Halaman Kesepuluh

2.5K 385 218
                                    

Tok.. Tok.. Tok..

"Assalamualaikum.."

Tok.. Tok.. Tok..

"Permisi,"

"YA BENTAR!! anjir siapa sih yang ngetok pintu gue pagi buta gini,"

Alaska menghentikan ketukan pintunya ketika mendengar balasan dari dalam rumah minimalis, namun terlihat nyaman. Dapat ia dengar juga gerutuan kesal dari dalam membuat ia menahan senyumnya agar tidak merekah. Alaska bisa membayangkan bagaimana wajah kesal si pemilik rumah.

Cklek..

Suara handel pintu terbuka dari dalam, dan senyuman yang Alaska tahan akhirnya terbit juga.

"Awas aja kalo sampai orang iseng yang ganggu tidur gue, gue santet dia sampai keluarga-kel... Loh Aska!" gerutuan kesal orang itu berubah kaget ketika melihat entitas sahabatnya yang berdiri di depan pintu dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Mata sayu orang itu memperhatikan wajah pucat Alaska lalu memindai tubuh Alaska dari atas kepala sampai bawah kaki dengan ekspresi terkejutnya.

"L-lo kenapa?" gagap orang itu.

Alaska terkekeh mendengar tanya itu, dengan ringan ia menjitak kening sahabat di depannya. "Lo ga liat pakaian gue basah kuyub kayak gini? Di ajak masuk kek, dingin nih gue,"

"Ahh.. Iya, ayok masuk. Anjir, gue kaget bego," seru orang itu sembari melebarkan pintunya, supaya Alaska bisa masuk. Lalu setelah pintu di tutup, keduanya langsung menjatuhkan tubuh mereka di atas sofa coklat yang empuk.

"Lo kenapa bisa luka kayak gini anjir? Lo habis di aniaya?"

Ctakk..

"Aww.. Kenapa lo jitak kening gue lagi?!" pekik orang itu, ketika Alaska kembali menjitak keningnya yang tidak bersalah.

Alaska mengangkat bahu acuh, enggan peduli dengan pekikan sahabatnya.

"Salah lo sendiri, ngomong asal jeplak. Lo pikir gue ga bisa gelut sampai harus di aniaya segala," balas Alaska malas.

Orang itu menghela nafas pelan. "Oke-oke sorry, Tuan Muda saya khilaf. Lantas ada apa Kisanak mengunjungi rakyat jelata seperti saya?"

Alaska terkekeh mendengar ucapan sahabatnya. "Geli banget dengernya,"

Orang di sebelah Alaska langsung memasang muka datar. "terus mau lo apa, bego? Lo tau tidur ganteng gue ke ganggu gara-gara ada orang yang ga berkeprikemanusiaan datang ke rumah gue di pagi buta, bahkan ayam tetangga pun belum berkokok. Sungguh tiada adab bukan?"

Kekehan Alaska langsung terhenti, ia menatap sahabatnya dengan datar. "Lo nyindir gue?"

Orang itu nyengir sembari menunjukkan sign 'v' pada Alaska tanda damai. "Bercanda gue. Terus lo mau ngapain ke rumah gue dini hari gini?" Orang itu kembali bertanya tapi kali ini ia serius, apalagi saat melihat jarum jam di jam dinding yang menempel di atas pintu menunjukan pukul 2:45 dini hari, sangat tidak mungkin jika Alaska datang ke rumahnya tanpa alasan. "Gue yakin lo kesini pasti ada alasannya," lanjutnya.

Alaska menghela nafas pelan ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, membiarkan sahabatnya memperhatikan dia dengan seksama. "Justru itu,"

Orang di sebelah Alaska mengernyitkan dahinya mendengar kata ambigu yang demi apapun membuat ia bingung. "Justru itu?" ulangnya. Ia hendak mengajukan tanya lain, namun ketika melihat penampilan Alaska yang berantakan membuat ia menepuk jidatnya. "Baju lo basah! Bentar gue ambilin baju ganti, supaya lo ga hipotermia,"

My Son 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang