Taeyong bersenandung riang. Ia merasa begitu bahagia karena hari ini Mark mengajaknya untuk berangkat ke sekolah bersama.
Tak pernah terbayangkan oleh Taeyong, jika semuanya akan membaik seperti ini. Tuhan begitu mulia hingga memberikannya kebahagiaan yang tiada tara. Lega akhirnya, rasa sesak yang menghimpit hatinya kini menghilang setelah sekian lama.
Tok tok tok.
"Yongie sayang." Yoona membuka pintu kamar Taeyong perlahan.
"Iya bun?."
Yoona menghampiri Taeyong yang sedang menyisir rambutnya di depan meja rias. Ia tersenyum tipis sebelum mengusap bahu sang putra bungsu tercinta. "Wah - wah kau sudah bersiap ternyata, bunda kira masih tidur."
"Yongie?."
Taeyong meletakkan sisirnya dan menoleh ke arah ibunya. "Ya bun, ada apa?."
"Sejak kapan?."
Taeyong mengerutkan keningnya. "Haaa?."
"Kau dan Mark?."
Pupil Taeyong membola, sungguh ia benar - benar tidak paham ke mana arah pertanyaan ibunya. "Maksudnya?."
Yoona menghela napas, berbicara dengan putra manisnya ini memang tidak boleh setengah - setengah. "Maksud bunda, sejak kapan kau menjadi dekat dengan Mark sampai - sampai ia datang untuk menjemput mu sekarang?."
"Benarkah, Mark hyung sudah datang?." Taeyong yang tiba - tiba saja berdiri membut Yoona terkejut dan hampir saja terjatuh ke belakang.
Yoona tidak mengerti dengan putra manisnya, reaksinya begitu berlebihan bahkan Yoona merasa gemas hingga berniat melayangkan sebuah pukulan.
"Mark hanya menjemput mu Yongie sayang, dia tidak sedang ingin melamar mu. Kau dan reaksi mu itu benar - benar sangat berlebihan. Bagaimana jika tadi bunda mengalami serangan jantung karena terkejut?. Dasar anak nakal!."
Taeyong terkekeh kemudian menciup pipi ibunya. "Hehehehe mian."
Taeyong kemudian segera menyambar tas yang ia letakkan di atas tempat tidurnya. Karena terlalu terburu - buru dan asal mengambilnya, Taeyong pun lupa jika ia belum menutup resleting tasnya hingga membuat isi di dalamnya jatuh berceceran.
Tayong mendengus sebal sebelum mebawa dirinya untuk berjongkok memunguti barang - barangnya. "Huh, kenapa harus jatuh segala?. Merepotkan saja."
Melehat putranya yang kesulitan, Yoona pun memutuskan untuk membantunya. "Lain kali jangan ceroboh. Lagi pula kau ini kenapa terburu - buru sekali?."
"Bunda, Yongie tidak ingin membuat Mark hyung menunggu lama. Bunda tau kami baru saja berbaikan semalam dan aku tidak ingin mengecewakannya."
"Oh pantas saja semalam bunda datang ke kamar mu kau tidak ada, ternyata kau kabur keluar bersama Mark. Siapa yang mengajari mu menyelinap keluar tanpa ijin orang tua anak nakal?." Yoona menarik hidung Taeyong hingga ia mengaduh kesakitan.
"Sebenarnya semalam Yongie ingin meminta ijin ayah dan bunda, tapi karena Yongie takut mengganggu istirahat kalian berdua jadi Yongie urungkan." Taeyong menggaruk kepala belakangnya.
"Sudahlah, ini ambil buku - bukunya!." Yoona menyerahkan buku di tangannya kepada Taeyong.
Namun tiba - tiba atensi Yoona teralihkan ketika manik matanya tidak sengaja melihat benda asing yang bertengger indah di leher jenjang putra manisnya. "Kalung?. Sejak kapan kau memakai kalung sayang?."
Tangan Yoona ia bawa menyentuh benda di sekitar permukaan leher Taeyong itu. "Sangat indah, tapi bunda belum pernah melihat ini sebelumnya. Siapa yang memberikannya?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance (Markyong) // On Hold
FanfictionMencintai mu tidak akan pernah semudah itu, dinding tinggi yang kau bangun di hati mu seolah menyadarkan ku bahwa kau memang tidak akan pernah bisa menjadi milik ku. Aku sudah berusaha dengan sekuat tenaga, mencoba meluluhkan hati mu dengan seluruh...