.......................
Chris masuk kedalam rumahnya yang mewah, berjalan dengan santai didalam kondisi rumah yang gelap, ini memang permintaan dan kebiasaannya Chris, dia selalu ingin beberapa lampu di rumahnya dimatikan. Entah apa tujuannya, namun semua orang yang berkerja disana paham untuk selalu mengingat hal sepele ini, jika tidak, maka bersiaplah dengan beberapa hukuman kedisiplinan yang begitu tidak manusiawi.
Chris menarik dasinya kuat, melepaskannya dengan paksa. Hari ini melelahkan, namun terasa sangat mengasyikkan.. terlalu mengasyikkan sampai Chris mungkin takkan bisa tidur.
Ami.. iya terlalu menyukai wanita itu..
"Kenapa baru pulang."
Baru saja Chris melangkahkan kaki untuk menaiki anak tangga, suara Iris menginterupsinya mencoba menghentikan langkahnya.
Iris terlihat sedang duduk di tengah ruang tamu yang gelap, menggunakan baju tidur tipis yang pernah beberapa kali Chris liat.
"Bukankah kita sudah sepakat dengan hal ini, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu." Chris menanggapinya dengan malas, merasa jengkel dengan pertanyaan Iris.
"Kalau kau tidak ingin aku bertanya hal seperti ini lagi, sebaiknya kau suruh saja para tamu mesum-mu itu untuk tidak datang ke rumah." Iris kesal, namun ia harus dapat menahan rasa kesalnya sekarang.
"Berapa orang?" Pernyataan Iris membuat Chris tertarik.
"Ada lima orang di jam berbeda." Jawab Iris malas.
"..........." tidak ada tanggapan dari seorang Chris.
"Bisnis haram apa sebenarnya yang kau jalankan, Chris." Iris menatap benci kearah Chris, rasanya ingin sekali ia menampar pipi putih itu.
"haram?! Menggelikan.. lihatlah hal itu pada dirimu sendiri."
Pernyataan Istrinya terasa menggelitik Chris. Haram! yang benar saja, sejak kapan seorang Chris peduli dengan hal itu.
Chris melangkah mendekati Iris, menepis jarak diantara mereka, mencoba mengintimidasi Iris dengan tatapannya, namun wanita cantik itu sama sekali tidak gentar.
"dan satu hal yang perlu kau ingat, karena bisnis ini lah orang terkasihmu masih bisa bernapas sampai sekarang, Irisha Lucyanna."
Iris hanya diam, ia hanya membalas memandang Chris dengan tatapan permusuhan, lalu berlalu pergi meninggalkan Chris yang masih setia berdiri di tengah gelap dan dinginnya ruangan itu.
Iris pergi ke kamarnya, mengunci pintu, kemudian berlari keatas kasur tidurnya. Air matanya tumpah sekarang, sekuat apapun Iris, ia tetap masih tidak terbiasa dengan sadisnya sifat Chris.
Ia lelah...
Ia ingin semua ini berakhir...
Ditengah tangisnya, Iris tiba-tiba menerima telpon dari Ami, sungguh andai ini bukan Ami, jangan harap Iris akan mengangkat telpon ini sekarang.
"Hallo, ada apa Ami." Iris menjawab pelan, berusaha menyamarkan sisa-sisa tangisnya.
"Iris, maaf meneleponmu malam-malam.. apa kau sedang sibuk?." Suara Ami diseberang sana tidak kalah pelan, suaranya seperti sedang berbisik seolah takut seseorang dapat mendengarnya bicara.
"Tidak Ami, ada apa?." Iris heran, namun masih urung untuk bertanya.
"Apa suamimu ada di sampingmu?." Masih dengan suara bisiknya Ami terdengar jelas sedang memastikan keadaan.
"Tidak ada, dia belum pulang." Jawab Iris yang sekarang paham arah pembicaraan mereka.
"Apa kita bisa bertemu hanya berdua saja besok? ada yang ingin aku bicarakan...denganmu.." suara Ami terdengar lirih, hampir terdengar memohon.
"Sesuatu? apa tidak bisa dibicarakan disini saja?."
Iris berpura-pura bodoh dengan apa yang diinginan Ami, namun tanpa ia sadari hal itu justru malah menambah luka hati yang Ami rasakan.
"Kurasa... akan lebih baik kalau kita bertemu.." Suara Ami terdengar sedih, terdengar napas yang iya tarik berat.
"Bagaimana? Apa kamu bisa?." Ami memastikan sekali lagi permintaannya diterima atau tidak.
"Tentu.. tapi untuk besok aku tidak bisa.. bagaimana kalau lusa?." Tawar Iris.
"Boleh... Lusa? Janji?."
"Kau aneh sekali Ami hahaha.. iya aku janji." Iris mungkin tau apa yang akan Ami bicarakan dengannya, namun ia selalu memilih untuk kembali menipu sahabatnya.
"Apapun yang terjadi kau harus terus menjadi sahabatku ya....." Suara disembarang telpon seperti sedang menahan tangis.
"Iya.. aku janji.." Iris bahkan sudah lupa berapa banyak kebohongan yang ia ucapkan kepada Ami.
"Kau pun harus begitu kepadaku... Ami.."
"Iya.. aku janji.."
..........................................
Baru saja Ami menutup telpon, tiba-tiba terdengar suara keras diluar kamarnya. Ami segara bergegas keluar memastikan keadaan, yang ia pikirkan sekarang adalah buah hatinya, langkahnya cepat menuju kamar putra-putrinya.
Kaki Ami lemas melihat beberapa orang dengan perawakan besar membopong kedua anaknya dengan paksa.
"LEPASKAN!!!! LEPASKAN ANAK SAYA!! CHRIS!! CILLA!!." Ami spontan berteriak
ditengah sunyinya malam, sungguh, di hari ini adalah hari dimana ia menyesal membeli rumah yang jauh dari hiruk pikuk tetangga.Kedua tangan Ami ditahan oleh oleh seorang pria besar, ia menyeret Ami besertanya menuju keluar dari rumah. Ami melawan, mencoba melepaskan diri dari pria itu, namun tenaga Ami bahkan tak dapat sedikitpun menggeser cengkramannya.
"APA MAU KALIAN!!!! LEPASKAN!!!. SAYA MOHON LEPASKAN SAYA DAN ANAK SAYA!! HIKS HIKS.." Ami tersedu-sedu, ia menangis sejadi-jadinya mencoba meraih kedua anaknya.
Chris dan Cilla yang sudah sedari tadi menangis hanya bisa terus memanggil Bunda-nya.
"MAMAAAAAA..."
"MAAMAAA....."
Ami memohon, setidaknya ia ingin anaknya dibebaskan, ia hanya ingin anaknya diselamatkan.
"CILLA!!! CHRIS!!!! JANGAN SAKITI ANAK SAYA..... HIKS HIKS SAYA MOHON..............."
Tanpa Ami sadari seorang yang lain sudah menyiapkan sebuah jarum suntik yang disuntikkan dibagian bahu Ami yang sidikit tebuka.
Sesaat kemudian Ami kehilangan kesadarannya.
Pria yang memegang jarum suntik itu hanya bisa berbicara lirih, memandang Iba kepada Ami yang terkulai lemas.
"maafkan kami nona..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Halllo semuaaaaaa T_T maaf baru updet ya... T_T pene lagi ada kesibukan dan kemalasan T_T.. pokoknya Pene ucapin terima kasih yang udah masukin cerita pene ke reading list-nyaaa terima Kasih banyak...
ruthnataniaboway
Dewijuliana2007
jufikasari
LeisyaFremmyMargaret
tika_69
Realans_19Dan semua yang sudah membaca dan memvote.. terima kasih 😭✨✨
Sekali lagi pene ucapin maakasih banyak 😭✨🥰
Maaf kalau banyak tipo dan segala bentuk penulisan yang salah ya guyss..
Happy reading ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE
RomanceTanpa Ami sadari ia semakin memeluk erat Cilla yang ada dalam dekapannya. Langkahnya cepat meninggalkan hiruk pikuk pesta. Ia masih bisa merasakan pandangan pria itu masih tertuju kepadanya. Intuisi ini semakin nyata, Suami Iris adalah ancaman kehid...