"Hyung, kau ingin mengajak ku pergi ke mana?." Tanya Taeyong sambil mengangkat dagunya ketika Mark mulai melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Taeyong merasa bungung karena Mark tidak mengatakan apapun tentang tempat tujuan mereka.
Mark berdecak pelan kemudian menghembuskan napasnya. "Duduklah dengan tenang bubu sayang, nanti kau juga akan tau ke mana aku akan membawa mu!."
"Sayang kepalamu hyung?. Kau ini sembarangan saja. Jika nanti aku adukan kau pada hyungku, ku pastikan kau akan kehilangan alat perkembang biakan mu." Taeyong memutar bola matanya malas, ia mengalihkan pandangannya dari Mark dan menatap jalanan kota yang tampak sepi untuk menetralkan detak jantungnya yang menggila. Hanya satu kata yang keluar dari mulut Mark dan itu berhasil meluluh lantahkan hatinya.
"Apa ada masalah jika aku memanggil mu seperti itu?. Kau kan memang kesayangan ku." Mark terkekeh, ia mengusak surai keemasan milik Taeyong.
"Tentu saja, kau membuat jantungku berdetak lebih kencang hanya karena panggilan kesayangan masa kecil itu asal kau tau." Gerutu Taeyong pelan, bahkan nyaris berbisik.
"Kau mengatakan sesuatu?."
Taeyong menggeleng ribut. "Tidak hyung, memangnya aku mengatakan apa?."
"Ku rasa tadi aku mendengar sayup - sayup suara yang mengatakan bahwa ada yang jantungnya berdebar hanya karena panggilan kesayangan. Tapi ku rasa aku salah dengar."
Taeyong memelotot, mulutnya menganga dengan tidak elitnya. Astaga Mark mendengar ucapannya, benar - benar memalukan. Astaga mereka bahakn batu saja bertemu dan Taeyong sudah melakukan hal di luar dugaan seperti itu.
"Ada apa?."
"Tidak ada hyung, lanjutkan saja perjalanannya."
"Hmmm, duduklah dengan tenang dan makan kue mu jika kau mau."
Taeyong mengerucutkan bibirnya, mengangkat piring kecil yang sedari tadi ia pegang kemudian menunjukkannya pada Mark. "Ini aku siapkan khusus untuk mu hyung, jadi aku tidak akan memakannya."
*******
Di sini lah Taeyong dan Mark sekarang, di tepi sungai Han menikmati dinginya angin malam. Masih diam dalam keheningan dan tidak ada yang membuka suara, mereka berdua sibuk dalam pikirannya masing - masing. Bersandar di kap mobil dengan terus menatap lurus ke depan seolah objek di samping tak lebih menarik untuk di pandang.
"Hyung/Tae!."
Mereka menoleh secara bersamaan hingga netra mereka bertemu tanpa segaja. Mereka berdua sama - sama memandang lama dan saling menyelami iris mata masing - masing dalam diam.
Taeyong menghela napas panjang. "Kau ingin mengatakan sesuatu hyung?."
Mark mengangguk, ia mengambil tangan Taeyong dan membawanya dalam genggaman hangatnya. "Aku ingin meminta maaf pada mu tentang tingkah ku yang selama ini sudah sangat menyakiti hati mu. Aku sadar semua yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan, tapi......."
Belum sempat Mark melanjutkan ucapannya. Tiba - tiba saja Taeyong menarik Mark dalam pelukannya. Taeyong memeluk Mark erat sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leher si laki - laki dominan. Tanpa adanya penolakan, Mark membalas pelukan itu tak kalah eratnya seolah menyalurkan rasa rindu yang berkecamuk di dalam hati setelah sekian lama.
Taeyong menggeleng seolah tak membenarkan kata - kata yang baru saja Mark ucapkan. "Jangan seperti itu hyung, semuanya bukan salah mu hikss....." Taeyong terisak tanpa sadar dan semakin mengeratkan pelukannya.
Mark yang tak kuasa mendengar isakan itu pun melepaskan peluknnya. Taeyong tertunduk malu ketika menyadari bahwa Mark kini sedang menatapnya. Taeyong mencoba menahan liquid bening yang entah mengapa terus mengalir dari manik mata indahnya, namun tetap saja ia tidak bisa, bahkan isakan keras nyaris lolos keluar dari bibir mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance (Markyong) // On Hold
FanfictionMencintai mu tidak akan pernah semudah itu, dinding tinggi yang kau bangun di hati mu seolah menyadarkan ku bahwa kau memang tidak akan pernah bisa menjadi milik ku. Aku sudah berusaha dengan sekuat tenaga, mencoba meluluhkan hati mu dengan seluruh...