Part 18

6.6K 655 11
                                    

"Jo lo makin pusing? Apa kita ke rumah sakit aja?" tanya Tarin khawatir saat melihat Jonathan tergeletak lemas di kasurnya.

Begitu pulang, Tarin menemukan Jonathan berbaring di kasur. Wajahnya terlihat merah sekali. Namun suhu tubuhnya normal.

Lima tahun hidup bersama Jonathan, baru kali inilah sakit Jonathan terasa aneh oleh Tarin. Tapi Tarin khawatir jika sesuatu terjadi pada Jonathan.

"Jangan pergi dulu. Gue takut jatoh kalo ditinggal sendiri," pinta Jonathan pada Tarin. "Lo ga bisa jalan? Kayak muter gitu? Atau kadar gula lo rendah ya sekarang?" Tarin mulai berasumsi sendiri.

Jonathan menggeleng lemah. "Iya, iya. Gue ga kemana-mana. Lo rebahan di kasur dulu ya, biar Tristan temenin. Gue mau nelfon Desmond buat ngabarin gue ga bisa jemput terus kasih tau pake apa ke sini."

"Iya gitu aja. Jangan pergi pokoknya."

Rencana berhasil! Ahh makin jago gue acting. Beneran harusnya jadi artis aja. Ungkap Jonathan dalam hati.

"Papa belum sembuh? Ayo papa harus sembuh. Titan wants to play with papa." Tristan naik ke atas kasur Jonathan.

Ia ikut berbaring di samping Jonathan dan memeluk ayahnya. "Papa pusing banget. Tristan cium papa dong, biar papa cepet sembuh," pinta Jonathan.

Tristan mencium kening ayahnya. "Sembuh!" ujar Tristan setelah mencium Jonathan. "Ah, it feels better now." Jonathan tersenyum melihat putranya.

Pintu kamar Jonathan terbuka, melihat Tarin masuk ke dalam. Tarin membuka ikat rambutnya dan bersiap untuk mandi. "Mama mandi ya, Tristan jaga papa dulu. Okay? Bentar lagi uncle Desmy sampai."

Tarin berlalu masuk ke dalam kamar mandi. "Yeay.. Uncle Desmy is coming," pekik Tristan senang.

"Pick one, Uncle Desmy or Papa?" tanya Jonathan usil pada putranya. "I like uncle Desmy. He used to play with me all the time before he moved away. But since we live here, papa always play with me."

Tristan memainkan action figure di tangannya. "And then?" tanya Jonathan lagi merasa jawaban Tristan kurang untuknya.

"I like both of you," jawab Tristan sambil tersenyum lebar.

Nggak! Jangan Tristan! Tristan suka papa aja. Pekik Jonathan dalam hatinya.

Ia menggelitik perut anak itu sampai membuat Tristan tertawa cekikikan. "Say it. Say you only like papa or I'll tickle more." Jonathan menggerakkan jemarinya di pinggang Tristan.

"Hihihihi.... papa stop.. hihihi," ungkap Tristan. Terkadang anak itu sampai terbatuk-batuk. "Say it, sweetie. Say it," pinta Jonathan. "I like papa. Titan only likes papa." Akhirnya Tristan menyerah.

"Kalian lagi ngapain? Jonathan, lo harus istirahat." Tarin yang baru keluar dari kamar mandi mengingatkan Jonathan. "Gapapa Rin. Gue udah mendingan kok."

Kening Tarin kembali mengkerut. Secepat itu obatnya bereaksi? Kenapa sekarang Jonathan tampak jauh lebih baik? Tarin hanya meninggalkannya untuk mandi selama 15 menit tapi ia sudah jauh lebih baik.

"Lo udah mendingan?" Tarin meneliti Jonathan. Ia menempelkan punggung tangannya pada kening Jonathan. Suhu tubuhnya normal. Merah di wajah Jonathan juga berkurang.

"Masih pusing?" tanya Tarin lagi. "Udah mendingan," jawab Jonathan. "Tristan jangan ajak papa main dulu ya. Biar papa sembuh dulu," perintah Tarin.

Tarin sibuk mengeringkan rambutnya di meja rias. "Tadi Titan kiss papa, mama. And papa feeling better now," lapor Tristan pada Tarin.

Turning Back At You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang