Bab 23

4.1K 205 15
                                    


.............

Cilla sedang tertidur pulas di ranjang besar yang penuh dengan mainan, lain halnya dengan sang kakak yang duduk termenung disampingnya. Chris kecil merasa tidak nyaman didalam kamar yang harusnya begitu sangat nyaman untuknya dan Cilla.

Bagaimana keadaan bunda sekarang? Chris menerka-nerka dalam pikirannya, ia tak begitu paham apa yang terjadi. Paman tua itu tidak bisa ia sebut jahat karena selalu membawakannya dan Cilla mainan dan juga memberinya makanan enak. tapi Paman itu juga tidak pernah mau memberitahukan dimana bunda berada. Setiap kali Chris bertanya, paman tua itu hanya diam dan raut wajahnya sedih persis seperti ekspresi Cilla jika tak bisa memakan es krim kesukaannya.

"Aku kangen mama.." Ucap Chris lirih.
dalam sunyi malam, anak itu menangis.

.....................

Amia kembali terbangun di ranjang besar yang sama, tapi kali ini dengan kedua tangan yang terikat pada rantai.

Wanita itu terus berharap apa yang ia alami kini hanyalah mimpi tidur siangnya. Tapi rasa sakit ditangannya memberitahu ia bahwa ini bukanlah mimpi belaka.

Chris, lelaki itu duduk disebuah kursi yang berada tak jauh dari ranjangnya. Memandang Ami dengan tatapan yang begitu sulit untuk Ami pahami.

Ami begitu lelah, ia sudah kehabisan tenaga untuk memberontak. Ia mengkhawatirkan anak-anaknya. Bagiamana Cilla dan Chris sekarang? Sudah berapa hari berlalu?.

"Apa kau tau bagaimana aku tanpamu saat itu, Amia." Suara berat Chris memecah keheningan diruang yang besar itu.

"Saat itu aku mati." Suaranya bergetar menahan tangis.

Amia alihkan pandanganya, enggan untuk melihat pria tersebut. Kenapa lelaki ini menangis? harusnya ia yang menangis sekarang. Ami mencoba mengabaikan kehadiran pria gila yang sudah menculiknya itu.

Chris menyandarkan badannya ke kursi, ia pijit perlahan kening-nya. Kepalanya terasa begitu sakit seperti siap untuk meledak kapan saja.

"Aku tak tau akan sesulit ini untuk membuatmu mengingatku kembali Amia."

"Aku sangat menyesal memakai topeng sialan itu, kenapa aku begitu bodoh dan menuruti aturan bajingan itu."

Racau Chris menambah kebingungan dan rasa takut Amia, ia yakin sekarang pria ini gila.

Melihat tak ada respon dari wanita tersebut, Chris tiba-tiba melempar pot bunga kecil yang ada diatas meja didekatnya. hal itu tentu membuat Ami terkejut.

"Kau tau, kejadian itu diluar kuasa ku. Aku tak pernah menginginkan hal yang tak masuk akal seperti itu." Suara Chris begitu sarat akan keputusasaan. Ia tutup wajah tampan itu dengan kedua tangannya. Ami dengan takut menoleh kearah Chris. begitu cepat perubahan emosi pria yang ada dihadapannya ini membuat Amia bergidik ngeri.

Melihat pujaan hati tak memberi reaksi, Chris berdiri berniat pergi dari kamar ini sebelum emosinya dapat melukai Amia. Ia berjalan menuju pintu hendak meninggalkan Ami seorang diri sebelum suara lembut itu menginterupsinya.

"Tu-tunggu."

"Saya mohon.."

"beritahu saya dimana keberadaan anak-anak saya.."

Chris menoleh kearah Ami, memandanginya sebentar kemudian kembali segera beranjak menuju pintu dan saat tangan besar itu akan meraih gagang pintu, suara lembut nan panik itu kembali menginterupsinya.

"TUNGGU!!!"

"Sa-saya akan melakukan apapun yang anda minta.."

"Tapi saya mohon, kembalikan anak-anak saya.."

POSSESSIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang