[ Happy reading ]
Secangkir cokelat hangat sudah berada di genggaman Leticia. Setelah menemukan Leticia di sebuah jalanan yang sangat sepi, Billy langsung membawa gadis itu bersembunyi, di tempat persembunyian nya yang mustahil orang akan tau.
Gadis itu sudah tidak menangis seperti tadi, akan tetapi pandangan nya kosong, menyiratkan sakit yang menusuk hingga ke relung hati.
"Leticia, sudahi sedih mu."
"Bagaimana?" Tanya itu terdengar lirih dan sangat putus asa. Melihat Leticia sakit, Billy pun merasa sakit, terlebih sumber kesakitan Leticia adalah Devian, lelaki yang sangat dicintai oleh gadis tersebut.
"Lupakan dia."
"Kutanya sekali lagi, bagaimana bisa, Billy?"
Billy menghela nafasnya gusar, melihat Leticia kacau membuat dirinya menjadi balau pula. Ia tak suka melihat Leticia bersedih, saat dirinya mati-matian membuat Leticia untuk bahagia.
"Bahkan saat Devian membencimu, kau akan tetap mencintai dia? Hm?"
Leticia diam.
"Sampai kapan kau akan sadar Leticia, hanya aku, hanya aku yang akan bersamamu dalam kondisi apapun..,"
"Aku mencintaimu, Leticia."
"Jangan main-main denganku, Billy!"
"Aku tidak main-main. Sungguh, aku mencintaimu, sedari dulu. Jauh sebelum Devian datang ke kehidupan mu."
Leticia diam termenung. Tak ada lagi kata-kata yang bisa ucapkan sebagai aduan argumentasi untuk Billy. Kini semua hal menjadi terasa rumit bagi Leticia, karena posisinya ia bukanlah pemilik dunia ini. Ia hanya sosok yang datang entah dari dunia mana, sosok yang ingin menemukan seonggok bahagia.
"Maaf." Akhirnya, hanya kata maaf yang bisa lolos dari bibir mungil Leticia.
"Maaf? Maaf karena kau akan memilih Devian kembali, iya?"
Sejujurnya Billy sudah muak dengan Devian. Jauh sebelum Devian dan Leticia bertemu, Billy sudah lebih dulu mencintai Leticia di yang berada di dunia ini. Namun rasa sukanya tak pernah ia katakan, sejak mengetahui Leticia dekat dengan seorang pangeran. Billy sadar diri, memangnya ia siapa? Ia hanyalah seorang anak biasa yang ditawarkan menjadi pelatih bagi Leticia. Ia merasa ia tidak cukup pantas menjadi pendamping Leticia.
"Sejak dulu kau hanya selalu menatap Devian, tak pernah memberikan aku kesempatan untuk mendapatkan mu, barang sekalipun."
Leticia menggeleng. "Cukup Billy! Kamu tidak akan mengerti."
"Apa yang tidak aku mengerti, Leticia? Selama aku bersamamu, aku selalu memberikan apapun yang kau mau, aku berusaha mengerti dirimu. Lantas apa yang tidak aku mengerti? Perasaan mu untuk Devian?"
"Kau tidak mengerti apapun tentang ku, Billy. Aku bukanlah Leticia yang nyata di dunia ini."
***
"Kevin, sorry, gue gak percaya sama ucapan lo. Gue terlalu dibuat buta sama cinta, sampai gak liat bahwa Leticia itu seorang monster."
Semilir angin musim dingin menyapu permukaan kulit Devian. Sudah hampir dua puluh menit Devian mampir, untuk menemui Kevin, mendiang sahabat terbaiknya. Rasa bersalah menyerang Devian bertubi-tubi, begitu mengetahui siapa dan apa yang sebenarnya terjadi.
Devian menatap nanar batu nisan yang bertuliskan nama Kevin, nama yang dulu sering sekali ia umpati karena kebodohannya. Kini, ia rindu mengumpati Kevin dengan maki-makian yang biasa ia keluarkan.
Sejatinya yang lalu seharusnya dibiarkan berlalu, tapi Devian tidak bisa membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Ini perihal nyawa seseorang, nyawa orang-orang tak bersalah yang harus rela tercabut sia-sia hanya karena dirinya.
Sebenarnya Devian masih belum mengetahui apa motif dibalik pembunuhan Leticia kepada teman-teman nya, yang jelas Devian merasa ini semua terjadi karena dirinya, sedikitnya ia ikut andil atas kasus ini karena awalnya ia mempercayai Leticia atas dasar cinta. Sampai saat ini, Devian benar-benar tak mengerti tentang perasaan nya. Jelas ia sangat kecewa perihal apa yang dilakukan Leticia, tetapi mengubah perasaan tak semudah membalikkan telapak tangan, Leticia adalah gadis yang sudah ia cintai lama, perasaan itu masih tertanam jauh di seluruh relung hatinya.
Namun logikanya memberikan sebuah ancaman, bahwa dirinya harus membenci gadis itu, gadis yang dengan mudahnya melenyapkan nyawa manusia. Devian gundah, semua perasaan itu bersatu, hingga akhirnya semua itu bermetamorfosa menjadi rasa bersalah yang menjalar kuat di hatinya.
Devian merogoh saku celananya, mengambil beberapa jenis obat yang entah darimana bisa pria itu dapatkan. Nembuntal, Alprazolam dan GHB Ketamine, jenis-jenis obat yang sangat sulit ditemukan, kecuali dalam kondisi genting di dalam dunia medis.
Awalnya Devian ragu, tapi begitu mengingat bagaimana tersiksanya ia saat bayangan Kevin terus menghantui kepalanya, rasa ragu itu kian sirna tergantikan oleh rasa bersalah yang menghunus jantung. Devian menenggak lima butir obat dengan jenis yang berbeda sekaligus, membuat tubuhnya bereaksi secara tak wajar beberapa detik setelahnya.
Gumpalan busa berwarna putih kekuningan keluar dari mulut Devian, seiring lunglainya tubuh kokoh yang biasa menjadi tempat hangatnya pelukan bagi sebagian orang, termasuk Leticia. Detik itu juga Devian ambruk, tanpa seorang pun tau.
Sore itu, Devian memilih pergi, meninggalkan rasa bersalah dan cintanya pada sekumpulan manusia di muka bumi ini. Ia pergi, ke tempat yang sangat jauh, sampai tak ada lagi seorangpun yang akan menemukannya menangis terkubur dalam rasa bersalah.
"Leticia, aku membencimu. Tapi seharusnya kau tau, aku benar-benar tak bisa melakukan itu, karena aku masih mencintaimu."
To be continued. . .
![](https://img.wattpad.com/cover/262190693-288-k704544.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego [END]
FantasíaLeticia, merupakan seorang gadis cantik keturunan bangsawan. Suatu saat ketika ia terbangun dari tidurnya, ada sesuatu yang berubah. Ia bukanlah Leticia yang dulu. "Jadi, kamu yang membunuh semua teman-temanku?" Leticia menggeleng. Ia tidak ingin...