Tarin menatap ponselnya khawatir. Desmond tak kunjung kembali. Ia mencoba menelfon nomor itu namun tak aktif.
"Lo kemana sih? Jangan bilang lo kena human trafficking?!" gumam Tarin panik. Sudah jam 6 lebih. Satu jam sudah sejak Desmond mengatakan pergi untuk mengambil sesuatu.
Langit sudah mulai malam. Lampu Kota Budapest mulai menyala di tengah langit malam.
"Tristan jangan lari-lari deket tangga, sayang." Tarin mengingatkan Tristan yang sibuk berlarian di sekitarnya.
Mereka menunggu Desmond di area tangga utama depan gedung gereja. Memudahkan Tarin untuk melihat ke arah pintu masuk siapa saja yang datang.
"Ehh—" Tarin terkejut ketika merasakan sesuatu memeluknya erat.
Wangi tubuh ini milik Jonathan. Jonathan memeluk tubuhnya erat. Entah darimana datangnya Jonathan tapi Tarin tau yang memeluk dirinya sekarang adalah Jonathan.
"Jo? Lo kok bisa di sini?" tanya Tarin bingung.
Nafas Jonathan terasa kasar dan tidak beraturan. Seperti orang yang baru melakukan triathlon. "Tarin jangan pergi. Please, jangan pergi," bisik Jonathan di tengah nafasnya yang memburu.
"Jonathan, lo kenapa?" tanya Tarin bingung. Pria itu bahkan tidak melepaskan pelukannya sama sekali.
Jangankan melepaskan, Jonathan semakin mengeratkan pelukannya. "Gue sayang banget sama lo, Rin. Gue ga bisa hidup tanpa lo. Tanpa Tristan juga."
"Jo..."
"I've totally fallen for you. I want you to stay with me," ujar Jonathan.
Tarin terdiam mendengarnya. Jonathan mencintainya. Benar, Jonathan baru saja mengatakan jika ia mencintai Tarin. Ia menginginkan Tarin untuk berada di sampingnya.
Ia mencoba menatap mata Jonathan. Kedua mata itu menangis. Tarin bisa melihat mata Jonathan yang berkaca-kaca, siap untuk menumpahkan air matanya.
Selain terlihat berkaca-kaca, Tarin bisa melihat ketulusan dan kesungguhan di sana. Jemari Tarin mengusap wajah Jonathan pelan. Ia tak bisa menyembunyikannya lagi.
Jonathan sudah berusaha sebisanya. Ia sudah mengobati semua luka Tarin. Luka itu sudah mengering dan tidak terasa perih. Jonathan sudah menyembuhkannya.
"I do feel the same, Jo. I still have the same for you."
Kedua kaki Tarin berjinjit, ia memberikan sebuah ciuman manis untuk suaminya. Setelah semua ini, kini perasaan Tarin terbalaskan.
Rasanya bukan hanya kupu-kupu yang berterbangan di tubuh Tarin sekarang. Seperti seluruh isi kebun binatang berada di dalam sana.
"Mama! Papa! Why there's no kiss for Titan?!" Sebuah suara membuat Tarin dan Jonathan tersadar seketika.
Suara putra mereka yang menggerutu sambil bersedekap tangan dengan wajah merajuknya. Tarin melepaskan tautan bibir mereka.
Baik Tarin maupun Jonathan tertawa melihat tingkah Tristan yang kini berusaha memisahkan Jonathan dengan Tarin lalu mencoba berdiri di antara kaki kedua orang tuanya.
Ada banyak pertanyaan di kepala Tarin. Mengapa Jonathan bisa tiba-tiba di sini? Dengan tampilan berantakan seperti ini? Lalu kemana Desmond?
Tapi semua itu bisa menunggu. Untuk sekarang, ia hanya ingin menikmati momen ini dengan Jonathan dan tentu saja si kecil Tristan.
"Oh! Gue ada sesuatu." Jonathan teringat hadiah kecil yang baru ia beli di dalam sakunya.
Tarin melihat Jonathan mengeluarkan sebuah kotak beludru dari sakunya. "Lima tahun yang lalu, di depan gereja, kita buat sumpah kita. Tapi gue ga berlaku kayak apa yang gue janjiin di depan Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turning Back At You [COMPLETED]
Roman d'amourKesalahan terbesar seorang Tarin membuat suaminya membencinya. Seperti semua yang dilakukannya adalah kesalahan yang tak bisa diampuni. Keegoisannya menyeret Tarin untuk hidup di dalam neraka terdalam yang diciptakan Jonathan. Hingga suatu saat Jon...