Angkasa melamun di kelasnya dengan jari telunjuk yang mengetuk-ngetuk meja sembari dagu yang ia topang dengan tangan kiri. Beberapa kali juga terdengar helaan nafas kasar keluar dari mulut mungilnya dan hal itu mendistraksi seseorang yang sedari tadi duduk di samping kirinya.
"Kamu itu kenapa sih dari tadi kayak orang punya beban hidup berat aja." Ucapan ceplos itu membuat Angkasa tersadar dari lamunannya lantas menoleh pada sumber suara dengan mata yang mendelik tak suka.
"Kamu ga usah kepo," seloroh Angkasa dengan mata almond nya yang melotot.
Rei--lawan bicara Angkasa mencibir seketika, perlu digaris bawahi ia tidak kepo dengan apa yang dilamunkan Angkasa, ia hanya merasa terganggu dengan suara helaan nafas yang terus-terusan keluar dari mulut sahabatnya itu.
"Siapa juga yang kepo," gerutu Rei tak lupa memalingkan wajahnya sembari melipat tangannya di depan dada.
"Ya udah, bagus kalo gitu." Angkasa membalas dengan melakukan hal yang sama yakni memalingkan wajahnya dari hadapan Rei.
Sedangkan tepat di samping kanan Angkasa, Rai yang sedari tadi diam memperhatikan perdebatan yang entah karena apa, hanya menatap keduanya dengan tatapan aneh.
"Angkasa." Hingga panggilan dari seseorang membuat baik Angkasa, Rai dan Rei pun mengalihkan atensi mereka.
"Eh.. Ragil?" kata Angkasa sedikit memastikan.
Ragil tersenyum tipis dibarengi dengan anggukan kepalanya. "Aku senang kamu ingat nama aku."
Angkasa mengusap tengkuknya, sedikit salah tingkah tatkala rungunya menangkap ucapan tulus tersebut. "Kamu kan teman sekelas aku, tentu aku ingat nama kamu."
"Kamu ngapain ke meja kami? Ada keperluan sama Angkasa?" Rei bertanya dengan mata yang mendelik tak suka ke arah Ragil. Entahlah, dari awal kembaran Rai itu kurang sreg dengan murid baru tersebut.
"Iya, aku mau berbicara sebentar dengan Angkasa. Boleh 'kan?" izin Ragil sopan, padahal seharusnya Ragil tak perlu sampai meminta izin seperti itu pada Rei. Lagipula Rei siapanya Angkasa 'kan? Tapi melihat raut ketidaksukaan temen sekelasnya itu padanya membuat ia merasa harus melakukan hal itu supaya tidak menimbulkan masalah tentunya.
Mendengar ucapan itu Angkasa langsung bangkit dari duduknya, tak lupa mendorong bahu Rei supaya menyingkir dari tempat duduk karena ia ingin keluar.
"Minggir Rei, aku mau keluar!!" Rei berdecak namun tak ayal ia pun bangkit dari duduknya membiarkan Angkasa keluar dari bangku mereka.
Hari ini di kelas 4B jam pelajaran pertama adalah olahraga berhubung guru yang mengajar di jam itu tidak bisa hadir karena ada suatu keperluan, alhasil di kelas itupun jam kosong. Sebenarnya ada tugas mengisi LKS hanya saja katanya kalo tidak sempat selesai bisa di bawa pulang, tentu saja semua murid memilih untuk mengerjakan tugas itu di rumah saja. Maka tak heran, jika sekarang banyak murid yang keluar masuk kelas dengan bebas dalam catatan tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu kelas lain yang sedang melakukan pembelajaran.
"Mending kamu ngisi LKS aja sana daripada keliatan kayak ga ada kerjaan atau susul Azril sama Dino ke kantin atau kamu tidur juga kayak Rino sama Rai, kasian aku liat kamu kayak anak ayam kehilangan induknya," cerocos Angkasa seraya melirik Rino dan Rai yang entah sejak kapan sudah menelungkup kan kepalanya di atas meja, pantas saja suara Rai sedari tadi tidak terdengar ternyata sahabatnya itu memilih untuk tidur, kalau Rino memang sedari tadi sudah terlelap di alam mimpi.
"Ga usah lama." Angkasa dan Ragil yang hendak pergi keluar kelas langsung berhenti ketika mendengar ucapan Rei.
"Apanya?" tanya Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Son 2
General Fiction[BOOK 2] perjuangan yang sesungguhnya akan di mulai di sini. tentang bagaimana gigihnya Alaska membahagiakan Angkasanya. dan tentang bagaimana Angkasa ingin membuat Alaskanya Bangga. mereka adalah sepasang ayah dan anak yang saling menyayangi. meski...