"Tristan tau besok hari apa?" tanya Jonathan pada Tristan.
Anak itu menatap ayahnya bingung. Sambil menjilati es krim vanillanya, Tristan mengangguk. "Hari libur, papa," jawab Tristan.
Tawa Jonathan keluar setelah mendengar jawaban polos anaknya. Tristan memang sedang dalam libur musim panasnya. Tapi maksud Jonathan bukanlah hari libur.
"Besok hari ulang tahun mama," jawab Jonathan.
Mereka hanya duduk di kursi taman. Tristan sudah kelelahan bermain tangkap bola bersama Jonathan dan kini sedang menikmati es krimnya.
"Gift! Gift! We should give the best gift to mama," pekik Tristan pada ayahnya.
Jonathan mengangguk mengiyakan. "Tristan mau kasih apa sama mama?" tanya Jonathan pada putranya.
"Ice cream. It's delicious. Titan likes it very much," jawab Tristan dengan polosnya sambil menunjukkan tiga scoop ice cream cone di tangannya.
"Tapi ice creamnya nanti meleleh, sayang. Mama ga bisa makan kalau tunggu besok." "Kita punya kulkas, papa," jawab anak itu.
Tentu saja mereka tidak akan memberikan ice cream cone tiga rasa seperti yang tengah dinikmati Tristan. Tetapi Jonathan sendiri tidak memiliki ide apapun.
Ia tak tau apa barang kesukaan Tarin, apa yang Tarin butuhkan, apa yang Tarin mau. Apa ia harus mengikatkan pita merah di sekujur tubuh Tristan dan datang sambil membawanya lalu tadaaaaa.... ini kado dari Jonathan.
Tristan yang dibungkus pita merah.
Tidak mungkin. Yang benar saja ia akan melakukan hal konyol itu. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Memikirkan apa yang akan ia berikan pada Tarin.
"Tristan temenin papa ya? Kita beli kado buat mama. Okay?" ajak Jonathan.
Daripada berdiam diri dan sibuk memikirkannya, Jonathan lebih memilih berkeliling dan melihat-lihat berbagai hal. Mana tau ia bisa menemukan sesuatu untuk Tarin.
"Mama suka apa ya?" tanya Jonathan pada Tristan yang ada di genggamannya.
"Mama suka Tristan!" pekik Tristan senang. "Oh God! Why you have to be this cute, my little boy?!" erang Jonathan gemas melihat putranya.
Mereka menyusuri jalanan Bécsi U untuk mencari hadiah Tarin. Sepanjang kiri dan kanan jalan dipenuhi berbagai brand high-end hingga brand lokal. Toko souvenir, makanan, fashion, semua terdapat di sana.
"Mama loves that color papa." Tristan menunjuk sebuah sepatu berwarna Beige yang terpajang di etalase.
Tarin suka warna Beige?
Jonathan menyimpan informasi itu dengan baik. Mungkin ia akan berusaha mengorek dari putranya ini. Semoga saja Tristan dapat membantunya. "What else, Tristan? What does mama love besides that color?" tanya Jonathan.
Kening Tristan mengerut tanda ia mencoba berfikir. "Mama loves papa and Titan. This much!" Tristan merentangkan kedua tangannya selebar mungkin.
Tingkah Tristan kembali memancing senyum Jonathan. "She loves us more than anything, big boy. That's our mama," ujar Jonathan dengan penuh percaya dirinya.
Langkah kaki Jonathan terhenti di sebuah toko yang kecil. Toko itu bertuliskan Paprika. Toko souvenir yang cukup terkenal. Ia masuk ke dalam toko itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turning Back At You [COMPLETED]
RomanceKesalahan terbesar seorang Tarin membuat suaminya membencinya. Seperti semua yang dilakukannya adalah kesalahan yang tak bisa diampuni. Keegoisannya menyeret Tarin untuk hidup di dalam neraka terdalam yang diciptakan Jonathan. Hingga suatu saat Jon...