Part 18

230 45 3
                                    

"Sudah yah, kamu jangan terus menerus menerorku. Mobil Hoseok sudah bisa digunakan seperti sedia kala dan dia tidak membutuhkan aku lagi untuk mengantar jemputnya" kata Seokjin pada sosok di sisinya.

Mereka berdua sedang berada di sebuah restoran cepat saji untuk istirahat siang ini. Taehyung tertawa kecil saat menyadari memang benar yang dilakukannya adalah terus memastikan Hoseok aman dan tentram lewat Seokjin.

"Tadi dia berjanji untuk makan siang kan? Hyung lihat dia ke kantin?"

Seokjin tertawa dan berdecih, "Ya. Aku melihatnya menikmati daging asam manis di kantin tadi" katanya, "ck, kenapa kamu tidak langsung bertemu saja dengan dia? Mungkin ini semua bisa dibicarakan, dan aku tidak perlu berada di antara kalian berdua" lanjut Seokjin, Taehyung segera membalas dengan gelengan

"Tidak. Aku tidak bisa membuat Hoseok membenciku, aku mungkin menangis jika dia membenciku" kata Taehyung dengan tawa sedih.






"Aku meragukan kamu menangis saat Soonyoung dan kamu bertengkar hebat" kata Seokjin.








Baru terujar kalimat itu, kini matanya membulat dan ditepuknya mulutnya.  Taehyung menatapnya heran, tentu heran terpampang jelas pada wajahnya, bagaimana bisa seorang Seokjin tahu mengenai hal ini? Seokjin mungkin sahabat Hoseok tapi dia sudah terlalu banyak tahu.

Seokjin menelan ludah kasar, merasa telah tertangkap basah.

"Jangan lihat aku seperti itu! Iya.. iya aku tahu banyak. Sedikit sebenarnya, tapi mungkin banyak" kata Seokjin menimbang-nimbang informasi sebanyak apa yang telah didapatnya dari Hoseok.

"Hoseok ceritakan banyak hal ternyata" kata Taehyung








Takut sekali Seokjin bahwa Taehyung menangkap hal tersebut merupakan hal yang negatif, buru-buru ia jelaskan sepengetahuan dia.

"Iya, Hoseok ceritakan banyak hal, tapi yah karena itu kamu. Kalau orang lain mungkin tidak akan jadi topik pembahasan dia" kata Seokjin

"Aku baru menyadari kamu satu-satunya teman 'sex'nya yang dia panggil namanya. Maksudku, dia tidak pernah ceritakan tentang 'teman-temannya' ini, terlebih memanggil nama, mungkin adalah tabu bagi dia. Ada yang dipanggilnya si tinggi dan blonde, si bocah gym bergigi kelinci dan si penari yang lucu dan kamu, kamu dipanggilnya tanned perfect guy. Tapi seiring berjalannya waktu yang kudengar hanya nama Taehyung dan Taehyung. Lucu yah temanku yang satu itu" kata Seokjin mengingat-ingat.






"Iya Hyung, teman Hyung yang satu itu lucu, sudah lucu, manis pula. Buat aku bimbang saja" kata Taehyung
"dan sebutan Tanned perfect guy..  daripada dipanggil pria sempurna aku sungguh lebih senang mendengar namaku keluar dari bibirnya. Terlebih saat dia panggil aku dengan sebutan 'Tae', kau tahu Hyung? Aku berasa akan pingsan" kata Taehyung, semburat merah muncul di pipinya, mengingat bagaimana namanya dipanggil Hoseok buat Taehyung bergelinjang senang.

Seokjin mengerjap, "wow.. apakah orang jatuh cinta memang se-cringy ini?" Ada rasa mual yang lucu yang dirasakan Seokjin saat Taehyung mengatakan banyak hal tentang Hoseok. Terdengar seperti anak remaja yang baru mengenal cinta.

"Apa yang Hoseok katakan tentangku?" Tanya Taehyung malu-malu. Karena ya pada dasarnya ini memang memalukan, tapi dia sangat penasaran bagaimana Hoseok menceritakan dan menggambarkan dirinya.

"Dia mengatakan kamu manis, kamu dengan semua usahamu memahami dan menyesuaikan diri dengan Soonyoung, membuat kamu ada nilai plusnya" kata Seokjin dengan kekehan

Taehyung tersenyum malu-malu, dirapihkannya rambutnya canggung. Disebut manis, siapa yang tidak berbunga-bunga?

"Tapi kau tahu apa yang dia katakan lagi tentangmu? Kamu tidak bisa memilih. Kamu terlalu bimbang, mengejar atau berhenti, tapi malah sakiti dirimu" kata Seokjin

"Hati-hati loh, kadang pilihan kita bukan hanya menyakiti diri kita sendiri tapi orang lain juga"

Taehyung menelan ludah kasar, ya memang benar. Dia tidak mengelak.

"Kalau kamu sudah bawa Hoseok kedalam kehidupanmu, kenapa tidak totalitas? Kenapa tidak dibawa lebih dalam dan dipertahankan? Kan kasihan kalau hanya jadi strangers with memory."

"Lain kali, Taehyung tidak perlu ada orang ketiga yang membantu kamu untuk yakin dengan dirimu sendiri yah" kata Seokjin

Taehyung merasa tertampar. Tapi memang dia pantas menerimanya. Langkah bimbang malah buat semua berantakan.

"Ngomong-ngomong, aku harus kembali ke kantor. Jam makan siang sudah akan selesai" kata Seokjin sembari merapihkan tasnya.


"Uhm Hyung, aku titip ini yah" kata Taehyung, tangannya mendorong paper bag ke arah Seokjin. Seokjin memeriksa kedalam, lalu keningnya mengerut heran.

"Beberapa malam ini, Hoseok habiskan waktu di bar. Dia membutuhkan setidaknya minuman berenergi dan obat"

Seokjin berdecih kesal, "Bandel betul anak itu"

"Tidak Hyung, dia hanya habiskan waktu dengan minum. Dia mungkin membutuhkannya" kata Taehyung membela

"Bukan begitu, tapi kalau dia bertemu orang jahat bagaimana?" Tanya Seokjin masih tidak percaya Hoseok melakukan hal tersebut.

"Ada aku Hyung, if they try to get close to him or touch him, i make sure i broke their jaw.. or at least their kneecaps"

Seokjin tertawa dan mengangguk, "yah dengan tubuh mu aku yakin mereka tidak akan berani mendekati Hoseok. Tapi aku tetap tidak setuju dia minum. Dia punya kamu dan aku yang siap dengarkan ceritanya.." tapi lalu Seokjin tertawa, "ah tapi mungkin kamu tidak masuk hitungan, kamu mungkin adalah alasan dia minum"

Taehyung tertawa kecil.
"Jangan sampai kamu ketahuan, ketahuan bahwa kamu mengikuti dia, kamu mungkin akan berakhir menangis karena dia mungkin akan teriakkan tepat diwajahmu bahwa dia membencimu" kata Seokjin










Ya Taehyung setuju. Mungkin akan jadi mimpi buruk kalau Hoseok tahu.















Next Chapter 🔜

조명 - UntitledWhere stories live. Discover now