Bab 35 - Go Back ; End

163 10 2
                                    

[ Happy reading ]

Angin sepoi-sepoi menerpa permukaan bumi yang ditumbuhi dengan pohon-pohon rindang. Musim semi hampir berakhir, sisa-sisa dedaunan kering masih menyapa gersangnya tanah.

Leticia melenguh, membuka kedua bola matanya yang terasa sangat berat. Tubuhnya terasa sakit, ia rasa tulang-tulang nya remuk hingga menjadi beberapa bagian. Leticia menyipitkan matanya ketika gorden kamarnya tertiup angin, silaunya cahaya matahari membuat Leticia tak bisa melihat jelas apa yang ada di sekitarnya.

"Nona Leticia!"

Leticia mendengar suara seorang maid yang seperti memekik senang saat Leticia membuka matanya. Langit-langit kamarnya yang tak pernah ia rubah sejak ia kecil adalah hal pertama yang ia lihat dengan jelas.

Leticia berusaha bangkit dari tidurnya namun tidak bisa, kedua lengannya sangat sakit hingga ia tak mampu untuk sekadar merubah posisinya. Ada apa ini?

"Nona, nona tidak boleh banyak bergerak. Luka di tubuh nona belum sepenuhnya pulih."

Leticia tidak mengetahui luka apa yang ada di tubuhnya, karena memang sesakit itu hingga dirinya tak bisa bergerak sedikitpun.

"Apa yang terjadi padaku?"

Maid itu hanya diam sambil menundukkan kepalanya.

"Apa yang terjadi padaku?!" Kali ini dengan nada suara yang cukup tinggi, Leticia mencoba untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya di dunia ini.

"Nona Leticia tidak ingat?"

"Saat nona menjatuhkan diri dari gedung pencakar langit di pusat kota?"

***

Laksana di tengah jenggala, suasana di sekitar istana besar milik keluarga Eloise tampak sepi tak berpenghuni. Hanya ada Leticia dan puluhan pelayan yang siap sedia melayani nya.

Leticia menatap kosong pantulan dirinya sendiri pada sebuah cermin yang kacanya tak utuh lagi. Setelah salah seorang maid memberitahu apa yang terjadi padanya, Leticia tak lagi merasa heran. Ia memang ditakdirkan untuk dibuang, hingga akhirnya hanya berteman sepi.

Selepas Viona meninggal dunia, ibunya sengaja mengasingkan Leticia di istana ini, setelah hal besar yang telah ia buat, setelah semua kekacauan yang telah ia lakukan, ah ralat, semua ini adalah perbuatan alternya.

Leticia berjalan tertatih-tatih, meski kaki sebelah kirinya mengalami patah tulang yang cukup parah, ia merasa rasa sakit ini tak sebanding dengan rasa sakit yang selalu ia terima sebab selalu merasa sendiri. Daun-daun kering mulai berguguran, terhempas angin kesana-kemari membawa rasa rindu dalam dada gadis malang itu semakin membuncah. Setelah hari panjang yang ia lalui, setelah ratusan peristiwa menghampiri hidup nya, kini Leticia sadar bahwa gadis angkuh itu tak akan pernah menang melawan hukum semesta.

Di ujung jalan, Leticia terpaku saat sepasang mata tajam namun meneduhkan menatapnya. Sepasang mata yang saat itu tak pernah menatapnya barang sedetikpun, kini, tatapan itu tertuju untuknya.

"Leticia."

"Gevariel."

Leticia melangkah mundur ketika Gevariel mencoba untuk mendekatkan dirinya. Tiba-tiba sebuah perasaan aneh menghinggapi seluruh rongga dada Leticia, benci, amarah, rindu semuanya menjadi satu. Perasaan itu terselip diantara besarnya rasa bersalah Leticia karena menjadi penyebab lenyapnya Gevariel dalam bentuk Devian di dimensi lain.

"Ada apa Leticia?"

"Jangan!"

"Jangan mendekat kepadaku! Pergi, Gevariel. Aku tak ingin melukaimu, lagi."

"Hei, ada apa Leticia?" Sedetik saat Gevariel hendak menggapai jemari Leticia, gadis itu berlari sejauh mungkin, tak peduli dengan rasa sakit di kakinya.

Gadis itu menangis, karena sejauh apapun ia pergi semuanya sia-sia. Tuhan menciptakan setiap makhluknya berpasang-pasangan, namun tidak dengan Leticia.

"Jangan menangis."

Di sela-sela tangisnya, seorang wanita paruh baya yang pernah ia temui itu kini muncul kembali.

"Kau, seharusnya tidak menyia-nyiakan apa yang aku berikan. Cintailah manusia sewajarnya, maka kau pun akan mendapatkan bahagia yang selama ini kau cari."

Wanita tua itu melangkah mendekat, menggenggam jemari rapuh Leticia.

"Luaskan hatimu, kuatkan langkah mu. Percayalah, di masa yang akan datang, akan ada seseorang yang begitu mencintaimu hingga harus mengejar mu ke ujung dunia sekalipun."

Wanita tua itu memakaikan sebuah liontin berwarna merah marun di leher jenjang Leticia sebelum akhirnya menghilang kembali, bahkan sebelum Leticia mengucapkan sepatah katapun.

Harap. Kini ia hanya mempunyai harap, karena tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain berharap. Mungkin kini bukanlah waktu yang tepat untuknya, entah berapa lama lagi Leticia harus menuggu, Leticia pun tak tau.

Sejauh ini, cerita bukanlah kisah tentang cinta Leticia dan Gevariel. Bukan juga romansa dunia paralel yang dapat Leticia gapai bersama Devian. Kisah ini hanyalah bagian kecil dari semesta yang tak akan pernah sanggup Leticia untuk lawan.

End.

A/n ; akhirnya selesai juga cerita ini walaupun banyak banget halangan nyaa menuju ending :') cerita fantasi romance pertama ku yang ya masih jauh banget dari kata bagus. But sejauh ini aku puas sama ide yang menurut aku adalah ide paling out of the box dari semua cerita-cerita ku yang lain hehe. Makasih ya semuanya! Sampai berjumpa di karya-karya ku selanjutnya 💕

Alter Ego [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang