Bab 27 - Deception

110 20 4
                                    

[ Happy reading ]

"Kau, memangnya tidak ada kesibukan, huh?" Seorang gadis dengan rambut sepunggung itu sedang menatap cermin, merapihkan helai demi helai rambut indahnya dengan sisir berlapis perak, sisir itu adalah hadiah ulang tahunnya dua tahun yang lalu yang ia dapatkan dari sang ayah. Sedangkan seorang pria tengah menatapi gadis itu, di sebuah ranjang besar nan empuk.

"Tidak ada. Kesibukan ku, hanya bersamamu."

Gadis itu berdecak dihadapan cerminannya. Kalimat itu terlalu murahan bagi dirinya yang terlihat sangat berkelas.

"Ah ya, aku ingin menanyakan sesuatu."

"Tanyakan saja."

"Mengapa, kau membunuhnya?" Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sudah terpendam dalam pikirannya beberapa hari belakangan ini.

"Karena kau menginginkannya."

Gadis itu terkejut, lalu memutar tubuhnya, menatap sang pria dengan tatapan penuh tanya. "Aku? Aku tidak berniat membunuhnya."

"Ah, maksud ku bukan dirimu, tetapi alter yang berada dalam dirimu. Caldrone pernah hampir membunuh gadis itu dengan cara yang sama. Namun gagal, karena dirimu."

Lagi-lagi gadis itu memandang sang pria dengan penuh tanya. "Karena ku?"

"Ya, karena dirimu, Leticia."

***

Devian mengeratkan mantel yang melekat pada tubuhnya. Suhu sudah mencapai tiga derajat celsius, tetapi aktivitas masih berjalan seperti biasanya. Kegiatan sekolah juga sudah diliburkan, karena musim dingin sudah tiba.

Tak banyak orang yang berlalu lalang di luar ruangan saat musim dingin, karena sebagian dari mereka lebih memilih untuk menghangatkan diri di rumah. Hari ini, Devian memutuskan untuk pergi ke luar dari rumahnya, entah kemana kakinya akan melangkah pergi, ia hanya butuh berjalan-jalan untuk menjernihkan pikirannya.

Setelah memutari kota, kaki dengan balutan boots cokelat setinggi mata kaki itu terhenti di depan sebuah cafe. Matanya menatap dua orang lelaki yang sedang asik bercengkrama, dengan cangkir mereka masing-masing. Cafe Utopia, adalah cafe yang hanya buka saat musim dingin berlangsung. Cafe itu selalu ramai pengunjung karena menyediakan minuman hangat yang sangat lezat dinikmati saat salju datang.

Teh maple dan cokelat mint panas adalah minuman andalan cafe tersebut, tak ayal banyak pengunjung yang berbondong-bondong untuk menikmati menu tersebut bersama orang terkasih mereka.

Devian melangkah memasuki cafe tersebut. Suara nyaring yang dikeluarkan oleh bel pintu masuk, membuat dua orang yang Devian pandangi sejak tadi mengalihkan perhatiannya.

"Kevin, kita harus ngomong."

Ya. Kedua orang yang membuat Devian memasuki tempat ini adalah Kevin dan Cakra. Setelah beberapa hari menghilang tak ada kabar, kini keduanya malah tengah asik bercengkrama tanpa dirinya.

Wajah Kevin yang tadi cerah kini mendadak masam, bahkan sebelah tangannya kini terlihat sedang mengaduk-aduk asal teh di cangkirnya.

"Lo mau ngomong? Ya udah tinggal ngomong. Gue dengerin."

Devian hanya bisa menghela nafasnya pelan begitu mendengar kalimat tak bersahabat dari Kevin. "Gue, ada salah apa sama lo?"

Kevin diam.

"Salah gue apa sampai bikin lo menghindar kaya gini? Kalau emang salah gue terlalu fatal, gue minta maaf. Tapi tolong, lo bisa kasih tau letak kesalahan gue dimana."

"Lo gak salah, Devian." Bukan Kevin yang bersuara, melainkan Cakra. Jujur Cakra sangat dilema saat ini, sebenarnya ini adalah bukan saat yang tepat untuk memihak entah Kevin ataupun Devian, karena inti permasalahannya pun belum jelas.

"Kalau gue gak salah, kenapa lo berdua ngelakuin ini sama gue?" Kini Devian benar-benar tak mengerti.

"Ya, benar kata Cakra. Lo emang gak salah, yang salah adalah pacar lo, Leticia."

Devian memijit keningnya pelan, baginya Kevin dan Cakra terlalu bertele-tele, menimbulkan sebuah tanda tanya besar di kepala Devian. "Leticia? Maksud lo, apa? Sumpah gue gak paham. Bisa gak sih, lo langsung to the point aja, biar semuanya jelas."

"Oh lo mau semuanya jelas?" Kevin maju satu langkah, mendekatkan dirinya pada Devian.

"Asal lo tau ya, Leticia adalah orang yang udah ngebunuh Maudy. Jadi, udah jelas kan kenapa gue harus jauhin lo? Karena gue yakin, lo pasti ada di pihak Leticia!"

Devian tertawa mendengarnya. Apa katanya? Leticia membunuh Maudy? Ck, lelucon yang tidak masuk akal. "Omong kosong! Gak mungkin Leticia ngelakuin hal itu."

"Awalnya gue juga gak mau percaya, tapi semua bukti tentang hasil autopsi Maudy menjelaskan semuanya! Dan lo sendiri pun tau, apa yang terjadi dengan Leticia dan Maudy saat terakhir kali mereka bertemu..,"

"Leticia hampir bunuh Maudy, di hadapan kita semua!"

Devian menggeleng tak percaya. Ia tidak ingin mempercayai apapun sebelum semua jelas buktinya. "Lo, ada bukti?"

Kevin melempar sebuah map yang diberikan dokter Gery kepadanya kemarin, tentang semua rincian hasil autopsi Maudy.

"Gue gak akan ngomong ini tanpa ada dugaan yang jelas. Tunggu aja, gue bakal cari bukti, kalau emang Leticia pembunuhnya. Cewek itu cuma pura-pura polos. Gue, lo dan semua orang tertipu sama cewek itu."

To be continued. . .

Halo semuanya~ sorry update chapter ini lama banget huehue, soalnya aku lagi agak sibuk dan minggu ini aku lagi uas. Aku juga gak akan update dulu sebelum selesai uas huhu, jangan kangen yaaa wkwk.

Alter Ego [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang