Part 17

288 36 3
                                    

Senyuman di wajah Taeyong tak hentinya terpancar di sepanjang koridor menuju ruang kelasnya. Taeyong benar - benar merasa sangat bahagia, pasalnya semenjak pergantian jam ulang tahunnya semalam, ia terus - menerus mendapat banyak kejutan. Pertama ibu dan ayahnya tiba - tiba saja pulang, kedua mereka beserta Jeno dan juga pembantunya memberikan ucapan ulang tahun tepat jam dua belas malam, lalu yang ketiga nanti malam keluarganya akan melakukan perayaan dan Taeyong boleh mengundang seluruh teman - temannya.

"Kau tau Yongie?. Kau terlihat seperti orang gila karena tersenyum tanpa alasan dan sebab yang jelas sedari tadi." Jeno terkekeh dan merangkul bahu Taeyong sambil terus berjalan menuju kelas adiknya.

Mendengar ucapan Jeno, Taeyong lantas menghentikan langkahnya. Ia menatap Jeno dan mempoutkan bibirnya. "Iya hyung adikmu ini memang gila, puas kau sekarang?."

Jeno kembali terkekeh dan mencubit kedua pipi adik manisnya itu karena merasa gemas. "Kau lucu sekali astaga, jangan marah seperti itu di hari ulang tahun mu. Hyung kan hanya bercanda. Baiklah sebagai permintaan maaf hyung berjanji akan memberikan mu apa saja, bagaimana?."

"Sungguh?." Taeyong menggenggam tangan Jeno dengan binar di matanya.

"Tentu saja. Tapi pertama hentikan memandang hyung dengan mata besar mu itu!."

Taeyong memiringkan kepalanya. "Memangnya ada apa dengan mata besar ku?."

"Kau benar - benar polos dan menggemaskan asal kau tau. Hyung jadi takut kalau semisal nanti kau diculik."

"Astaga kau berlebihan sekali hyung. Lagi pula tidak akn ada yang seperti itu karena hyung selalu ada bersama ku dan menjaga ku, iya kan?."

"Kau benar. Selama hyung ada di samping mu dan menjaga mu, kau pasti akan baik - baik saja."

"Ah sudahlah hyung, aku akan pergi ke kelas terlebih dahulu. Kau juga, ingat jangan membolos seperti biasa, itu tidak baik untuk nilai mu. Hyung ingatkan sebentar lagi ujian kelulusan?." Jeno memutar malas kedua bola matanya dan mengangguk. Semakin ia menurut, ceramah akan cepat selesai bukan?.

"Jangan mempermalukan ayah dan bunda dengan tabiat jelek mu, bersabarlah, perbaikilah dan berbuat baiklah. Satu lagi, jangan pernah membuat ulah. Hyung mengerti kan?."

Jeno menganggukkan kepalanya lagi dengan bibir yang terpaksa ia tarik menjadi sebuah senyuman. Seperti itulah adiknya, kadang bersikap kekanakan dan kadang bersikap sok dewasa seperti sekarang.

"Iya sayang, hyung akan menuruti ucapan mu." Jeno mengusak surai keemasan adiknya.

"Jadi kalau begitu, ayo hyung antar ke kelas!."

Taeyong menggeleng pelan kemudian melepas rangkulan tangan Jeno dari bahunya. "Tidak perlu hyung, aku akan pergi ke kelas sendiri. Kalau begitu sampai jumpa nanti. Daa......"

Taeyong mencium sekilas pipi jeno dan tersenyum simpul. Tanpa mendengar respon dari Jeno, Taeyong segera menjauhkan tubuhnya, berlari kecil menuju kelas 11 IPA-1 yang berada di lantai 2. Tapi sebelum menaiki anak tangga Taeyong menghentikan gerak kakinya dan menoleh ke arah Jeno.

"Pulang sekolah nanti jangan lupa tunggu aku karena aku akan meminta hadiah ku dari mu. Sampai jumpa hyung!."

Taeyong melambaikan tangannya sebelum menghilang menaiki anak tangga meninggalkan Jeno yang masih setia mempertahankan senyum manisnya. Senyum yang amat sangat jarang ia tunjukkan kepada orang - orang yang ada di sekitarnya, kecuali keluarga dan kekasihnya tentu saja.

*******

Taeyong memasuki ruang kelas dengan senyuman yang masih bertengger indah di bibir hingga deretan gigi putih rapinya terlihat di sana. Bahkan jika ia terus - terusan mempertahankan senyum lebarnya itu, giginya bisa saja mengering di terpa angin.

Distance (Markyong) // On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang