2. Posesif

1.3K 224 52
                                    

🍂🍂🍂

Keesokan harinya, saat pagi terasa hangat karena matahari bersinar terang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, saat pagi terasa hangat karena matahari bersinar terang. Nala melajukan mobilnya menuju RS Medica dengan perasaan bahagia.

Gadis yang sudah lama tidak menghirup udara Negara kelahirannya itu, kini mengemudi di pagi hari dengan atap mobil terbuka. Setibanya di tempat kerja, kakinya langsung melangkah menuju ruangan.

"Pagi, dr, Nala," sapa seorang Koas ketika bertandang ke ruangannya.

"Pagi," sahut gadis itu yang langsung duduk di kursinya.

Nala mulai menyalakan komputernya untuk melakukan pengecekan data pasien. "Angie, kamu sudah cek hasil lab Pak Ginanjar?"

Angie, dokter muda yang ikut menangani pasien Hematoma bersama Nala kemarin langsung menyahut. "Sudah, dok."

"Coba sini. Saya mau lihat."

Angie langsung menjelaskan. "Hasil lab Pak Ginanjar sudah normal, dok. kita juga sudah beralih ke obat oral."

Nala mengangguk mendengarkan dengan saksama. "Lalu, Hematomanya?"

"Turun ke 20 cc."

Setelah mengecek beberapa dokumen pasiennya hari ini, Nala pun berjalan keluar ruangan. Saat ia melewati lorong ruang dokter, ia mendengar sayup-sayup orang berbicang.

"Kok kamu enggak datang tadi malam?"

"Aku sibuk."

Nala berhenti saat mendengar sahutan yang mirip dengan suara Keenan.

"Tapi kan, tadi malam kamu enggak lembur, Ken."

"Aku punya kerjaan lain, San. Kalaupun aku tidak di rumah sakit, bukan berarti aku bebas." Keenan mencoba menghindar dari percakapan ini dengan menjauh. Saat ia menoleh ke sisi kanan, ia mendapati Nala berdiri di sana sambil bersandar ke dinding dengan kedua tangan dilipat di depan dada.

"Sesibuk apa sih kamu, sampai enggak bisa nyempetin buat datang?" Sania, salah satu rekan dokter Keenan semakin menyudutkan pria itu.

"Aku sibuk dinner," sahut Keenan sambil berjalan ke arah Nala. "Kamu udah makan, Sayang?"

Nala menahan tawanya, matanya menatap lurus ke arah gadis bersnelli itu yang saat ini tengah sinis ke arahnya. "Belum, aku nunggu kamu. Kita makan sekarang?"

Keenan meraih tangan Nala lalu ia genggam erat. "Ya udah, ayo." Lalu keduanya pun meninggalkan Sania yang sudah siap mengumpat.

Keenan dan Nala menjauh masih dengan tangan bertaut. Nala masih menahan tawanya sambil menatap Keenan yang terlihat dongkol. "Kamu mau bawa aku ke mana?"

Sadar sudah menjauh dari Sania, Keenan reflek berhenti berjalan. Ia kemudian menoleh ke arah Nala yang masih memasang senyum di wajahnya. "Ngapain senyum?"

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang