Bab 13

7.4K 358 7
                                    

............

Saat mereka sampai di pintu ruangan besar itu, si dokter menyuruh Iris untuk masuk.

"kau masuk lah sendiri.."

Ia dorong punggung Iris pelan.

"Apa kau bisa menemaniku Shio?.."

suara Iris sayup-sayup terdengar di telinga Shio.

"tidak, urus urusanmu dengannya sendiri. Aku tidak ingat terlibat masalah rumit kalian."

Shio terlalu lelah melihat drama kehidupan Chris dan Iris, ia sudah merasa cukup lelah untuk menjadi satu-satunya dokter dirumah sakit pribadi ini, ia tidak ingin menambah kelelahannya dengan menyaksikan masa lalu Iris yang belum usai itu.

"lagipula aku masih memiliki janji dengan Chris."

Shio buru-buru pergi dan melambaikan tangannya tanda selamat tinggal kepada Iris.

meninggalkan Iris seorang diri

Sepeninggal Shio, Iris menatap takut ke arah pintu yang masih tertutup.

Ia coba tenangkan hatinya, menyakinkan dirinya sendiri bahwa ia masih sanggup menatap mata pria itu secara tegap setelah apa yang Iris lakukan kepadanya.

Iris membuka pintu ruangan itu perlahan.

Pintu terbuka, menjadi tanda bahwa Iris juga membuka kenangan lamanya bersama pria tersebut.

Didalam ruangan besar itu, terlihatlah sesosok manusia yang sedang duduk bersandar pada kepala ranjang.

Sadar akan kehadiran seseorang, pria itu menoleh ke arah pintu, ia nampak tak terkejut dengan kehadiran Iris.

Setelah sekian lama mata mereka kembali bertemu, meski sekarang dengan pandangan yang berbeda.

Iris masih tidak menyangka pria terkasihnya telah membuka mata setelah sembilan bulan tidur panjangnya.

Langkah Iris cepat menghampirinya, Ingin segera memeluknya.

Namun sang pria nampak sedih, tatapannya kosong dan bahkan terkesan mengabaikan Iris yang sekarang berada disampingnya.

"Jason..."

Iris memanggilnya lembut, mencoba menyadarkan Jason dari lamunannya.

"Maafkan aku..."

Hanya kata itu yang dapat terucap dari bibir tipisnya, dari ribuan kata yang ingin ia sampaikan.

"Ini bukan salahmu.."

Suara Jason terdengar serak, ia bahkan enggan menatap Iris.

"Dokter Shio dapat membuatkannya untukmu, kau tidak perlu khawatir-"

Iris mencoba memberi Jason harapan, berharap Jason dapat menerima keadaannya sekarang, namun suara dingin Jason menghancurkan hati Iris.

"Kau tak perlu merasa bertanggung jawab atas hal ini Irisha.."

"tangan kanan buatan itu tidak akan mengubah apapun pada diriku."

Iris mencoba menahan tangisnya, ia yang mengambil keputusan ini, dan Iris tidak punya waktu untuk menyesali hal itu.

"Aku bahkan sudah siap kehilangan nyawaku saat aku putuskan membawa Amia pergi dulu."

Jason enggan memadang Iris, ia tau wajah itu sedang terluka karena perkataannya. jauh dilubuk hatinya Jason menyayangi Iris, namun keadaan Ami tetap menjadi prioritas utamanya sekarang.

"ku harap kau tidak memberitahu Chris bahwa aku sudah sadar."

Iris tersentak kaget mendengar perkataan Jason.

"Kenapa-"

Seperti dapat membaca pikiran Iris disampingnya, Jason menjelaskan dengan tegas.

"Aku tidak sebodoh itu Irisha.."

"Aku bersamanya selama satu dekade lebih, sangat bodoh jika tidak menyadari pengintaian yang ia lakukan kepadaku dan Istriku."

Ia pejamkan mata, mungkin sedang mencoba menangkan diri.

"Namun ada satu hal yang luput dari pengamatan ku."

Napas Jason berat saat akan melanjutkan kalimatnya, dan Iris sudah paham apa yang dimaksud oleh Jason.

"Aku masih tidak menyangka, kau akan berkerjasama dengan Chris."

"Aku bahkan terlalu takut membayangkan apa yang kau lakukan kepada Istriku."

Runtuh sudah pertahan Iris, ia menangis sekarang.

Seperti itukah penilaian Jason terhadapnya.

(play the song, if u wanted.)

"Aku.."

Dalam tangisnya, Iris ingin sekali mengutarakan apa yang ia rasakan, namun Iris tidak dapat melanjutkan kalimatnya.

Ia takut kalimatnya akan menyakiti Jason.

Ia terlalu mencintai pria dihadapannya ini.

Ia tak ingin menyakitinya.

tanpa melihat kearah Jason, Iris pergi meninggalkannya.

tanpa kata

Namun, dengan terluka.

"Harusnya aku tak membiarkanmu terlalu mencintaiku.."

POSSESSIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang