Kegiatan belajar kelompok sudah berakhir sekitar 30 menit yang lalu. Mark, Lucas dan Hendery juga sudah pulang dari rumah Taeyong sedari tadi. Ten dan Doyong tetap tinggal karena rencananya mereka akan menginap dan menemani Taeyong malam ini.
"Huh!." Ten dan Doyoung merebahkan tubuh mereka di kasur di ikuti oleh Taeyong.
"Terima kasih sudah mau menginap disini dan menemani ku. Maaf jika aku sudah merepotkan kalian." Taeyong tersenyum tulus menatap ke arah Ten dan Doyoung yang ada di sebelahnya.
"Santai saja Tae, kita kan teman." Doyoung merubah posisinya menjadi duduk. "Eh ralat kita bukan teman, kita kan sudah jadi sahabat sekarang." Ten dan Taeyong pun ikut merubah posisinya.
Taeyong memeluk Ten dan Doyoung. Ia merasa senang sekali sampai - sampai air matanya tak tertahankan lagi. "Ya benar kita sahabat sekarang."
"Hey, kenapa kau menangis?." Melepaskan pelukannya, Ten dan Doyoung menggenggam tangan Taeyong. "Kita tidak punya sahabat yang cengeng kan Ten?."
Ten mengangguk, ia menghapus air mata yang mengalir di pipi Taeyong. "Iya Doy kau benar."
"Maafkan aku, hanya saja aku terlalu senang sekarang. Kau tau?, sudah lama aku tidak memiliki seseorang yang dekat dengan ku."
Taeyong kembali memeluk keduanya. "Terima kasih banyak."
*******
Ten terbangun dari tidurnya saat rasa haus tiba - tiba mendera kerongkongannya. Tangannya ia bawa meraba atas nakas meja untuk mencari botol air, namun sayangnya tidak ada. Beranjak dari tidurnya, Ten berjalan gontai menuju dapur dengan mata yang setengah terbuka.
Sesampainya di dapur Ten mencoba mengerjapkan mata, saat pandangannya sudah semkin jelas dan nyata, Ten mengambil air di atas meja makan kemudian menuangkannya ke dalam gelas dan langsung meminumnya. "Ah segarnya."
Ketika Ten akan kembali ke dalam kamar, ia menghentikan langkah karena tanpa sengaja telinganya menangkap sebuah suara petikan senar gitar. Ten terdiam sejenak, mencoba berpikir dari mana kiranya suara itu berasal.
"Siapa yang bermain gitar di jam 2 pagi seperti ini?." Monolog Ten, ia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari di mana sumber suara yang hingga saat ini masih di dengarnya.
Ten terkejut saat pandangannya jatuh pada jendela dapur yang menampakkan siluet seseorang yang amat ia kenal sedang duduk di atas bangku taman dengan sebuah gitar yang berada di pangkuannya.
"Bukankah itu Taeyong?." Monolog Ten.
Ten memutuskan untuk menghampiri sosok itu, ia berjalan perlahan, mencoba mengambil langkah tanpa menimbulkan kebisingan. Langkah kaki Ten seketika terhenti kala sosok itu yang tidak lain adalah Taeyong mulai melantunkan sebuah lagu dengan suara indahnya yang mengalun merdu.
요즘 나는 어떤 줄 아니
Yojeum naneun eotteon jul ani
(Apa kau tahu bagaimana aku akhir-akhir ini?)
편히 잠을 잘 수도
Pyeonhi jameul jal sudo
(Aku bahkan tak bisa tertidur)
뭘 삼켜낼 수도 없어
Mwol samkyeonael sudo eopseo
(Aku bahkan tak bisa menelan apapun)널 바라보다
Neol baraboda
(Apa kau tahu)
점점 망가져 가는 날 알긴 할까
Jeomjeom manggajyeo ganeun nal algin halkka
(Bahwa aku menjadi lebih hancur saat aku melihat pada mu?)
죽을 것 같아도
Jugeul geot gatado
(Aku merasa seperti sekarat)
넌 내게 올리 없대도
Neon naege olli eopdaedo
(Meskipun tak ada jalan kau akan datang pada ku)딴 곳만 보는 너란 걸 알아도
Ttan gotman boneun neoran geol arado
(Meskipun aku tahu kau melihat ke tempat lain)
그런 너를 난
Geureon neoreul nan
(Aku tak berpikir)
놓을 순 없을 것 같아
Noeul sun eopseul geot gata
(Aku bisa melepaskan mu)
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance (Markyong) // On Hold
FanficMencintai mu tidak akan pernah semudah itu, dinding tinggi yang kau bangun di hati mu seolah menyadarkan ku bahwa kau memang tidak akan pernah bisa menjadi milik ku. Aku sudah berusaha dengan sekuat tenaga, mencoba meluluhkan hati mu dengan seluruh...