Bab 34 - So Hurts

111 11 2
                                    

[ Happy reading ]

Kelabu. Langit mendadak menjadi kelabu menghantar kepergian seorang makhluk bumi. Di balik pohon rindang, seorang gadis tengah menatap kepergian pria yang paling dikasihinya di dunia ini. Tanpa suara, hatinya menangis, meratapi kepergian yang sangat tiba-tiba untuknya. Kepergian Devian si putra kerajaan Chandler menyisakan sebuah tanda tanya besar bagi masyarakat luas, banyak isu yang beredar bahwa pria tampan itu rela menghabisi nyawanya karena lelah menjalankan beratnya hidup ini. Namun isu hanyalah isu, tidak ada yang benar-benar tau tentang alasan mengapa Devian lebih memilih mengakhiri hidupnya, begitupun dengan Leticia.

Gadis itu sangat terpukul, di kepalanya banyak berbagai macam pertanyaan, mengapa Devian nekat melakukan hal itu? Apa karena dirinya? Mengapa Devian pergi meninggalkannya? Bahkan untuk selama-lamanya.

"Leticia, bukankah seharusnya kita kembali? Bagaimana jika ada yang melihatmu? Ingat, kau sedang dicari oleh seluruh orang di negeri ini."

Leticia hanya diam, tak menghiraukan perkataan Billy yang selalu setia mendampinginya. Ia menatap lurus ke depan, melihat bagaimana beberapa orang termasuk orang tua Devian kini sedang menangisi mendiang putranya di tempat peristirahatan terakhirnya. Melihat hal itu, pundaknya bergetar, tak kuat menahan sedih yang sangat mendalam. Dari semua penyiksaan yang pernah Leticia rasakan di dua dunia, kehilangan Devian sebagai makhluk yang paling ia cintai adalah penyiksaan yang paling menyakitkan bagi Leticia. Membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Devian selama hari-hari ke depan, membuat hatinya sakit, mengingat Devian adalah sejenis psikotropika baginya, selalu berhasil membuat dirinya ketergantungan.

"Leticia."

Alih-alih menyahuti Billy, Leticia kembali menangis dengan histeris. Billy yang berada disampingnya pun dengan tanggap segera membawa Leticia ke dalam pelukan. Kini, semuanya hancur berantakan. Semua hal yang diperjuangkan atas dasar cinta, hilang tanpa sisa.

***

Pepatah yang mengatakan cinta itu buta memang benar adanya. Ia datang tak pandang bulu, hinggap dalam hati seluruh makhluk bumi tanpa izin. Seperti bagaimana Leticia jatuh hati pada seorang Devian, laki-laki yang memiliki tingkat kemiripan hampir seratus persen seperti Gevariel. Segala cara ia lakukan, agar dirinya menjadi bagian yang paling Devian cintai, tak peduli caranya benar ataupun salah. Hingga ia lupa bahwa pada akhirnya apa yang ia tanam, maka itulah yang akan ia tuai.

Kini, tak ada lagi alasan Leticia untuk bertahan. Semua orang di kota ini sudah membencinya, mereka sedang sibuk mencari dimana keberadaan gadis yang kejam itu bersembunyi untuk segera diadili. Devian juga sudah meninggalkannya, jauh ke dimensi yang tak akan Leticia sanggup temui.

Di sebuah ruangan kecil yang menjadi tempat persembunyian Leticia beberapa hari belakangan ini, belasan botol bekas minuman keras bergeletakan di setiap sudut ruangan. Tangan mungil gadis itu terlihat bergetar saat menuangkan alkoholnya ke gelas terakhir nya sore itu, tak ada yang bisa Leticia lakukan di ruang pengap ini.

"Kau terlihat menyedihkan sekali, Leticia."

Leticia tertawa kecil, "Apa? Menyedihkan? Tuhan menciptakan ku karena sebuah kesalahan, sudah takdirku menjadi manusia yang paling menyedihkan, Billy."

Diam-diam Billy tersenyum hambar. Kini apa yang telah menjadi penantian panjangnya pupus sudah, tak ada lagi yang bisa ia harapkan dari perasaan Leticia kepadanya. Perasaan Leticia pada Devian adalah hal mutlak yang tak bisa diganggu gugat.

Billy meraih pergelangan tangan Leticia, menuntun gadis itu untuk melepaskan gelas kecil yang menemaninya selama menenggak alkohol. Dibawanya tangan itu ke dada bidang bagian kiri, tepat dimana jantungnya berdetak kencang hanya karena putri manis itu.

"Dengan sungguh, untuk terakhir kalinya aku ingin kau tau Leticia. Aku mencintaimu."

Leticia hanya diam, menatap manik mata Billy yang terasa sangat dalam. Meski pupus, Billy mencintai Leticia dengan sangat tulus.

"Kembalilah, terlalu banyak yang terjadi di dunia ini. Tak peduli kita berada di dimensi manapun, kita adalah jiwa-jiwa yang tak pernah ditakdirkan Tuhan untuk bersatu."

Billy merengkuh tubuh ringkih Leticia untuk terakhir kalinya, "Selamat tinggal, Leticia."

Dalam sekejap, Leticia ambruk di pelukan Billy. Perlahan-lahan tubuh yang ia peluk erat itu tampak pudar, hingga akhirnya menghilang ke dimensi asalnya.

To be continued. . .

Alter Ego [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang