................
"Nyonya, waktunya Anda bangun.."
Suara berat seorang pria membangunkan Iris dengan lembut. Ia tidak segan menepuk pelan pundak Iris agar wanita cantik ini segara beranjak dari tidurnya."Sebentar lagi Hugo... 15 menit lagi..." Ucap Iris malas.
"Mungkin tuan besar sedang makan dibawah nyonya, apakah anda tidak ingin makan bersama beliau?." tanya sang pelayan.
Seketika Iris membuka matanya, ia segera bangun dan memposisikan diri untuk duduk bersandar di kepala ranjang, raut wajah Iris berubah menatap tidak suka kepada pelayan tersebut.
"Kau sendiri tau bagaimana hubunganku dengannya kan? Untuk apa membicarakan hal itu."
Iris memalingkan wajahnya dan beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.
"Maafkan saya nyonya.." ujar Hugo sang pelayan.
"Saya hanya ingin melihat anda bahagia.." sembari memandang sendu punggung kecil Iris.
"Harusnya kau lebih tau dibanding siapapun Hugo... Api dan Air tidak akan pernah berada ditempat yang sama."
Ujar Iris pelan namun, masih terdengar jelas ditelinga pelayan muda tersebut........................
Ami sedang duduk diruang tamu rumahnya sembari mengawasi aktivitas bermain kedua buah hatinya. perasaannya masih campur aduk, akibat kejadian yang menimpanya semalam membuat Ami terlihat melamun dan sedih.
"Mama... Are you okay?." Chris memandang Ami dengan lembut mengusap wajah bunda-nya dengan sayang.
"Ehh.. mama ok... very very ok.." Ami mencoba bertingkah jenaka dihadapan Chris menghilangkan curiga si sulung yang memiliki tingkat kepekaan yang terlalu tinggi itu.
Chris memeluk Ami erat, mengelus pelan pundak bundanya, mencoba menenangkan.
"Mama jangan sakit ya.. nanti Chris sama Cilla sedih.." ujar Chris sendu yang membuat Ami menangis dalam diam.
Seandai Jason disini, seandai ia masih bisa selamat....
meskipun harapan itu sangat kecil, tapi Ami masih selalu berharap dalam setiap doa-nya.
"Biar mama gak sedih lagi, kita pergi jalan-jalan.. mau?" Ajak Chris semangat
"Mau gak yaaaaaa~" jawab Ami sambil memegang dagu seoalah-olah mempertimbangkan ajakan anak sulungnya.
"Ayo kita berkencan mama~" bujuk Chris dengan polosnya..
"He?! Berkencan?! siapa yang ngajarin Chris ngomong gitu?!" Kaget Ami mendengar kosakata yang digunakan Chris.
"Bibi, hhihi.." dengan polos Chris tersenyum lebar kepada Ami yang masih dengan wajah terkejutnya.
"Astagaa Natyaa.." Ami mendesah sembari memijit kepalanya pelan.
Cilla yang masih belum mengerti apa yang dibicarakan Kaka dan bundanya hanya bisa tertawa riang seolah ia mengerti dengan apa yang terjadi.
Melihat wajah ceria kedua anaknya membuat hangat hati Ami, dan tentu mengurangi rasa sedihnya.
Chris dan Cilla adalah alasan Ami mampu bertahan dalam segala hal. Ami bersumpah, apapun yang terjadi ia akan melindungi Chris dan Cilla meskipun ia harus mengorbankan nyawanya sekalipun................
Chris sedang berada di ruangan kerjanya, memandang kearah luar dinding kaca yang memperlihatkan indahnya pemandangan kota.
Wajah sedingin es itu jarang sekali tersenyum namun, hari ini seisi gedung kantor dibuat bingung dengan tingkah lakunya.
Saat mereka melihat senyum seorang Chris, ada yang menganggap itu menjadi hari keberuntungannya, namun ada yang menganggap itu seperti simbol bencana.
Persetan dengan mereka, Chris sedangan dalam kondisi terbaiknya setelah bertahun-tahun. Ia masih dengan fantasy-nya, tentang Ami-nya. Ia tidak puas. Ia ingin Ami berada dalam dekapannya sekarang.
Memikirkan Ami membuat seksualitasnya meningkat. Ia bahkan tidak pernah sepuas ini selama melakukan cinta semalam dengan banyak wanita.
Lamunan Chris terhenti ketika ia menerima telpon dari seorang suruhannya.
"Izin melaporkan tuan, Nyonya Amia beserta anaknya telihat sedang berbelanja di Mal."
"Kirim lokasinya sekarang." Ucapnya dingin
"Baik tuan, segara saya kirimkan."
Chris bergegas mengambil kunci mobil miliknya, menuju tempat yang telah diberitahukan oleh pesuruhnya.
Chris memencet bell yang berada dimeja kerjanya, selang beberapa detik seorang pria dengan kacamata besarnya masuk keruangan dengan tergesa-gesa.
"Batalkan semua pertemuan hari ini." Ujar chris tanpa melihat kearah pria kacamata tersebut. tentu saja si pria tersebut terkejut setengah mati dengan perintah bos-nya.
"Ta-tapi pak, hari ini ada pertemuan penting dengan pemili-" belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya suara Maskulin sang bos mengitrupsinya dengan tegas.
"Saya memerintahkan kamu, bukan sedang berdiskusi denganmu, Abraham." Ujarnya tanpa dosa, jelas, dan menusuk hati lembut Abraham.
"Ba-baik pak..." Cicit Abraham, takut.
Abraham harus -mau tidak mau- selalu menanggung sisa dari perbuatan bos besar-nya. Contohnya, seperti Hari ini, ia harus mempersiapkan mental dan kupingnya untuk menghadapi makian dari para bos-bos lain. Sungguh malang nasib Abraham.
------------------------
Hallo :')) ini pene :')) maaf ya jarang up soalnya lagi sybuk ceritanya :')) tapi beneran guys doain ya biar cepet kelar semua tugas pene biar bisa up rajin :(( maafkan pene ya guysss.. :'))
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE
RomanceTanpa Ami sadari ia semakin memeluk erat Cilla yang ada dalam dekapannya. Langkahnya cepat meninggalkan hiruk pikuk pesta. Ia masih bisa merasakan pandangan pria itu masih tertuju kepadanya. Intuisi ini semakin nyata, Suami Iris adalah ancaman kehid...