Alaska tersenyum lebar menyapa para pedagang di pasar yang ia lewati sembari memikul tiga karung beras dengan masing-masing beban di setiap Karung sebesar 3 Kg itu di pundaknya.
"Hey Idiot, jangan melewati dagangan ku. Nanti semua sayur yang aku jual akan kena sial Karena dirimu." Umpatan itu, umpatan yang selalu menyapa rungu Alaska setiap hari terkadang memang terasa menyakitkan. Namun Alaska tidak ingin mengambilnya ke dalam hati. Ia hanya memamerkan sebuah senyuman, lantas memundurkan langkahnya agar sedikit menjauh dari tempat jualan sayurnya 'Pak Sopian' laki-laki berkepala empat yang kini tengah memandang Alaska dengan tatapan tak suka.
"Maaf pak, saya tidak bermaksud membuat dagangan Bapak terkena kesialan saya. Tapi saya minta izin untuk melewati dagangan Bapak, karena saya harus membawa beras itu ke sana pak." Ujar Alaska ramah. Tangan kanan nya menunjuk pintu yang tertuju langsung pada halaman depan sebelah kiri pasar.
Pak Sopian menggeleng tegas. Tatapan nya begitu tajam dengan sirat kebencian yang sebenarnya tak beralasan. Karena jujur saja Alaska sendiri tidak paham. Mengapa Pak Sopian aahh.. ralat hampir seluruh pedagang Pasar membenci dirinya. Apakah mungkin karena kekurangan yang ia miliki? Tapi jika itu adalah alasan nya. Alaska bisa apa selain mensyukuri, toh kekurangan nya sebagai penyandang Disleksia itu sebuah anugrah dari Tuhan yang harus di terima dengan sepenuh hati bukan?.
"Heh.. Alaska, kalau Lo mau melewati tempat jualan nya Om Sopian. Nih, Lo baca dulu koran ini hingga lancar." Celetuk seorang pemuda seusia Alaska yang notabenenya adalah salah satu pedagang di pasar itu sambil melemparkan sebuah gulungan koran tepat ke wajah Alaska yang langsung membuat Tubuh Alaska berjengit kaget dan membuat tiga karung beras yang ia pikul jatuh ke atas lantai karena tangan kiri Alaska refleks melepas genggaman nya pada ketiga karung itu.
Hampir setiap pedagang di sana tertawa, menertawakan Alaska yang tengah berjongkok sembari mengumpulkan berbutir-butir beras yang berhamburan ke lantai karena salah satu perekat dari karung itu terbuka.
"Sudah bodoh. Lemah lagi. Dasar Sampah."
Alaska menghela nafas pelan. Sembari dalam hati mengucap beribu kalimat 'Istighfar' agar ia tidak termakan emosi.
"Ya ampun Nak Aska. Ya Allah.. Roni apa yang kamu lakukan pada Nak Aska." Nenek Tamisah menyentak pemuda yang tadi melempari koran pada Alaska dengan tidak sopan. Setelah melayangkan tatapan tajam dari netra tuanya kepada Roni. Wanita paruh baya berusia 65 Tahun itu kemudian membantu Alaska mengumpulkan beras yang berceceran.
Seketika itu pula kekacauan yang terjadi di dekat stand Pak Sopian perlahan di kerubungi oleh banyak orang. Banyak pengunjung yang merasa kasian pada Alaska dan ada pula diantara mereka yang mendukung tindakan kasar Roni tadi.
"Seharusnya orang lemah kayak dia. Jangan berkeliaran disini. Mengganggu saja."
"Iya. Saya saja sering melihat dia disini merasa bosan. Apalagi dengan wajahnya yang sok polos itu. Jijik sekali."
"Semoga saja setelah insiden ini pemuda itu di pecat. Seriusan jeng, saya merasa terganggu dengan kehadiran nya."
"Saya setuju dengan mu, jeng. Katanya nih kalo dekat-dekat dengan pemuda miskin itu kita bisa-bisa kecipratan sialnya."
"Sayang sekali nasib pemuda itu. Ganteng sih ganteng, tapi apa gunanya wajah ganteng dia kalo memiliki kekurangan yang jelas-jelas akan menyusahkan banyak orang."
"Duhh.. ibu-ibu kalo mau bergosip coba cari tempat yang pas dong. Masa iya di pasar, kalian niat ke pasar mau nambah dosa atau nambah kebutuhan bulanan? Heran saya tuh. Makin hari ibu-ibu disini makin ngelunjak. Kalian semua sudah tua, begitupun dengan saya. Di rumah ada suami dan anak yang butuh perhatian kalian. Bukan nya malah mengomentari kehidupan orang lain. Ingat ya Bu, lain kali kalo pergi ke pengajian itu dengan setulus hati agar ceramah yang di sampaikan ustadz dan ustadzah tidak numpang lewat saja. Tapi di perhatikan lantas di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalian kan tau azab yang akan kalian terima jika membicarakan orang lain yang tidak-tidak. Jadi berhentilah menggunjing kekurangan orang lain. Toh.. itu semua tidak akan membuat kalian menjadi manusia yang maha benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Son 2
General Fiction[BOOK 2] perjuangan yang sesungguhnya akan di mulai di sini. tentang bagaimana gigihnya Alaska membahagiakan Angkasanya. dan tentang bagaimana Angkasa ingin membuat Alaskanya Bangga. mereka adalah sepasang ayah dan anak yang saling menyayangi. meski...