Bab 04 - Magic of

513 60 23
                                        

[ Happy reading ]

"Apakah kamu sangat mencintai Viona?"

"Ya. Aku sangat mencintainya."

Saat itu juga setetes air mata lolos dari mata hazel Leticia. Ia merasa sakit saat melihat bagaimana Gevariel sangat kehilangan Viona, tapi ia juga jauh lebih sakit ketika mengetahui faktanya Gevariel sangat mencintai Viona dan tak bisa melupakan kakaknya itu.

"Lalu, beginikah caramu mencintai kakak ku? Kamu ingin mengakhiri hidupmu sendiri dan bertemu dengan Viona di surga sana? Iya?"

Gevariel menunduk dalam diamnya.

"Dasar bodoh! Setidaknya kau harus mencari tahu dulu siapa dalang dibalik kematian Viona, setelah itu akhiri lah hidupmu jika mau." Setelah melontarkan kalimat yang cukup untuk menjadi tamparan bagi Gevariel itu, Leticia meninggalkan pria itu sendirian dan lebih memilih untuk kembali ke istana.

Setelah menutup pintu kamarnya dengan keras dan memastikan bahwa ia sudah menguncinya, Leticia segera berbaring di kasur besarnya dan menarik selimut hingga menutupi sekujur tubuhnya. Dibalik selimut itu ia menangis, menangisi bahwa sampai kapanpun cintanya akan bertepuk sebelah tangan.

"Semua orang di istana ini selalu menyakitimu."

Leticia terdiam. Ia tidak bisa menyalahkan siapapun, ia tidak bisa menyalahkan Viona dan juga tidak bisa menyalahkan Gevariel. Satu-satunya yang bisa ia salahkan adalah dirinya sendiri, karena sudah mencintai Gevariel terlalu dalam walaupun ia sendiri tau konsekuensi dan hal apa yang akan terjadi.

"Jangan salahkan dirimu sendiri, Leticia. Dan berhentilah menangis. Jika kau terus menangis, maka aku juga akan membunuhnya."

"Jangan!" teriak Leticia kepada dirinya sendiri.

Leticia menghapus air matanya dan tak sengaja melihat gelang yang masih melingkar di pergelangan tangannya. Ia baru ingat bahwa seorang wanita paruh baya pernah memberikan nya di taman beberapa waktu lalu. Gelang cantik itu tampak berkilau di mata Leticia.

"Tolle animam meam alteri terra." Leticia bergumam, mengucapkan kalimat aneh yang wanita tua itu ucapkan saat bertemunya. Leticia tak tau kenapa ia masih mengingat ucapan yang menurutnya aneh tersebut.

Leticia menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran aneh di dalam kepalanya. Ia biarkan saja gelang itu berada di tangannya, karena gelang itu juga terlihat cantik bagi Leticia.

Leticia kembali mengingat Gevariel dan lagi-lagi gadis itu menangis. Sore itu, ia habiskan seluruh waktunya untuk menangisi Gevariel hingga akhirnya ia tertidur pulas karena kelelahan.

***

"Leticia, bangun sayang."

Sayup-sayup suara merdu nan halus itu mengusik Leticia. Dengan berat hati ia membuka matanya dan ketika ia sudah membuka mata, terlihat seorang wanita cantik yang sedang tersenyum dihadapan nya.

"Tidurmu lelap sekali, bunda sampai takut kamu tidak akan kembali."

Bunda? Siapa sebenarnya wanita ini?

"Cepat bangun dan kita sarapan bersama, bunda tunggu dibawah ya sayang."

Wanita yang menyebut dirinya bunda tersebut keluar dari kamar meninggalkan Leticia yang sedang kebingungan setengah mati. Ia melirik ke seluruh penjuru kamar dan —oh tunggu, ini bukan kamarnya?! Ia kembali menatapi setiap sudut ruangan ini lamat-lamat, dan tetap saja memang ini bukan kamarnya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Ia mencoba mengingat kembali kejadian sebelum ia terbangun dari tidurnya, ia hanya ingat ia sedang menangisi Gevariel di kamarnya, lalu kini kenapa ia berada di ruangan asing tersebut.

Leticia termenung dan untuk beberapa saat ia langsung berlari kecil keluar dari kamar tersebut, ia butuh memastikan sekali lagi dimana keberadaannya. Matanya terkejut ketika melihat ternyata seisi rumah ini sangat jauh berbeda dengan istana yang Leticia tempati.

Rumah ini memiliki interior desain dominan berwarna putih, seperti kamar yang Leticia tadi tempati, membuat rumah ini terlihat modern tapi masih terlihat mewah. Sangat berbeda jauh dengan istananya, istana nya dahulu memiliki interior dan desain yang dominan berwarna emas, seperti istana-istana pada umumnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nona Leticia, tuan dan nyonya sudah menunggu nona di ruang makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nona Leticia, tuan dan nyonya sudah menunggu nona di ruang makan." Ketika sedang asik memandangi tempat yang cukup asing ini, tiba-tiba seorang pelayan menunduk dan memberikan arahan kepada Leticia agar gadis itu segera mengikuti nya menuju ruang makan.

Ketika sampai di ruang makan, ia melihat wanita yang menyebut dirinya bunda tadi dan seorang laki-laki gagah dan tampan yang mungkin seumuran dengan bunda.

"Kenapa kau lama sekali Leticia?" Laki-laki dengan iris mata berwarna biru itu bertanya dengan nada tegasnya.

"Maaf, tuan," balas Leticia sambil menunduk sopan.

"Tuan? Aku ini ayahmu, putri kecilku ada-ada saja tingkahnya." Damarion tertawa kecil menanggapi ucapan Leticia yang ia kira lelucon untuknya.

"Sudah, lebih baik kita sarapan dulu."

Leticia menikmati sarapannya dalam diam, karena sungguh ia masih tidak tau apa yang terjadi. Kenapa ia bisa ada disini? Tempat macam apa ini? Kemana Olivia? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan di pikiran gadis itu.

Usai sarapan Leticia memutuskan untuk kembali ke kamar dan mencoba memahami situasi. Pertama ia harus mengetahui dimana kini ia berada, ia melihat ke luar jendela yang berada di kamarnya dan di luar hanya terlihat pemandangan pohon-pohon rindang yang menjadi pemandangan yang  menyejukkan.

Kedua, ia harus mengetahui siapa orang-orang yang ia temui tadi termasuk bunda dan ayah yang ia temui di ruang makan. Setelah menggeledah isi kamar, Leticia menemukan satu bingkai foto yang terdapat di atas nakas. Foto tersebut terlihat seperti foto keluarga, di dalam foto tersebut ada Damarion, dirinya dan juga Joana yang berarti mereka benar-benar orang tua Leticia. Dalam foto tersebut mereka semua tampak bahagia, begitupun dengan dirinya.

Yang bisa ia tangkap saat ini adalah, kini Leticia adalah seorang putri tunggal dari pasangan Damarion dan Joana walau entah bagaimana kejadiannya. Namun, entah kenapa ingatan Leticia tertuju pada mantra yang ia gumamkan sore hari lalu, sebelum ia tertidur dan tiba-tiba terbangun di rumah ini. Mungkin mantra tersebut lah yang menarik Leticia ke dalam dunia ini.

Leticia tersenyum, "Inikah kebahagiaan yang dijanjikan oleh wanita tua itu? Sebuah kehidupan baru."

To be continued. . .

Hai semuanya! Aku balik lagi hehe, jangan lupa vote dan comment nya yaw. Yang mau kasih kritik dan saran juga sok mangga banget. Btw sorry aku slow up bcs akhir akhir ini banyak kesibukan yang harus aku kerjakan hehe, see u

Alter Ego [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang