[ Happy reading ]
Pagi ini hujan salju. Salju yang diturunkan langit hari ini begitu lebat, membuat beberapa aktivitas seperti berkendara harus dihentikan. Seluruh manusia yang ingin beraktivitas di luar ruangan diwajibkan untuk berjalan kaki, untuk menghindari resiko kecelakaan saat berkendara.
Devian menatap kosong jalanan yang disinggahi salju setebal tiga sentimeter. Hawa dingin tak ia hiraukan, pikiran nya melayang pada sikap Kevin, sahabatnya.
Masih teringat jelas bagaimana Kevin memandangnya dengan tatapan sinis, terlebih setelah itu ia hanya mau menemui Cakra. Setelah hari itu pun baik Kevin dan Cakra tak ada yang memberinya kabar, entah tentang bagaimana proses penyelidikan Maudy, ataupun bagaimana kabar Kevin setelah kehilangan Maudy. Mereka seolah menjauh darinya.
"Apa yang kamu pikirkan, hm?" Devian tersentak ketika Leticia memeluknya secara tiba-tiba.
"Hanya sedang sedikit berpikir, apa yang salah denganku."
"Tentang apa?"
"Apapun. Belakangan ini Kevin dan Cakra seolah menjauhiku, entah apa yang salah."
Leticia menggenggam tangan Devian, mencoba memberinya kehangatan, baik bagi tubuh juga hatinya. "Tidak ada yang salah denganmu, Devian. Mungkin mereka sedang melakukan sesuatu diluar sana."
"Sudah, tidak baik terus memikirkan sesuatu yang buruk terus menerus. Lebih baik kau memikirkan ku, karena kini ada aku yang tepat disamping mu."
Devian menjawil pelan hidung Leticia dengan gemas. "Baik, apa yang harus aku pikirkan tentang mu?"
"Devian, coba kau pikirkan hal ini dengan baik. Bagaimana jika aku ternyata adalah Leticia yang lain? Bagaimana jika suatu saat nanti aku berubah?"
Menanggapi pertanyaan serius Leticia, Devian hanya tertawa kecil, menganggapnya hanya sebatas pertanyaan konyol dan terlalu berandai-andai. "Apa? Kau akan berubah menjadi sosok monster yang menakutkan? Mustahil, Leticia."
"Aku serius, Devian!"
Devian perlahan mendekatkan wajahnya dengan wajah Leticia, memangkas jarak antara mereka, membuat hembusan hangat nafas Devian menyapu wajah Leticia yang mulai merona. Dengan sengaja, Devian menggesekkan hidung mancungnya dengan hidung Leticia, memberikan rasa hangat yang menjalar hingga lubuk hati mereka masing-masing.
"Siapapun kamu, bagaimana pun kamu, aku akan tetap mencintaimu. Cukup kamu ada di dunia ini, itu sudah menjadi suatu hal yang perlu aku syukuri," bisik Devian dengan tulus. Pandangannya melembut, menatap Leticia dengan penuh kasih sayang.
Rinai salju pagi ini menjadi saksi, bagaimana Devian berjanji akan tetap mencintai Leticia dalam kondisi apapun. Namun tetap saja, sekuat apapun kau mengikat janji, tetap tak akan ada yang mampu melawan takdir semesta yang penuh asa.
***
Hari ini Cakra menemani Kevin menuju rumah sakit, untuk melihat hasil autopsi jenazah Maudy. Tak peduli dengan tebal dan dinginnya salju yang menghadang, Cakra akan tetap setia mendampingi Kevin untuk mengurus beberapa hal tentang kepergian orang terkasihnya.
Kini mereka sedang menunggu seorang dokter, yang bertugas untuk mengautopsi jenazah Maudy. Beberapa hari belakangan ini Kevin seolah menghindar jika Cakra bertanya perihal Devian. Cakra pun merasa ada yang tidak beres pada Kevin, entah apa itu, yang pasti ia akan menunggu sampai Kevin bercerita dengan sendirinya.
"Selamat sore, Dok!"
"Selamat sore, Kevin!"
"Gimana dok hasil autopsi adik sepupu saya? Apa ada hal yang bisa saya jadikan petunjuk, untuk mencari si pelaku?"
Dokter yang memiliki nama Gery itu sedikit menjelaskan, tentang hasil autopsi Maudy, seperti yang Kevin minta. "Maudy meninggal akibat belati yang tertancap di lehernya sedalam tujuh sentimeter. Belati itu memutus salah satu syaraf penting, hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya saat itu juga."
"Namun, dilihat dari luka-luka yang terdapat di tubuh mendiang. Pelaku mencoba menyayat tubuh korban dengan benda tajam yang sangat tipis dan berukuran lebih panjang dari pisau, tentunya bukan belati. Itu terlihat seperti sayatan pedang, bahkan jika dilihat lebih dalam, sayatannya pun tak abstrak dan asal sayat. Sepertinya pelaku yang melakukannya adalah seseorang yang handal memegang pedang..,"
"Untuk lebih jelasnya kamu bisa melihat dalam berkas ini. Saya juga melampirkan beberapa foto untuk menjadi bukti yang dapat kamu simpan," tutup dokter tersebut sebagai akhir dari penjelasannya.
"Sebelumnya, terimakasih dok."
Dokter tersebut tersenyum lalu berlalu, tapi tidak dengan Kevin. Pria itu mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia merasa marah saat mendengar penjelasan dokter Gery. Ia membayangkan, bagaimana takutnya Maudy saat berhadapan dengan orang-orang jahat itu. Ia membayangkan betapa kejinya hal yang dilakukan oleh pelaku yang entah apa sebab dan tujuannya, melakukan hal tersebut kepada Maudy.
Pikirannya langsung tertuju pada seseorang. Orang yang menjadi alasan mengapa ia menjauhi Devian, yaitu Leticia. Sejak Kevin mendatangi TKP dan melihat langsung bagaimana kondisi rumah, bahkan jenazah Maudy secara langsung, ia langsung tertuju pada Leticia.
Bukan tanpa sebab ia berpikir bahwa Leticia adalah pelakunya. Pasalnya, belati yang menusuk di lehernya seperti bukti yang sengaja ditinggalkan oleh sang pelaku, bagi Kevin. Di kota ini, tak ada yang boleh memiliki benda lempar yang tajam seperti belati, selain para pengawal dari istana. Kecurigaan Kevin yang kedua adalah, ia masih mengingat dengan jelas, bagaimana seorang Leticia mengancam Maudy dengan menodong sebuah garpu tepat di depan leher Maudy.
Dua kecurigaan itu terus merayap di kepala Kevin, entah memang ia sedang gelap mata saja, atau memang karena semua bukti itu terlalu kuat, untuk merujuk pada Leticia.
Gigi Kevin bergemelutu, ia berusaha menahan amarahnya saat ini. "Leticia!"
"Hah, Leticia?" Cakra yang bersama Kevin saat itu jelas mendengar apa yang dikatakan sahabatnya.
"Lo, mau tau gue menjauhi Devian karena apa? Karena Leticia. Karena cewek itu udah ngebunuh Maudy."
Cakra melebarkan matanya. "Vin, gak mungkin."
"Itu faktanya, Cak. Dasar putri sialan!"
To be continued. . .
Hai hai! Happy reading ya semuanya, hope u enjoy with this chapter, soalnya masih abu-abu banget nih tentang pelakunya hihi^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego [END]
FantasiaLeticia, merupakan seorang gadis cantik keturunan bangsawan. Suatu saat ketika ia terbangun dari tidurnya, ada sesuatu yang berubah. Ia bukanlah Leticia yang dulu. "Jadi, kamu yang membunuh semua teman-temanku?" Leticia menggeleng. Ia tidak ingin...