Part 9

311 45 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Taeyong sudah bangun sedari tadi, mandi bahkan memasak pun sudah ia lakukan. Kini hanya tinggal satu tugas saja yaitu membangunkan kedua sahabatnya yang entah mengapa masih bergelung nyaman dengan selimut tebal di atas ranjang.

Taeyong membuka gorden jendela di kamarnya, sesaat kemudian sinar mata hari langsung menyeruak mengenai Ten dan Doyoung yang tidur berpelukan dengan tenangnya. Tapi Taeyong merasa heran karena kedua sahabatnya itu bahkan sama sekali tidak terusik.

Taeyong menyingkap selimut yang menutupi tubuh Ten dan Doyoung. "Hey bangun, ini sudah siang!."

"Ah ibu, keluarlah jangan mengganggu ku!." Ten menggeliat karena merasa terganggu tapi ia tetap kembali menutup mata dan melanjutkan tidurnya. Ia bahkan menganggap Taeyong sebagai ibunya. Astaga apakah Ten tidak bisa membedakan suara Taeyong dan ibunya, dasar anak durhaka!.

Taeyong menghela nafas panjang, mungkin membiarkan mereka tertidur sebentar lagi tidak apa - apa juga.

Ting - tong.

"Siapa ya yang datang?." Monolog Taeyong kemudian melangkahkan kakinya pergi menuju pintu utama setelah meletakkan selimut yang baru saja ia lipat.

Taeyong menuruni satu - persatu anak tangga. Tak sampai 1 menit Taeyong pun sudah berdiri di depan pintu utama. Ia memutar kenop pintu itu perlahan dan membukanya. "Pagi Yongie!." Sapa Jeno dengan senyum lebarnya.

"Ahh ternyata kau hyung, ku kira tadi siapa. Tumben hyung mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke dalam rumah, biasanya kau menyelonong langsung sesuka hati mu." Taeyong mengerucutkan bibirnya sambil bersidekap dada. Tumben sekali Jeno bersikap seperti ini, biasanya kan dia selalu urakan bahkan terkesan tidak tahu sopan santun.

"Hehheehheeheh." Taeyong menatap Jeno, ia menaikkan salah satu alisnya. Aneh sekali kakaknya hari ini.

Menempelkan punggung tangannya di dahi Jeno. Ia ingin memeriksa apakah dahi hyung nya itu hangat atau tidak. "Kau sehat hyung?. Kau tidak sedang sakit kan?."

"Aku baik - baik saja Yongie."

"Ekhem.....Jeno-ssi jangan lupakan jika masih ada orang lain di sini." Taeyong terkejut ketika sebuah suara bariton menyapa gendang telinganya. Pemuda tinggi, tampan dan dewasa kini tengah berdiri di samping hyung nya. Oh Tuhan, kenapa Taeyong baru menyadarinya.

Taeyong menatap Jeno sambil menggerakan dagunya ke arah pemuda tampan yang Jeno bawa seolah - olah bertanya siapakah dia. Jeno yang mengerti lantas menarik lengan pemuda tadi dan membawanya ke hadapan Taeyong. "Yongie, perkenalkan dia sahabat ku."

Lelaki yang disebut Jeno segera mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri. "Aku Seo Young Ho, salam kenal Yongie?."

Taeyong tersenyum kemudian menjabat tangan Johnny. "Salam kenal Seo Young, ehm Young-"

"Johnny, panggil saja aku Johnny."

"Ah maaf Johnny hyung." Taeyong menggaruk kepalanya yang tidak gatal, astaga itu adalah kesan pertama yang sangat buruk. Bagaimana bisa Taeyong semudah itu melupakan nama seseorang, padahal belum ada satu menit berlalu mereka saling berkenalan. Itu benar - benar memalukan. "Perkenalkan Aku Lee Taeyong, aku adiknya Jeno hyung."

"Yak Jeno hyung kenapa masih berdiri di sini?!. Cepat ajak teman mu masuk sana!."

"Iya - iya hyung akan dia ajak masuk. Kau ini selalu saja galak, dan tidak ada manis - manisnya sama sekali ketika bicara dengan hyung mu yang tampan ini." Taeyong menepikan tubuhnya membiarkan Jeno dan Johnny untuk masuk ke dalam.

"Hyung sudah mandi?." Tanya Taeyong setelah menutup pintu rumahnya dan mengekori langkan Jeno dan Johnny.

"Tentu saja. Apa kau tidak melihat hyung mu yang tampan ini sudah rapi dan wangi?." Taeyong berdecih kemudian memutar bola matanya malas. Jeno nya memang seperti ini, narsis sekali.

Distance (Markyong) // On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang