8K 694 10
                                    

Matahari menyinari kota Budapest dengan terik. Jam sudah menunjukkan siang hari. Waktunya mereka untuk mencari makan siang mereka.

Central Market Hall menjadi tujuan Tarin dan Jonathan. Sebuah bangunan seperti hall besar dengan arsitektur megahnya yang diisi banyak stall penjual makanan, souvenir, cemilan dan lainnya.

Seperti dugaan mereka, Central Market Hall juga dipenuhi banyak orang.

"Jonathan! Ini banyak banget!" pekik Tari  terkejut ketika Jonathan datang dengan berbagai makanan yang ia pesan.

Pria itu tampak seperti pelayan restoran nasi padang yang bisa mengangkut sekaligus semua piring. "Habis bapak itu baik banget. Dia bilang bonus buat istri gue yang cantik." Tunjuk Jonathan pada sebuah stand makanan tempat ia membeli.

"Apasih... cringey banget!" protes Tarin. "Serius Rin. Ya astaga... tapi bapaknya bener juga sih. Lo cantik banget hari ini," tambah Jonathan dengan polosnya.

"Akhirnya ada yang bilang gue cantik selain Tristan." "Jadi selama ini cuma Tristan yang bilang lo cantik?" tanya Jonathan penasaran. Kedua alisnya bertaut pertanda tak yakin.

"Katanya sih 'Mama cantik. Paling cantik buat Titan.' Habis itu minta dibeliin mainan." Tarin mengingat-ngingat bagaimana putranya itu merayunya agar bisa dibelikan mainan.

"Wah emang ga salah sih. Jago banget ngerayunya," timpal Jonathan tak percaya pada penuturan Tarin tentang putra mereka.

"Tapi pasti ada dong selain Tristan yang bilang lo cantik?" tanya Jonathan penasaran. Tarin menggelengkan kepalanya. "Sejauh ini gue ga pernah dapet omongan langsung sih yang bilang gue cantik gitu."

"Serius sih? Bahkan pas kuliah? SMA? Waktu pacaran dulu-dulu?" tanya Jonathan lagi.

Tidak mungkin Tarin tak pernah menerima ucapan jika dirinya cantik dari seorang pria. Saat berkuliah dulu, teman laki-laki Jonathan banyak yang mengagumi Tarin. Mengatakan jika ia cantik, manis, ramah, dan sebagainya.

"Ada sih." "Tuhkan! Gue bilang pasti ada."

"Nyokap bokap gue yang bilang," balas Tarin.

Jonathan menatap Tarin gemas. Bisa-bisanya dia membalas seperti itu. "Gemes banget gue liat lo. Rasanya pengen gue karungin terus bawa pulang," dumel Jonathan menatap Tarin tak percaya.

"Ya ada lah selain mereka bertiga yang bilang gue cantik."

"Siapa? Mas Theo?" Jonathan menebak dengan merujuk kepada satu-satunya saudara Tarin tersebut. Tarin menggelengkan kepalanya.

"Lo. Barusan aja."

Diam. Jonathan dibuat diam oleh Tarin. Kupingnya memanas seketika. Tarin tidak menggodanya tapi mengapa Jonathan jadi malu sendiri. Sampai-sampai kupingnya terasa panas.

"Lucu juga ya liat muka lo merah gitu. Kapan lagi gue bisa buat seorang Jonathan kayak gini?" celetuk Tarin dengan entengnya.

Ia sibuk mengunyah Langos di hadapannya sambil bertopang tangan menikmati wajah merah Jonathan yang jarang terlihat.

Tch! Awas ntar gue buat ga kalah merah lo, Rin. Rutuk Jonathan dalam diam.

"Oh iya, mumpung kita lagi in a good term sekarang. Ada sesuatu yang pengen banget gue lakuin." 

Alis Jonathan bertaut mendengar permintaan Tarin. "Dari dulu gue selalu pengen ngomongin tentang Tristan sama lo. Kayak, kita mau gimana ke Tristan. Maksud gue buat masa depan dia. Mungkin kembangin bakat dia, dan yang lainnya."

Turning Back At You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang