Bab 21

4.2K 165 0
                                    

..................

Ami membuka matanya perlahan, sorot cahaya  lampu begitu menyilaukan mata indahnya. kesadarannya mulai terkumpul, Amia mengingat kejadian yang menimpanya bersama Jill dan Maria. dirinya yang terikat disebuah kursi meyakinkan Ami bahwa Jill dan Maria dalam bahaya.

Belum sempat otaknya memproses kemana Jill dan Maria, mata indah itu sudah melihat pemandangan mengerikan yang ada didepannya.

Orang yang Amia cari sedang dipukuli oleh pria-pria berbadan besar disekelilingnya. Mereka menendang, bahkan menginjak tangan serta kaki keduanya. terdengar suara tawa mereka yang begitu memuakkan serta jeritan memilukan dua maid muda tersebut.

ditengah pemandangan keji itu ada satu sosok yang tetangkap oleh retina indah Ami, lelaki dengan topeng rubah itu,  berdiri didekat Maria dan Jill. entah ia memandang Amia atau tidak namun yang jelas laki-laki itu hanya berdiri, tanpa satu patah katapun keluar dari mulutnya.

Fokus Ami kembali teralihkan saat mendengar teriakan Jill dan Maria, mata indah itu kembali terbelalak saat melihat orang-orang besar itu mencoba melucuti pakaian keduanya. mencoba melakukan hal keji kepada gadis maid tersebut.

"Jill.... Maria....."

Lidah Ami kelu, ia bahkan sudah tidak bisa berteriak lagi. mata indah itu melihat bagaimana dua pelayan muda tersebut mencoba memberontak meski mereka tau takkan berhasil. Amia sungguh ingin menyelamatkan mereka, dua gadis yang sudah ia anggap sebagai Kaka perempuannya sendiri.

"Jill.... Mariaa... Aku—"

"Aku minta maaf.."  Kalimat itu keluar dengan tak jelas dari mulut Ami.

"Kumohon, hiks..hentikan.. hentikan.....hiks.."

"Mereka tidak bersalah.... Kumohon... Lepaskan mereka........hiks..."

Jill melihat Ami, ia terus memandang kearahnya dan Maria sambil terus menggerakkan tangannya dengan paksa, mencoba membebaskan diri, sampai tangan halus itu terlihat berdarah karena terus bergesekan dengan tali yang mengikatnya.

Disisa tenaga Jill, ia bisa melihat Maria yang berada disisinya terilhat bisa mati kapan saja. Mereka bahkan terus menyetubuhi Maria maupun dirinya. Dari sorot mata Maria, ia telah berpasrah akan keadaan. Dan Jill pun dari lubuk hatinya juga merasakan hal yang sama.

"Nona, tolong.. hiks.. ja-jangan.. lihat..."

"Tolong... tu-tutup.. mata.. anda nona..."

dengan susah payah Jill mengeluarkan suaranya agar sampai kepada Amia, nona yang sudah dianggapnya sebagai adik perempuannya sendiri. dengan begitu Jill berharap setidaknya gadis baik itu tidak perlu melihat hal keji yang sedang menimpanya dan Maria.

Mendengar kalimat tersebut membuat Amia menangis sejadi-jadinya, ia menangis sambil menutup matanya. Mencoba memalingkan kepalanya. Mencoba tidak mendengar suara-suara menjijikkan yang keluar dari para pria bejat tersebut.

Namun, Tiba-tiba sebuah tangan memaksanya  untuk melihat pemandangan mengerikan itu kembali.

"Kau lihat, ini adalah hasil dari benih yang kau tanam."

Pria tua itu mencengkram pipinya kuat, tidak membiarkan Amia berpaling sedikitpun.

"Kau yang membuat mereka seperti ini, jalang."

"TU-TUAN..RUBAH!!!!!.."

Amia berteriak semampunya, mencoba memanggil pria itu yang mungkin bisa menolongnya.

POSSESSIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang