Entah ada angin apa, Bagas yang biasanya selalu paling akhir bergabung di ruang makan. Kini telah duduk santai di kursinya bahkan sebelum anggota keluarganya yang lain datang.
Ayunda--Istri dari Ben itu tampak terkejut akan kehadiran adik iparnya yang tidak ia sangka tersebut.
"Loh.. Bagas tumben udah keluar dari sarang kamu, ini masih pagi loh," ucap Ayunda di selingi dengan guyonan ringan nya pada Bagas untuk mencairkan suasana sepi yang menghinggapi.
Bagas yang rupanya sedang minum air putih itu terkekeh menanggapi candaan Ayunda. "Lagi pengen aja kak," jawab Bagas lalu menandaskan air minum miliknya.
Ayunda mengangguk paham. Matanya celingukan mencari seseorang yang biasanya di jam-jam seperti ini pasti sudah berada di dapur bergelut dengan alat masak.
"Oh ya kamu liat Mbok Ina sama Santi ga?" tanya Ayunda pada Bagas.
Baru saja Bagas hendak membuka suaranya, tapi dua orang yang di cari Ayunda datang ke dapur. Siapa lagi kalau bukan Mbok Ina dan Santi dengan membawa kresek hasil belanja mereka.
"Mbok sama Santi tadi ke pasar?" tanya Ayunda ketika melihat kresek yang di bawa oleh Santi.
Mbok Ina--wanita paruh baya yang sudah puluhan tahun bekerja di keluarga Ardhiatama mengangguk dan tersenyum penuh keibuan.
"Iya, tadi Mbok sama Santi mau masak cuman waktu liat isi kulkas banyak yang udah habis bahan-bahannya. Jadi, Mbok sama Santi pergi dulu ke Pasar," jelas Mbok Ina.
Ayunda menepuk dahinya, ia baru ingat jika bahan masakan di dapur memang sebagian besar sudah habis semua. "Aduh, aku lupa kalau bahan-bahannya hampir habis semua," ucap Ayunda yang membuat Mbok Ina terkekeh. Tangan keriput itu mengelus surai Ayunda yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.
Ayunda tentu saja merasa senang, hatinya menghangat mendapat perlakuan seperti itu dari Mbok Ina.
"Ya udah kalo gitu kita langsung masak aja, oh ya tadi beli apa aja?" tanya Ayunda sembari menatap Santi yang sibuk mengeluarkan barang-barang belanjaan dari pasar.
"Ikan, daging ayam, cumi, tempe, tahu, kangkung, bayam, mangga, semangka, pisang, apel sama bumbu-bumbu dapur, Mbak," tutur Santi mengabsen barang belanjaan.
Ayunda mengangguk paham. Lalu setelahnya ketiga wanita di sana pun fokus membuat masakan. Mengabaikan Bagas yang nampak menjadi lebih pendiam dari biasanya.
Mungkin raga nya ada di sana, tapi pikiran Bagas melayang entah kemana. Buktinya, ia hanya terdiam melamun di tempat.
Ayunda yang hendak mengambil buah Mangga untuk ia kupas, karena biasanya Rei selalu memakan buah Mangga sebelum sarapan. Mengernyitkan dahinya heran melihat keterdiaman Bagas.
Ia mengibaskan tangannya di depan wajah Bagas, yang mana membuat Bagas mengerjapkan matanya dan menatap Ayunda penuh tanya.
"Kenapa kak?" Tanya Bagas.
Ayunda menggeleng. "Jangan kebanyakan ngelamun, Gas. Nanti kesambet baru tau rasa,"
Bagas mendengus sembari merotasikan bola matanya. Laki-laki 26 tahun itu pun berdiri dari duduknya. Dan Ayunda baru sadar jika sedari tadi Bagas memakai pakaian rapih seperti hendak pergi.
"Kamu mau kemana?" Ayunda yang tidak bisa menahan rasa penasarannya pun bertanya.
Bagas belum menjawab, ia menyambar ponsel serta dompet miliknya yang ia letakan di atas meja pantry lalu memasukannya ke dalam saku celana jeans yang ia kenakan.
"Mau ke rumah temen gue, Kak," jawab Bagas.
"Temen? Pagi-pagi banget perginya, emang mau ngapain?" Ayunda kembali bertanya. Ia hanya ingin memastikan saja kemana Bagas sebenarnya akan pergi, wanita berkepala tiga itu hanya Khawatir kalau-kalau adik iparnya melakukan sesuatu yang berbahaya mengingat jika Bagas itu berjiwa bebas dan gemar sekali balapan liar. Bahkan dulu pernah koma karena kecelakaan beruntun yang ia alami saat melakukan balapan liar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Son 2
General Fiction[BOOK 2] perjuangan yang sesungguhnya akan di mulai di sini. tentang bagaimana gigihnya Alaska membahagiakan Angkasanya. dan tentang bagaimana Angkasa ingin membuat Alaskanya Bangga. mereka adalah sepasang ayah dan anak yang saling menyayangi. meski...