Part 10

339 49 2
                                    

Hari senin seperti biasanya, Taeyong terbangun di pagi buta karena suara alarm yang ia pasang menyapa gendang telinganya. Ya meskipun suara itu mengganggu tidur nyanyaknya, tapi itu terdengar lebih baik dari pada suara merdu menggelegar milik ibunya.

Ah ngomong - ngomong soal ibunya, Taeyong jadi merasa rindu. Maklum saja karena ini sudah hampir satu setengah bulan ia ditinggal ke luar kota. Oke selesai sudah perbincangan mengenai ibunya, Taeyong harus segera mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah sekarang juga.

5 menit berlalu, Taeyong sudah rapi dengan setelan seragam sekolah miliknya. Setelah memastikan bahwa seluruh barang yang akan ia bawa sudah masuk ke dalam tasnya. Taeyong menenteng tasnya keluar dari kamar menuruni satu persatu anak tangga.

Taeyong membawa tubuhnya menuju dapur. Hal pertama yang ia lakukan adalah meletakkan tas nya di meja sebelum mulai mengambil bahan - bahan makanan untuk membuat sarapan. Pagi ini Taeyong akan memasak menu yang mudah saja, uhm sepertinya nasi goreng dengan telur mata sapi bukan ide yang buruk.

Taeyong melepas apron hitam miliknya. "Ah akhirnya selesai juga."

Taeyong menata makanan yang tadi ia masak di meja. Tak lupa, ia juga membuat segelas susu coklat untuk hyungnya.

"Semua sudah siap saatnya membangunkan Jeno hyung." Taeyong membawa kakinya kembali ke lantai atas menuju kamar Jeno yang berseberangan dengan kamarnya.

Kriet.

Taeyong masuk ke dalam kamar bernuansa hitam dengan beberapa variasi warna yang di dapat dari beberapa perabot yang ada di sana. Taeyong berpikir bahwa kamar hyungnya ini sangatlah berbeda dengan kamar miliknya. Kamar hyungnya begitu gelap dan membosankan, sedangkan kamarnya begitu terang dan tenang.

Taeyong mengguncang tubuh Jeno yang masih asik bergemul dengan selimut tebalnya. "Hyung bangun!."

"Ini masih terlalu pagi Yongie." Jeno semakin mengeratkan pelukannya pada guling di sebelahnya sambil membawa selimut untuk kembali menutupi tubuhnya.

Taeyong menghela nafasnya. Sepertinya membangunkan Jeno memang harus menggunakan cara yang sedikit kasar. "Hyung bangun!." Taeyong menyingkap selimut yang tadi Jeno kenakan untuk menutup seluruh tubuhnya, kemudian mengambil gulung yang tadi berada di pelukan Jeno dan memukulkannya pada tubuh hyungnya itu.

Jeno menahan guling yang sedari tadi Taeyong gunakan untuk memukul kepalanya kemudian menatap adik kesayangannya itu dengan mata yang setengah terbuka. "Astaga Yongie, kau anarkis sekali."

Taeyong memutar matanya malas. "Cepat bangun atau aku akan mengguyurmu dengan air hyung?!."

Mendengar ancaman dari adiknya, Jeno segera merubah posisinya menjadi duduk walaupun dengan sangat terpaksa. Jeno mengusap kasar wajahnya sembari mencoba mengumpulkan nyawa yang entah sedang berpencar kemana.

"Hyung cepat mandi sana!." Taeyong menarik tubuh besar Jeno dari kasur dan mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.

"Dasar pemalas!." Ucap Taeyong sambil membereskan tempat tidur dan melipat selimut yang tadi baru saja di gunakan oleh Jeno.

Taeyong mendengus pelan ketika mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar Jeno. Lihat saja kamar hyungnya ini sangat berantakan dan begitu menjijikkan. Bagaimana baju habis pakai yang digantung sembarangan hingga jatuh berceceran, buku yang berantakan bahkan kaus kaki dan sampah bekas makanan yang berserakan.

"Astaga sebenarnya hyungku itu tikus atau manusia?!." Keluh Taeyong sambil memunguti wadah bekas makanan yang berserakan dan membuangnya kedalam tempat sampah.

Dengan sedikit menggerutu. Taeyong memunguti pakaian Jeno yang terjatuh berceceran kemudian menggantungnya kembali dengan rapi, tak lupa juga ia menata buku berantakan di meja tadi.

Distance (Markyong) // On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang