.................
"Bukankah cinta itu harus kau kejar?"
Ami terbangun, merasakan sensasi panas yang menggetarkan di seluruh tubuhnya. Aneh, sudah lama ia tidak bermimpi seburuk ini. Mimpi itu terasa sangat nyata, mimpi yang suram, menyedihkan, dan terasa sangat mendebarkan disaat yang bersamaan. Namun setelah kembali dari alam bawah sadarnya, Ami bahkan tak dapat mengingat apa sebenarnya yang ia mimpikan.
....
"Mamaaaaa.."
Sepasang tangan mungil memeluk kaki seorang wanita muda yang tengah sibuk dengan kegiatan memasaknya.
"Selamat pagi Cilla."
Tanpa mengindahkan tangan yang sedang memeluk kakinya, wanita muda itu tetap melanjutkan aktivitasnya.
Tak berselang lama, dari ekor matanya Amia dapat melihat anak laki-laki dengan piyama tidur bergambar dinosaurus sedang berjalan kearahnya dengan mata setengah tertutup.
"Mama, Chris lapar." Ujarnya dengan suara khas bangun tidur.
"Iya sayang, sebentar ya."
Begitulah kegiatan di pagi hari Ami yang selalu sama setiap hari.
....
Ami Masih sangat muda untuk mempunyai dua anak, Namun ia sangat mensyukuri hal itu. Setidaknya Ami bahagia masih ada hal yang ditinggalkan suaminya untuk dirinya.
Saat ini Ami berusia 23 tahun, ia memiliki anak yang bernama Chris dan Cilla. Chris si sulung berumur 6 tahun dan si bungsu Cilla yang berusia 3 tahun.
Meski ia menikah di usia yang sangat muda, Ami tidak pernah merasakan tekenan dalam pernikahannya. Malah sebaliknya, ia selalu merasa menjadi orang yang paling bahagia di dunia.
Jason, almarhum suaminya adalah orang yang sangat penyayang dan sangat mencintai Ami. Kehidupan yang terasa akan indah selamanya. namun takdir adalah pengendali roda kehidupan, Jason harus pergi meninggalkan Ami dan anak-anak. Dan hal itu mengubah banyak hal dalam hidup Ami.
"Chris, yakin tidak mau ikut mama?"
Tanya Ami, yang dijawab gelengan kepala oleh anak sulungnya.
"Chris gak mau ikut." Ujar Chris dengan yakin.
"Yakin?—"
"Tante Iris loh?"
"Pokoknya gak mau!" Kekeh Chris yang bahkan sekarang sudah masuk kedalam kamar tidurnya.
Meski agak bingung dengan tingkah laku puteranya, Ami akhirnya terpaksa mengiyakan keinginan Chris.
"Oke—"
"Tapi, Jangan nakal di rumah bibi nanti ya, janji?" Ujar Ami
"Janji."
.
Ami POV.
Chirs, adalah fansnya Tante Iris. Sedari kecil ia selalu suka menempel dengan Iris sahabatku, dan hari ini Iris akan menikah, namun Chris menolak untuk hadir diacaranya.
Entahlah, mungkin ia merasa Iris akan diambil darinya makanya ia bertindak seperti itu. Chris memiliki pemikiran, menikah artinya dimiliki dan tidak boleh ada yang menyentuhnya kecuali sang pemilik. Entah ia mendengar dari siapa hal tersebut.
Setelah bulan kemarin kami menghadiri pernikahan milik keluarga mendiang Jason, Chris menjadi memiliki pandangan yang berbeda tentang pernikahan.
Ia baru 6 tahun dan menurutku itu bukanlah hal besar, ia akan mengerti seiring dengan perkembangannya kelak. Namun aku khawatir, siapa yang mengajari Chris pemikiran seperti itu.
Bukan kah rasanya ada yang salah dengan pola pikirnya?.
Ami POV End.
"Cilla Mau mama gendong?"
Cilla mengangguk dan mengangkat tangannya meminta Ami meraihnya.
"Ih anak mama berat~"
Nada Canda yang Ami keluarkan membuat Cilla Tertawa.
Kini tiba giliran Ami dan Cilla yang akan menghampiri mempelai pengantin untuk memberi selamat kepada mereka. Hal tersebut membuat Ami gelisah dan sedikit takut.
Tak ada yang salah dari Iris, sahabatnya itu begitu cantik dihari spesialnya. Sungguh, tak ada yang salah dengan semuanya. namun yang salah sepertinya adalah otak Amia itu sendiri.
Semua berawal dari rasa takut Amia terhadap suami Iris. Rasa takut yang tak mendasar, dan muncul secara tiba-tiba tanpa diminta.
Sejak pertama kali Amia melihat suami sahabatnya tersebut, perasaan tak nyaman itu begitu saja muncul dan Semakin parah saat mata mereka bertemu pandangan pertama kali.
Ia dapat melihat kilatan aneh dimata pria tersebut dan hal itu membuat Amia takut. Perasaan tak nyaman ini begitu mengusiknya.
Semakin dekat Ami dengan pasangan Pengantin tersebut, semakin nyata perasaan tak nyaman yang bahkan tak bisa ia jelaskan. Perasaan yang berkata bahwa menghampiri mereka adalah sebuah kesalahan yang akan ia sesali seumur hidupnya.
Namun sayang, Ami menolak intuisinya. Kakinya terus melangkah mendekat kearah sejoli yang baru saja diikat oleh janji suci.
"Selamat ya Iris." Ami memeluk Iris dengan sayang. Iris begitu cantik dengan gaun pengantin berwarna putih.
"Setelah menunggu lama akhirnya ketemu juga ya—"
"Iya, Akhirnya kita bertemu."
Suara baritone di samping Iris menginterupsi mereka. Hawa keberadaannya begitu mengintimidasi dan hal itu membuat Ami merasa tak nyaman.
Sekilas, Ami dapat merasakan pandangan orang tersebut seakan-akan menelan dan mengurungnya, Namun Ami mencoba untuk tetap terlihat tenang dan berpindah kesamping Iris untuk memberi ucapan selamat kepada pria yang sekarang sudah sah menjadi suami sahabatnya tersebut.
"Selamat ya mas, Iris nya dijaga baik-baik." Ujar Ami pelan, sambil menghindari kontak mata diantara mereka.
"Anda tidak perlu khawatir, Setelah lama saya mencari bagaimana bisa saya melepaskannya begitu mudah bukan?"
Ami dapat merasakannya, tatapan suami Iris yang seakan menelanjanginya.
Radar bahaya terasa berdering di telinganya. laki-laki dihadapannya ini —yang sedikit saja Ami lengah—, maka akan dengan mudah menelan dirinya.
Ami terdiam, bibirnya seakan terkunci. Firasat buruk itu kembali menyeruak dalam pikirannya.
"Ami, kamu tunggu disini ya, jangan pulang dulu."
Suara Iris menyadarkan Ami, menariknya kembali ke kenyataan.
"Ah, a-anu itu Chris aku tinggal sendirian dirumah, jadi harus buru-buru pulang."
Bohong.
"Aku takut dia kenapa-napa jadi aku harus pulang sekarang ."
Bohong.
Tanpa sadar Ami berbohong, membual alasan agar bisa sesegera mungkin pergi menjauh dari pasangan ini, lebih tepatnya dari pria yang ada dihadapannya ini.
"Baiklah, hati-hati dijalan Ami."
Ami mengangguk, dan kemudian memeluk Iris lagi.
"pamit dulu ya."
Setelah menjauh dari Iris dan suaminya. Lagi, tanpa Ami sadari ia semakin memeluk erat Cilla yang ada dalam dekapannya. Langkahnya cepat meninggalkan hiruk pikuk pesta. Ami masih bisa merasakan pandangan pria itu masih tertuju kepadanya.
Intuisi ini semakin nyata,
Suami Iris adalah ancaman kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE
RomanceTanpa Ami sadari ia semakin memeluk erat Cilla yang ada dalam dekapannya. Langkahnya cepat meninggalkan hiruk pikuk pesta. Ia masih bisa merasakan pandangan pria itu masih tertuju kepadanya. Intuisi ini semakin nyata, Suami Iris adalah ancaman kehid...