Bab 19

4.7K 176 1
                                    

.............

Hari ini, adalah hari yang dijanjikan. Entah apa yang akan mereka alami dalam kurun waktu beberapa jam dari sekarang. Memikirkan hal tersebut membuat Maria tidak tenang, Sedari tadi ia terus ceroboh dalam melakukan pekerjaan terakhirnya, bahkan ia tanpa sengaja menumpahkan air panas ke tangannya sendiri.

"Maria, aku tau kita berdua sama-sama tidak tenang, tapi tolong perhatikan perkerjaanmu."

Jill tahu kegelisahan yang Maria rasakan, sesungguhnya, Jill juga merasakan hal yang sama. Malam ini mereka akan membawa nona Ami pergi dari wilayah kekuasaan Chris.

Kawasan kekuasaan ayah dan anak itu begitu luas, Jill dan Maria bingung harus menyebutnya rumah atau apa. Mereka memiliki begitu banyak ruangan tersembunyi, basemen yang begitu luas serta terstruktur, terlebih lagi kondisi mereka yang berada ditengah hutan, mustahil bagi Jill dan Maria dapat melarikan diri tanpa bantuan dari Jason.

"Jill.." Maria memanggil Jill tanpa mengindahkannya.

"Apa kita berdua bisa membawa nona dengan selamat?"

"Aku tidak tau Maria.."

"Sekarang, kita hanya bisa berdoa-"

"dan melakukan yang terbaik untuk membawa nona keluar dari sini."




..................................

Ami sedang duduk diatas ranjang besarnya sekarang, tangannya bergerak alami mengelus perutnya yang masih rata, apa ini yang dilakukan oleh seorang ibu yang sedang mengandung? Ia terus memikirkan berbagai hal, entah itu tentang baju seperti apa yang harus ia berikan untuk anaknya atau sesederhana apakah anaknya akan memanggilnya mama atau ibu.

Ia tersenyum, namun kemudian senyum itu redup kembali.

Bohong jika ia mengatakan ia tak memikirkan tuan rubah-nya. Amia tau ia terlalu lugu untuk hal yang bernama cinta, ia tau cinta-nya kepada tuan rubah saat ini bagaikan ilusi yang dapat hilang hanya dengan kedipan mata. Namun, hawa laki-laki itu terus memeluk jiwanya, mengikatnya, sampai Amia takut ia akan mati dengan terikat oleh-nya.

Amia tak pernah melihat wajahnya, ia bahkan tak tau nama-nya, tapi keberadaan lelaki itu begitu kuat didalam hati-nya.

Sungguh, Amia tak ingin pergi dari sisi tuan rubah-nya, tapi ia juga tak ingin nyawa yang belum berwujud didalam perut-nya ini dirampas darinya.

"Tuhan... andai saja.."



............................

"bagaimana kabarmu?"

"Baik, seperti biasa."

Jason menelpon seseorang, sembari duduk dimeja kerjanya menatap kearah sebuah bingkai foto yang memperlihatkan tiga anak kecil yang sedang tersenyum.

"Aku tau ini terlalu mendadak, tapi aku ingin meminta bantuanmu."

Helaan napas terdengar panjang dari lawan bicaranya, tanpa melihat pun semua orang akan paham bagaimana rasa lelahnya.

"Kau tau Jason, dengan tahu bahwa dirimu bekerja bersama mereka saja sudah membuatku Hampir terkena serangan jantung."

Suara husky wanita tersebut menyiratkan kekhawatiran, Jason paling tahu hal itu.

"Aku hanya meminta bantuan darimu, bukan mendengar keluhanmu Natya."

"Hah..." Kembali helaan napas terdengar di sebarang sana.

"Sebagai kakak-mu yang hanya penduduk biasa-"

"Hanya untuk bantuan tanpa menanggung resiko, aku bisa membantumu."

"....."

Penawaran itu hanya dibalas diam oleh sang adik.

"Aku tau ini akan terjadi-"

Meski Jason tidak melihatnya tapi ia yakin Kaka perempuannya itu sedang memijit pelipisnya kepalanya yang mendadak sakit.

"Jadi kau ingin aku melakukan apa?"

"Aku akan membawa seorang gadis- bukan maksudku wanita- pergi dari istana keluarga Hakasin."

"Lalu.."

"Ia sedang mengandung, kau mungkin akan menjaganya selama masa itu-"

"Tunggu!!-"

"Akan ada dua maid yang bersama-nya, kau hanya perlu membawanya kediamanmu."

"A-apa ia sedang hamil anak-mu?"

"Jika ia hamil anakku untuk apa aku membawanya kabur."

"Lalu?"

Natya sungguh bingung dengan jalan pikiran adik laki-lakinya ini.

"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang-"

"Tugasmu hanya menjaga-nya sampai aku bisa membawa pergi lebih jauh lagi atau setidaknya sampai ia melahirkan."

Jason tidak ingin memberitahukan alasannya atau lebih tepatnya ia bahkan tidak mengetahui alasan pastinya.

"..apa aku harus memberitahu kekasihmu?"

"Apa maksudmu adalah Iris anak tuan Hijui?"

"Siapa lagi!! Hanya dia yang sekarang dekat denganmu."

Kepala Jason berdenyut, ia melupakan wanita itu dalam rencananya.

"Entahlah.."

"Jawabanmu seperti pria bajingan."

Itu suara dari hatinya, sungguh, Natya akan memukul keras kepala si brengsek ini jika bertemu.

"Ku rasa memang begitu."

Mendengarkan jawaban Jason hanya menambah kedutan dikepalanya.

"Kau bisa membantuku kan?"

Jason belum mendapatkan lampu hijaunya, meski ia tahu Natya tidak mungkin menolak permintaan adik kesayangannya.

"Apa aku mempunyai pilihan lain?"

"Kau kaka terbaik."

Meski begitu, Natya sungguh penasaran, Adik-nya yang begitu apatis bahkan terhadap saudaranya ingin membawa seorang gadis melarikan diri? Apa sebenarnya yang otak geniusnya pikiran?.

"Ada satu hal yang ingin ku tanyakan lagi."

"Apa?"

"Atas dasar apa, kau ingin membawa seorang wanita hamil yang bahkan bukan kekasihmu, Jassi."

"Berhentilah memanggilku dengan panggilan menggelikan itu, Natya."

"Jawab saja."

"Kau akan tau saat melihatnya."

Natya, Ia mengenal adik laki-lakinya, mereka tumbuh bersama.

"kuharap kau tidak sedang berdiri diatas keegoisan mu, adikku."

"Ku rasa begitu."

POSSESSIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang